"Well?"
"What?" Alisku berkerut.
"Kau ingin kemana? Mahattan?" Matanya menatapku sayu. Aku menggangguk tanda ya!
"Okay. Let's go!" Tangannya menggandengku erat. Senyum tak lepas darinya. Kami berjalan bersama bergandengan tangan.Aku menyuruhnya untuk tidak berjalan-jalan dengan mobil. Aku hanya ingin seperti biasa
Berjalan kaki. Bergandengan. Seperti pasangan romantis yang sering aku lihat di film. Tapi ini tidak semudah itu, tidak akan semulus di film yang dimana pemain utamanya akan selalu bahagia. Yang akan selalu mendapatkan cinta kasih. Aku tidak pantas untuk itu. Untuk apapun. Aku hanya penuh oleh balas dendam, sakit hati."Hai" suara christian membangunkanki dari lamuanku. Tanpa aku sadari, kami telah jauh dari apartementnya.
"Ya?"
"Hai, kau melamun. Ada apa? Kau sedang tidak enak badan?" Suaranya sangat lembut. Perhatiannya membunuhku. Mata indahnya menatapku. Tangan kekarnya menyentuh dahiku. Lalu mengecupnya pelan. Aku runtuh.
"Kalau kau sedang tidak enak badan kita bisa kembali" senyumnya. Oh tidak! Jangan tersenyum. Aku mohon.
"Tidak. Aku baik. Sebentar lagi matahari akan terbenam. Ayo" aku tersenyum. Tersenyum tanpa paksaan. Tersenyum seperti baru mendapatkan hadiah besar. Senyum tertulusku selama ini. Tanganku menariknya ke arah mahattan. Dia mengikuti.
Kau fikir apa yang kau lakukan sekarang! Bisik anak kecil di otakku. Suaranya menggema bagaikan bel pengingat.
Jadi, sejauh ini kau hanya bermain dengan dia? Suara itu kembali menggema.
Mataku menatap christian yang berada di sampingku. Menggenggam tanganku erat. Dia tersenyum sambil menatapku. Suara itu kembali mengusikkuJangan pernah jatuh cinta anna! Kepada siapapun!? Cinta itu omong kosong. Kau tau itu
Ya aku tau balasku kepada suara anak kecil itu.
Dia mencintaimu! Dia kaya! Kau bisa memanfaatkannya!? Bukankah itu rencana awalnya? Anak kecil itu berdehem keras. Lalu tertawa jahat. Dia mengingatkanku pada tujuan awalku di sini.
Aku tidak boleh jatuh cinta
Aku tidak boleh
Tidak
Tidak bolehSetetes air mata lolos dari mataku. Christian melihatnya. Sial
"Hai anna. Ada apa?" Dia menatapku, memegang kedua pipiku.
"Tidak. Aku hanya terharu" balasku. Aku berbohong. Bagus.. Lakukan seperti itu bisik anak kecil itu.
"Terharu? Kenapa?" Wajahnya mendekat ke arahku. Jantungku berdetak kencang tetapi di lain sisi otakku tertawa menang. Sampai saat ini rencanaku lamcar saja. Seperti awal rencana.
"Aku tidak tau" dia tersenyum sangat manis sekali. Mempertegas wajahnya yang sempurna. Lalu menatap ke arah matahari terbenam. Aku mengikuti arah matanya. Wow?! Matahari terlihat sangat besar dan indah di sini.
Aku tidak menyadari bahwa aku dan dia telah di mahattan.
Lalu tatapannya kembali ke arahku.
"Kau tau kenapa aku menatap matahari tadi?" Tanyanya. Aku hanya menggelengkan kepalaku. Dia tersenyum lagi. Bisakah dia berhenti melihatkan bagian dari dirinya yang bisa membuatku mati di tempat?
"Karna ternyata matahari tidak seindah dirimu" badanku berubah menjadi patung. Kata katanya meresap kedalam diriku. Aku tidak tau apa ini. Namun suara anak kecil itu selalu bertolak belakang dengan hatiku. Hati kecilku.
Nafasnya menghembus wajahku. Bibir merahnya menyentuh milikku. Tangannya menarikku lebih dalam ke pelukkannya. Suara hiruk orang dari sekitar karna melihat kemesraan kami.Kami berciuman. Ciumanan termanis yangku rasakan. Di mahattan. Saat matahari terbenam menyembunyikan sinarnya. Ciuman yang begitu menghentarkan hatiku sekaligus mengingatkan aku. Tuhan memang tidak adil. Dendamku tidak menolongku sama sekali. Aku jatuh cinta. Jatuh cinta kepada mangsaku sendiri
Maaf baru update itupun juga sangat sangat sangat sedikit. Dab beberapa typo lainnya. Doain aja deh besok bisa panjang yah. Xoxo
Jangan lupaaaaa vote dan komennya jika ada kekurangan:)
Dan ohiya! Baru jga buat cerita baru judulnya "distance" bisa cek di works ku. Please itu juga di baca dan di komen kekurangannya! Xoxoxo vote jga jgn lupa
terimakasih:)-pipit
YOU ARE READING
Maps
RomanceAntara balas dendam dan cinta membentengi cinta mereka. Seorang gadis yang memiliki tekad tinggi dan seorang laki laki yang begitu mencintainya. Cinta mereka bukan hal yang begitu mudah untuk di mengerti. Pengorbanan, air mata, tawa, amarah, keegois...