Bawa aku dimana memelukmu tak harus merasakan tajamnya sikapmu.
Bawa aku dimana saat senyummu hanya untukku.
Bawa aku dimana hangatnya pelukmu buatku ingin terus berlindung.
Bawa aku di masa lalu.
-pipit mariani----------------------
Kalau aku bisa berteriak saat ini. Mungkin semua rasa yang menumpuk di dada mulai berkurang. Tapi, suasana menekanku untuk menggigit kuat lidahku.
Tak pernahku bayangkan, ku biarkan diriku jatuh ke dalam lubang yang lebih dalam. Ku kira bintang yang ku banggakan, ku sayang adalah bintang terbaik di hidupku. Tapi, mungkin karena jaraknya begitu jauh. Membuatku tak bisa melihat betapa panasnya bintang itu, betapa besarnya bintang itu. Kalau, aku bisa menampar diriku saat ini. Mungkin telahku lakukan. Tapi apalah dayaku. Kaki saja tak mampu lagi melangkah lebih jauh.
Christian berakting di depab semua orang kalau kami adalah pasangan yang paling bahagia. Di depan christy pun dia masih bisa memamerkan deretan gigi putihnya. Lipatan di sudut bibirnya pun terlihat ketika dia mulai tertawa kecil. Mataku tak hentinya memamerkan wajahnya. Aku tau, di balik itu semua dendam kepadaku lebih kuat. Tak terasa, kembaliku dapati diriku menangis LAGI.
"Omg, christy. Hey ada apa?" Christy yang melihatku mengusap air mataku mulai mendekat. Aku tak mungkin mengatakan pernikahanku dengan kakaknya hanyalah sebuah penjara selamanya untukku.
"Tidak. Aku hanya berfikir, akhirnya aku bisa bersama christian." Ucapku bohong. Tatap christian membuatku semakin sakit. Ku lihat di sudut bibirnya tersembunyi senyum licik.
Christy memelukku. Mencoba menenangkan aku yang entah, kapan penderitaanku akan berakhir.
"Oh ana, jangan bersedih. Semua baik-baik saja okay? Kau sudah menelfon ibumu?"
Oh iya! Aku belum menelfon perempuan itu. Apa aku harus beritahu dia kalau aku sudah menikah? Aku rasa tidak perlu. Apa pedulinya!
Tapi..
Bagaimanapun juga dia harus tau. Di matanya aku akan terlihat sudah sukses dan berada di atasnya. Sekarang, statusku adalah istri dari orang yang terkenal di seluruh negeri. Walaupun, pernikahan ini bukanlah.. Oh aku sudah tidak bisa menahan ini lebih lama.
"Aku ke toilet dulu." Tubuhku bangkit dari tempat duduk. Pamit dengan sopan ke semua keluarga christian dan berlalu menuju tempat teraman untukku sekarang. Toilet.
Aku berlari pelan dan menutup pintu toilet. Berjalan sempoyongan ke kaca. Menatap diriku yang sudah tak berbentuk lagi. Bukan secara fisik, tapi secara dalam. Hati, fikiran, jiwa. Semuanya sudah bercampur aduk dengan kepahitan hidup yang tak ada ujungnya.
Make upku pun luntur. Ku basuh wajahku dengan air. Tapi rasanya masih ada rasa sakit. Entah itu dimana. Di hati atau di fikiranku. Yang jelas, keduanya sudah tak bisa melakukan apapun.
Tiba-tiba saja pintu toilet terbuka. Mataku was was kalau christian datang untuk memberiku teguran. Tapi, ternyata hanya seorang wanita berambut hitam dengan gaya yang sangat berkelas. Di menatapku lalu tersenyum manis. Aku hanya diam melihatnya.
"Hey kau terlihat kacau sekali." Katanya yangku anggap sebagai basa-basi.
"Yaa" balasku malas. Dia menatapku sebentar lalu kembali fokus ke kaca. Semuanya hening tanpa pembicaraan lebih lanjut. Saat dia sudah selesai dengan bibirnya, dia berjalan menuju keluar toilet. Tapi sebelum dia keluar dia memanggilku.
"Aku rasa kita akan bertemu lagi." Sebuah kalimat yang membuatku memutar otakku. Kenapa dia yakin sekali?
Setelah 15 menit sembunyi di toilet dengan air mata. Akhirnya, aku keluar dengan wajah yang lebih baik daripada sebelumnya. Aku sudah mengeluarkan bebanku. Rasanya, hariku akan penuh oleh air mata. Aku rasa.
YOU ARE READING
Maps
RomanceAntara balas dendam dan cinta membentengi cinta mereka. Seorang gadis yang memiliki tekad tinggi dan seorang laki laki yang begitu mencintainya. Cinta mereka bukan hal yang begitu mudah untuk di mengerti. Pengorbanan, air mata, tawa, amarah, keegois...