7. grey or swift

1K 12 1
                                    

peringatan!
cerita part ini mengandung unsur yang terlarang +17

Langkahku mengikutinya menuju sebuah pintu coklat yang sangat besar dengan 2 daun pintu. Sepanjang jalan menuju pintu coklat besar itu di penuhi oleh lukisan abstrak yang indah dan membawa kedamaian. Mataku tidak berhenti takjub atas apa yang aku lihat sekarang, seketika penyesalanku karna pergi dan tidak berkuliah terlebih lagi pergi dengan tujuan yang hanya christian dan orang-orangnya yang tau. Setelah kakiku sampai ke depan pintu coklat besar itu, Christian menatapku lalu tersenyum. Apa maksud dari senyumnya? dahiku mengerut tanda tak mengerti. lalu tanganya menggenggam tanganku sangat erat. mataku kembali menatap pintu coklat ini. Ada apa di balik pintu itu? tangan kanannya yang bebas di tempatnya mulai membuka pintu itu. Rahangnya mengeras, Matanya menyala, pegangannya semakin mengerat, lalu dia membuat senyum di bibirnya. nafasnya terdengar , oh dia tidak bisa menyembunyikan amarahnya di balik senyum palsunya itu. Dia melangkahkan kakinya memasuki pintu coklat itu. Aku menurut dengannya

Mataku menangkap meja panjang berwarna coklat dengan 12 kursi dengan warna sepadan dengan mejanya. Di kepala meja sisi menghadap ke pintu duduk Wanita tua dengan wajah yang tak bisaku artikan menatap wanita yang berada di samping kanan meja ini. dia duduk dan menunduk seakan takut jika mengangkat kepalanya dia akan terbakar habis oleh tatapan membunuh dari wanita yang berada di kepala meja ini. Kemudian, pemandanganku beralih ke christian yang masih setia menggenggam erat tanganku. Dia masih menunjukkan senyum palsu. Suasana ini sangat mencekam

"Oh christian cucuku" Suara wanita tua itu tersenyum mengarah kepada kami tidak lebih tepatnya kepada cucunya -Christian.

"Silahkan duduk di sini" Wanita tua itu menunjuk bagian kirinya. "Dan ajaklah wanita itu. mari kita selesaikan ini" Senyum wanita tua itu bagaikan iblis. Aku tidak mengerti dengan keadaan sekarang. Pertama christian mengatakan dia ingin aku menemaninya, Kedua dia mengajakku entah kemana, ketiga dia menciumku di lift, keempat dia mengajakku ke sebuah ruangan yangku perkirakan adalah ruangan pertemuan penting sangat penting, dan kelima aku bertemu neneknya. Ini terlalu tiba-tiba. Wanita tua ini dan wanita yang berada di sisi kanan meja ini tentu christian juga pasti mempunyai sesuatu yang sangat penting dan harus mereka selesaikan.

aku patuh mendengar ucapan wanita tua itu dan mengikuti langkah christian. Dia menarikkan aku kursi dan mempersilahkan aku duduk di sampingnya dan dia mengambil Posisi yang berdekatan dengan neneknya. Aku menunduk karna jujur saja suasana ini sangat menyesakkan dadaku, Tatapan wanita tua itu membuat aku merinding dan terlebih lagi senyumnya ramah malah membuatku lebih takut. Otakku bekerja baik untuk mencerna kejadian sekarang. christian masih memegang erat tanganku dan sesekali mengusap pelan punggung tanganku. Aku meliriknya dan dia menghela nafasnya berat. Lalu tatapan wanita tua itu jatuh kepada wanita yang berada di sisi kanannya

"Bisa jelaskan christian apa yang terjadi?" wanita tua itu membuka percakapan di keadaan tegang ini. Aku butuh oksigen lebih banyak sekarang saat mendengar suara wanita tua itu sangat tegas. matanya menyambarkan amarah yang dia pendam sedari tadi

"Dia bercinta dengan seorang pelayan, dan beberapa laki-laki yang entah siapa. Dia menyembunyikan dengan rapi, sehingga kebusukannya baru terlihat" Christian membalas pertanyaan neneknya. Lalu pandangannya beralih kepada wanita yang berada di depannya. Dari perkataan christian aku tau itu adalah ibunya. Demi apapun ini masalah keluarga dan kenapa dia membawaku. aku kehabisan udara

"Apa yang ada di fikiranmu key? Kau membuat keluargaku menjadi kotor!" Bentak nenek christian kepada ibu christian. samar-samar aku melihat air mataya terjatuh di balik rambutnya yang menutupi wajahnya. Seketika aku mengingat wanita brengsek itu. Dunia banyak menyimpan ibu sial seperti ini

hanya ada keheningan beberapa lama. Rahang christian mengeras, tangan kirinya yang sedari tadi menggenggam tanganku malah semakin erat, tangan kanannya mengepal keras di atas meja. Aku sudah tidak kuat.

MapsWhere stories live. Discover now