Part 15

45.6K 3.1K 303
                                    

Bos besar itu menatap tak percaya pada apa yang di tunjukkan bawahannya itu. Rahang bawahnya mengeras dan dahinya penuh guratan menandakan ia sedang di landa amarah.

"Anak kurang ajar!" Desisnya. Ia melempar handphone yang ada di depannya itu dengan penuh emosi.

Sedangkan pemilik handphone itu hanya bisa menangis dalam hati. 'Hape baru gueeeee!!!' Batinnya.

_______________________________________________________________________

Setelah sampai dirumahnya, Sarah langsung berlari masuk ke dalam rumah tanpa menghiraukan pandangan bingung dari kedua orang tuanya. Ibu Sarah sempat meneriaki anaknya karena khawatir, tapi Sarah malah langsung masuk kekamarnya dan mengunci pintu.

Sarah melempar tasnya kesembarang tempat dengan keras bahkan sampai membuat lampu tidur di atas meja nakas terpental jauh. Gadis itu mendatangi dinding kamarnya yang ditempeli sebuah foto. Foto itu sudah tidak berbentuk dengan beberapa sobekan dan tinta merah.

"Semua ini gara-gara lo! KENAPA LO NGANCURIN SEMUA RENCANA GUE DAN NGEREBUT AZA DARI GUE?!"

Sarah mengambil pisau di meja nakas dan menusukkannya tepat di foto itu dan mencabik-cabiknya hingga benar-benar sudah tidak berbentuk lagi. Setelah puas dengan kegiatannya, ia melempar pisau itu dan membantingkan diri ke ranjang.

Ia memandang langit-langit kamarnya yang ternyata tertempel beberapa foto dengan objek yang sama namun berbeda dengan yang ada didinding tadi.

"Kenapa lo nggak mau ngelirik gue, Za? Gue bahkan lebih cantik daripada Alvin yang memang nggak pantas di sebut cantik." Air mata menetes dari matanya. Ia mengusap kasar wajahnya dan bangkit dari baringnya untuk mengambil tas sekolahnya. Ia mengobrak-abrik tas miliknya dan mengambil handphonenya.

"Gue minta lo cari tau apapun tentang Aza!.... Gue nggak mau tau lo pokoknya harus bisa dapetin semua informasi Aza buat gue, PAHAM?!" Sarah menutup sambungan dengan sepihak.

"Nggak ada yang bisa ngehentiin gue buat dapetin Aza, termasuk Aza sendiri." Gumamannya yang menyayat hati itu di lengkapi dengan kilatan tajam pada dinding kamarnya.

.

.

Hati Khanza sungguh berbunga-bunga rasanya. Ia tidak menyangka pria yang sangat ia cintai kini sudah ada di genggamannya, bahkan dengan suka rela membalas genggaman tangannya.

Dan kini dia harus merelakan tangan yang sangat pas bila di pasangkan dengan tangannya itu karena kini mereka sudah ada di depan rumah Alvin. Khanza bahkan rela memakirkan mobilnya agak jauh agar ia bisa menghabiskan waktunya berdua dengan Alvin di jalan.

"Sudah Sampe." Gumam Khanza. Alvin mendongak memandang Khanza dan mengangguk.

"Makasih sudah nganterin gue sampe rumah."

Ugh! Bagaimana bisa Khanza tahan melihat mata bulat dan bibir tipis menggoda itu? Pria normal saja pasti tergoda apalagi Khanza yang memang sudah menyimpang.

Dan seperti biasa, Khanza mendekatkan wajahnya pada Alvin. Sedangkan Alvin yang tau apa maksud dari Khanza langsung menutup rapat matanya.

"Ehem Ehem!"

Khanza dan Alvin reflek berhenti saat mendengar suara seseorang yang menginterupsi kegiatan mereka. Di sana, di pintu rumah Alvin berdiri seorang wanita cantik yang sedang bersender di samping pintu dengan sebuah gelas di tangannya. Wanita yang kita kenal bernama Gerna itu tersenyum usil saat melihat orang yang ia goda kesal. Atau lebih ke Khanza yang sangat kesal saat kesenangannya diganggu, sedangkan Alvin berdiri dengan kikuk saat ke dapatan Kakaknya hampir melihat dirinya dan Khanza berciuman.

Wins For Bets [BOYXBOY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang