18. Stay or go

148 6 0
                                    

Sinar matahari masuk melalu celah jendela menyilaukan mataku. Tubuh kekar christian mendekapku erat di bawah selimut. Bahunya menjadi bantal terempuk yang pernah aku rasakan. Aku tidak ingat bagaimana kami bisa berada di kamar dan memakai pakaian masing-masing. Yang aku ingat kita bercinta sepanjang malam.

Mataku menatap wajahnya yang di ukir oleh tuhan begitu sempurna. Hidung mancungnya membuatnya terlihat semakin menakjubkan. Bagaimana bisa aku menyakitinya

Suara ketukan pintu mengagetkanku. Christian bangun dari tidurnya. Menatapku yang berbaring di sampingnya. Seulas senyum terukir di bibir tipisnya. Mengecup pelan dahiku.

"Selamat pagi" ucapnya. Dia begitu memukau, padahal dia baru saja bangun.
"Pagi" balasku masih menatap sepasang mata yang membuatku terpaku.

Apa aku sudah jatuh cinta dengannya?
Bagaimana dengan balas dendamku?
Apa yang harusku lakukan?

Ketukan pintu terdengar lagi. Christian mendesis lalu mencium singkat bibirku.

"Aku ingin menelanjangimu lagi sekarang dan merasakan kehangatanmu. Tapi sayangnya aku harus menyelesaikan ketukan pengganggu itu" dia berjalan menuju pintu lalu membukanya dengan kasar.

Aku tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan. Tapi aku yakin sesuatu yang tidak beres. Aku bisa melihat dari raut wajah christian yang kesal. Dia membanting pintu dengan keras lalu berjalan ke arahku.

"Anna aku harus pergi. Wanita itu melakukan hal bodoh lagi" suaranya terdengar sangat marah. Dia akan meledak. Dan tentu saja aku tau siapa yang dia maksud. Ibu tirinya. Siapa lagi?
"Oh baiklah."
"Tidurlah dan jangan keluar dari sini okay? Kita akan kembali ke boston saat aku kembali" dia naik ke tempat tidur lalu menciumku begitu mesra. Mungkin jika ibunya tidak membuat masalah saat ini. Mungkin. Ya mungkin saja dia akan memakanku saat ini.

Sudah 2 jam berlalu. Christian belum juga kembali. Rasa bosan membunuhku. Jam menunjukkan pukul 14.27 dan aku belum juga mandi. Aku rasa aku butuh membersihkan diriku selagi christian pergi. Lalu, suara pintu terbuka.

Hentakkan kaki menuju ke arahku. Mataku menunggu untuk melihat siapa itu.

Mataku melebar

Apa yang dia lakukan di sini?

Apa maunya?

Rambut putihnya terikat begitu sempurna dengan paduan baju hitam kelam yang begitu elegan. Sepasang mata biru itu menatapku datar.

"Anna.. Kita perlu bicara" suaranya dingin. Sedingin es. Tidak. Ini sedingin sebongkahan batu es menghamtamku.
"Y..yyy..yaa" suaraku gugup.

Dia berjalan dengan sangat anggun ke sofa putih. Aku ikut untuk duduk kembali ke sofa dan duduk berhadapan dengannya. Tatapannya bagaikan belati menusukku. Betul menusukku.

"Kita mulai dari awal saja. Apa maumu?" Suaranya datar. Wajahnya datar. Aku diam. Diam membisu. Apa maunya? Maksudku, apa maksudnya?
"Kau baru saja mengeluarkan suara 5 menit yang lalu jadi aku yakin sekali kau tidak bisu" lanjutnya.
"Aku. Aku tdk mengerti maksud anda mrs. Swift" balasku dengan suara gemetar. Demi tuhan, aku bisa mati di tempat.
"Apa yang kau inginkan dari keluargaku. Dari christian. Aku punya informasi tentangmu. Tanpa terkecuali." Penjelasannya. Aku mengerti sekarang. Dia tau. Dia tau rencanaku.
"Anastasya jordan lahir di rusia dari ayah yang tak jelas dan ibu seorang penggoda. Lahir dengan kecerdasaan yang begitu baik namun sayang berkebatasan uang. Mendapatkan beasiswa penuh semasa sekolahnya. Hidup dengan kebencian. Jadi, harus aku menjelaskan lebih detail lagi ana?" Dia tersenyum. Dia menampakkan senyum iblisnya. Aku diam mematung. Aku harus apa sekarang.
"Jadi, apa maumu? Ingin mengambil kekayaan cucuku? Lalu membalaskan dendam kepada semua orang? Begitu?" Lanjutnya. Setiap kata yang keluar dari mulutnya memberikan cambukkan yang begitu menyakitkan.
"Aku.. Aku tdk bermaksud untuk.." Balasku latah
"Kalau begitu tinggalkan dia. Menjauhlah dari kehidupannya. Aku akan memberikan uang yang kau butuhkan. Kau hanya perlu menjauh darinya." Dia memerintahkanku. Aku harus apa? Suaraku hilang. Aku tidak berkata apapun.

Menjauhinya.

Pergi menjauh darinya.

Apa aku bisa?

Apa aku mampu?

Aku baru saja menyukainya.

"Aku tidak bisa" suaraku kelu. Aku tidak bisa menatap matanya lagi. Kepalaku menunduk pasrah.

"Kau bisa. Aku bisa membuatmu membalaskan dendammu itu. Hanya saja. Kau perlu menjauhi cucuku. Jauhi dia!"

Dia bisa membalaskan dendamku?
Apa itu serius?

"Mrs. Swift aku betul tidak bermaksud untuk memanfaatkan christian. Aku aku.." Suaraku latah. Aku tidak tau. Aku bingung. Aku..

"Kau mencintainya?" Tanyanya. Dia serius. Dia sangat serius

"Aku rasa. Ak aku rasa aku mencintainya." Balasku jujur.

"Tapi dia tidak mencintaimu. Kau hanya mainan untuknya. Dia selalu seperti itu." Katanya dengan senyum. Senyum kemenangan.

Haloo sorry lama updatenya soalnya aku rasa cerita ini ga ada peminatnya.
Sedih.
Cry.
Sorry typo juga guys dan malah tambah ngawur
Tapi aku harap cerita ini semakin tinggi peminatnya dan please vote and komennya karna itu bisa membantu sekali dalam mengoreksi cerita ini.
Ingat juga baa ceritaku yang lain.
Thanks:)

MapsWhere stories live. Discover now