Part 8

72K 5.9K 607
                                        

"Udah, gue tau lo lagi mikir gimana caranya lari dari gue kan? Nggak bisa, gue minta bayaran atas perbuatan kita kemaren." Khanza makin mempercepat langkahnya. Tidak menghiraukan Alvin yang terus minta di lepaskan.

_______________________________________

Alvin POV

Khanza ngebawa gue ke atap sekolah (bayangin aja atapnya datar kayak sekolah-sekolah di Korea). Gue masih nggak tau apa tujuannya ngegeret gue kesini.

Sekarang kami hanya bisa membisu dengan tangan Khanza masih menggenggam tangan gue. Dia yang geret gue malah dia yang nggak ngomong apa-apa. Ngeselin nggak sih?

"Kak Khanza mau apa sih sebenarnya?" Tanya gue mulai jengah.

"Sebenarnya gue nggak suka nama lengkap gue disebut. Tapi buat lo nggak papa deh." Tuh kan apa gue bilang, ngeselin banget. Gue nanya apa dia jawabnya apa. Nggak nyambung banget.

Mungkin dia bisa liat gelagat gue yang lagi kesel karena dia langsung mengelus tengkuk belakangnya.

"Karena gue udah nolong lo kemaren, gue minta bayaran." Khanza semakin mengeratkan genggamannya.

"Ba-bayaran apa? Gue nggak ngerti, sumpah." Gue dah nggak perduli lagi kalo kelakuan gue sudah kurang ajar sama kakak kelas, karena gue lagi di landa kebingungan sekarang.

"Lo pikir apa yang gue lakuin itu gratis?" Khanza menunjukkan seringainya. Melihat dia tersenyum iblis mengingatkan gue pada Amel yang selalu menunjukkan senyum misteriusnya.

Oke, sekarang gue makin kesal. Jadi bantuan yang dia lakuin kemaren itu harus ada imbalannya? SHIT banget nggak tu?

"Jadi gue harus bayar gitu? Emang Kak Khanza mau bayaran berapa?" Gue pasrah sekarang. Berapa pun yang dia minta gue usahain untuk bayar, dari pada gue berurusan terus sama ni orang. Jujur, kejadian kemaren masih menghantui gue.

"Gue nggak minta bayaran dengan uang. Yang gue mau lo harus lakuin apa yang gue mau." Tangan Khanza menjalar ke belakang kuping gue. Dia ngelus pipi gue lembut. Mendapat perlakuan yang tiba-tiba membuat badan gue merinding. "Salah satunya ini." Dia mendekatkan wajahnya ke arah gue.

Gue buru-buru dorong badan atletisnya (sempat muji ya si Alvin ini). Gila, tadi nyaris sekali. Sedikit aja gue terlambat mungkin tu bibir bisa nyosor bibir gue.

"LO GILA YA? MAU APA LO?" Gue teriak. Gue tahu itu memang ke cewek-cewekan, tapi mau gimana lagi? Gue merasa kayak mau di perkosa tau nggak.

"Bibir lo bikin gue napsu. Gue pengen lagi." Perkataan absurdnya itu bikin gue naik pitan.

"Denger ya, apa yang sudah kita lakuin kemaren cuma sekedar hukuman buat gue dari Amel. Nggak lebih, okey?" Gue mulai melangkahkan kaki menjauh, berusaha kabur dari keadaan abnormal ini. Tapi sebuah tangan menarik lengan gue agar kembali menghadap ke arah Khanza.

"Tapi lo udah ngelibatin gue, jadi apa salahnya gue minta imbalan atas jasa gue yang sudah nolongin lo." Ia berusaha menyentuh pinggang gue, tapi kembali gue dorong tubuhnya.

"Sebaiknya kita lupakan saja semuanya." Saran gue yang kembali meninggalkan dia.

"Kalo lo nggak mau juga, gue sebar ini video."

Deg

Badan gue kaku mendadak mendengar ancaman dari Khanza. Gue balik dengan gaya slow banget. Bisa gue liat tu orang mamerin flash disk di depan wajahnya.

"Nggak mungkin, lo nipu gue kan? Gue cuma ngasih rekaman itu sama-"

"Amel?" Lanjutnya yang buat gue terdiam mendadak. "Amel itu sepupu gue. Jadi untuk dapet copian tu video mudah bagi gue."

Wins For Bets [BOYXBOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang