25

74 0 0
                                    

Bilaku katakan aku rindu padamu, akankah kau percaya itu?
Ataukah bilaku katakan aku ingin kau tetap di sini akankah kau tetap di sini?
Tapi, bila saja kau ingin pergi dan berlalu bersama masa lalu. Izinkan aku tahu, supaya tempatku menunggu bukan lagi kepadamu.

Maafkan kalimat kalimat atas, Dari sang penunggu.

-------------------------

Christian.
Kepribadian yang sedang memelukku erat dan menciumku di atas tempat ternyaman di dunia. Entah sejak kapan rasanya, tapiku fikir aku kembali ke rumahku lagi. Kembali ke tempat teraman selama ini. Di pelukkannya.

Hal yang tak bisaku hentikan dari fikiranku terus saja melayang, dan menjadi menyebar bersama udara. Menyekik, minta di jawab. Tapi, kepada siapaku cari jawabannya? Tentu saja bukan kepada christian. Setidaknya, aku mencoba tidak membangunkan orang lain dalam diri christian.

"Maafkan aku atas kejadian tadi malam. Aku.. Ak.. Hhm" christian memelukku lebih erat.
"Kau sudah mengucapkan maaf lebih dari 100 kali." Balasku masih dalam kehangatan rumahku.
"Kau tau, aku menyesal sekali. Akk..akku tak akan pernah menyiksamu, atau bahkan menyentuh dengan kasar seperti dia." Dia mengubah posisinya. Menatapku yang sedang meringkuk di bawahnya. Mata itu. Mata itu betul milik christian. Tangan kekarnya menyentuh pipiku. Begitu halus dia lakukan. Dan kiniku yakin, sekarang aku sedang berdua dengan christianku.

Telfon berdering. Christian menatapku lalu mengecup kecil bibirku. Badannya pun meninggalkan ku yang masih sibuk memikirkan pertanyaan gila di otakku.

Chtistian mengangkat telfonnya, lalu menjauh ke sudut kamar. Tapi kini bukan itu masalah. Tapi.. Christian. Adam. Bagaimana mereka bisa berada dalam 1 badan dan malah bertolak belakang satu sama lain.

Apa Christy tau itu? Ataukah hanya aku saja yang tidak tahu? Demi apapun. Aku butuh jawaban itu secepatnya!

Christian masih sibuk dengan telfonnya. Dan aku sibuk berkelana ke masa lalu. Tepat saat christianku berubah menjadi Adam. Adam yang dingin, kasar dan tidak mencintaiku.

Christian mengagetkanku dengan sentuhan di bibirku. Matanya sayu menatapku.

"Apa yang di perlakukan keparat itu kepadamu?" Tanya sambil mengusap pelan bibirku. Aku hanya bisa menggeleng pelan.

"Tidak. Tidak apa-apa." Jawabku. Dia menatapku dalam. Seperti tatapan itu mengunciku. Ada kesedihan di matanya.

"Ana, bunuh saja aku bila dia menguasaiku." Ucapnya sambil memelukku. Aroma tubuhnya menusuk indra penciumanku. Itu yang memang aku rindukan.

"Christian.."

"Aku serius ana. Bunuh saja aku." Katanya lirih. Aku semakin memeluknya erat. Mengusap punggung kuatnya. Menyalurkan kasih sayangku padanya. Siapapun orang yang berada di dalamnya. Tidak akanku biarkan dia menyakiti suamiku.

"Kau butuh terapi, christian."

"Ak-ak-aku takut." Kini pelukkannya semakin erat. "Aku takut bahwa akulah yang berada di tubuh Adam." Lanjutnya.

"Hei, jangan berfikir seperti itu." Ku tatap wajahnya. Tanganku memegang pipinya. Rahangnya tegas memperlihatkan christian yang kuat. Tapi, tidak dengan hatinya. Aku tahu itu tidak terlihat seperti di luar.

MapsWhere stories live. Discover now