Mataku berat. Mengedipkan mataku berkali-kali. Sinar matahari masuk ke dalam kamar dari sela-sela jendela. Terlihat indah. sangat.
Aku merasakan sebuah tangan kekar memelukku erat. kami sedang berada di atas tempat tidur. Badanku berada di dalam pelukkannya. Posisi kami saling berhadapan, Wajahku berada di dada bidangnya. Dan nafasnya teratur berada di pucuk kepalaku. hanya menggunakan boxer. dia bertelanjang dada dan aku? Entah sejak kapan aku berganti pakaian. Kepalaku sakit mengingat kejadian semalam. Hadiah buku, gaun dan sepatu, menghadiri pesta dansa yang malah mengantarkanku bertemu dengan vey dan stev, Dan aku berciuman dengan christian. dia melihatku. di titik aku begitu lemah. Sangat lemah. Tanpa tersadar air mataku mengalir. terasa panas di pipiku. christian mengeratkan pelukkannya. apa dia sudah bangun?
"morning" Sapanya. lalu mengecup puncuk kepalaku. menurunkan wajahnya sehingga wajahku bertemu dengan wajahnya. dia mengerutkan dahinya. Tangannya menghapus bekas air mataku yang membasahi pipi merahku.
"Ada apa?" suaranya lembut. Aku hanya diam. Dia mengerutkan dahinya lagi, bingung.
"Apa kau sakit?" raut wajahnya berubah, suaranya terdengar cemas. aku hanya diam lagi. Apa yang harus aku jawab? ya aku sakit, tapi ini. bagaimana bisa. ini jauh dari sakit akibat flu, demam dan teriris pisau
"jangan takut. Kau aman sekarang ana. dia dan orang-orangnya tak akan menyakitimu lagi. ini janjiku" Dia membawaku ke dalam pelukkannya. wajahku berada di leher dan dadanya. Aku hanya mengangguk pelan.
"Apa kau ingin sarapan?"
"ya. tapi aku mau membersihkan diri dulu" Jawabku langsung menarik diri dari pelukkannya. berjalan ke arah kamar mandi, pintunya berwarna putih terkesan elegan. Mataku masih tak sepenuhnya terbuka, kepalaku pusing. dan Bruk, aku terjatuh tepat di depan pintu kamar mandi. christian melompat dari tempatnya menghampiriku. tangan kiriku menopang memegang daun pintu, tangan kananku memegang kepalaku yang nyeri. entah, ini sakit sekali.
"Oh tuhan. Ana, hidungmu berdarah!" christian berteriak di belakangku. Badannya mengeras. terdengar suaranya cemas. dia menggendongku ke arah tempat tidur. membaringkanku dengan hati-hati. tangan kirinya membelai pipiku, dan tangan kanannya mengambil tissue yang berada di atas nakas samping tempat tidur. membersihkan hidungku yang mengeluarkan darah terus menerus dengan lembut. aku menatapnya. penglihatanku berputar-putar. Aku pernah merasakan lebih sakit dari ini tapi itu sudah begitu lama dan rasa sakit ini kembali lagi
"Kau harus ke rumah sakit ana. Kau sedang tidak sehat. aku harus menelfon ben untuk menyiapkan mobil. tunggu" Dia mencoba beranjak dari tempatnya. aku menahan tangannya. menatapnya tanpa ekspresi. dia mengerutkan dahinya memintaku berbicara
"Tidak christian. aku sehat.hanya perlu istirahat sebentar" Suaraku lirih, terdenger lemah. Aku membutuhkan obatku sekarang. dan sialnya aku tidak membawanya. Aku meninggalkannya di apartemen. Rahangnya mengeras, matanya menggelap. ada apa?
"Sehat? mataku masih sangat baik untuk melihat keadaanmu sekarang ana. kau jauh dari sehat. kau pucat dan mimisan. Jadi diamlah dan ikuti saja. mengerti?" Katanya menghujam telingaku. Air mataku membasahi pipiku. tidak! Tidak ada rumah sakit untukku. Aku tidak mau
"Ku mohon. aku tidak suka ke rumah sakit" aku memohon, masih menggenggam tangannya. suaranya terdengar, dia sedang menahan emosinya. Matanya terpejam, berulang kali mengantur nafasnya. lalu matanya kembali menatapku
"baiklah. tapi dokter akan ke sini dan tidak ada penolakkan lagi ana. atau aku akan memaksamu dengan cara apapun untuk ke rumah sakit!" suaranya mengancam. Aku mengangguk lemah ke arahnya. Lalu dia duduk kembali. menggenggam erat tanganku. Tangan lainnya sedang memegang ponselnya. dia sedang berusaha menghubungi seseorang. dia mendekatkan ponselnya ke daun telinganya. Menunggu suara dari benda itu
YOU ARE READING
Maps
RomanceAntara balas dendam dan cinta membentengi cinta mereka. Seorang gadis yang memiliki tekad tinggi dan seorang laki laki yang begitu mencintainya. Cinta mereka bukan hal yang begitu mudah untuk di mengerti. Pengorbanan, air mata, tawa, amarah, keegois...