part 4

70.7K 3.6K 22
                                    

"Calvin...." Gumam Carin pelan.

Ia tak menyangka Calvin menolongnya di saat yang tepat. Lery segera menghajar pemabuk tadi dengan beberapa pukulan, setelah itu Lery menyeret pemabuk itu ke kantor polisi.

Calvin mengeluarkan sapu tangan dari dalam saku celananya, lalu membersihkan tangannya yang tadi ia pakai untuk memukul pemabuk tadi. Calvin membuang sarung tangan itu ke sembarang tempat.

Carin masih shock dengan semua kejadian ini, ia hanya bisa menatap Calvin kaget.

"Apa kau baik-baik saja Ms. Weshley?" Tanya calvin khawatir.

"Apa anda mengikuti saya?" Carin bertanya sambil memicingkan matanya.

"Tidak bisakah kau berterima kasih pada ku Ms. Weshley? Kalau tadi aku tidak datang mungkin..." Sebelum Calvin melanjutkan kata-katanya carin langsung memotong omongan Calvin,

"okay, terimakasih banyak sir sudah menolong saya." Carin memutar matanya malas.

"Semua sudah saya bereskan tuan." ujar Lery.

Calvin hanya mengangguk. Ia lagi-lagi menarik tangan Carin, ia menarik Carin ke dalam mobilnya. Carin mencoba melepaskan pegangan Calvin namun pria itu memegangnya sangat kuat, bahkan hampir menyakiti Carin. Calvin langsung mendorong Carin masuk ke dalam limosinnya. Setelah mereka berdua masuk Calvin memerintahkan Ronald untuk melajukan kendarannya.

"Sir anda menyakiti saya" ujar Carin berani.

"Jika kau ingin di perlakukan halus maka turutilah perintah ku. Apa sulit kau ku antar pulang? Apa kau tau banyak wanita di luar sana yang ingin berdekatan dengan ku, kau malah menolaknya." balas Calvin tanpa rasa bersalah sedikit pun.

"Percuma berbicara dengan orang semacam anda." gerutu Carin pelan.

"Apa kau bilang?" Tanya Calvin dengan tatapan tajam.

"Tidak, ku bilang anda pria yang baik hati." balas Carin dengan mimik muka jijik.

"Gadis pintar" ujar Calvin sambil megelus puncak kepala Carin.

"Sekarang dimana rumah mu, Carin?" Tanya Calvin dan Carin  langsung menunjukan rumahnya pada Calvin.

***

"Apa rumah mu sejauh ini?" Tanya Calvin terkejut.

Rumah Carin memang berada di pinggir kota New York. Oleh karena itu, ia membutuhkan waktu satu jam untuk sampai di Equino's Company.

"Ya, hanya sebuah rumah kecil di daerah yang sederhana sir" jelas Carin, "Sir saya rasa sampai disini saja, saya bisa berjalan kaki, rumah saya tidak jauh dari sini."

"Apa kau yakin? Mengapa aku tidak boleh mengantarkan mu sampai depan rumah mu?" Tanya Calvin heran.

"Yakin sir, tidak apa-apa." balas Carin.

"Ronald, berhenti di depan!" Perintah Calvin.

Calvin menuruti apa kemauan Carin, ia sudah lelah berdebat dengan gadis itu.

"Terimakasih atas tumpangannya sir, lain kali tidak perlu repot-repot." ujar Carin dengan senyum malas.

Tanpa menunggu balasan Calvin, Carin segera turun dari mobil Calvin dan berjalan menuju rumahnya. Tanpa sepengetahuan Carin, Calvin mengikuti Carin dengan berjalan kaki.

Dilihat Calvin, Carin memasuki rumah yang sangat kecil baginya dan rumah itu nampak gelap.

Apa orang tuanya pergi... Batin Calvin.

"Kau tidak bisa mengadali buaya wahai kelinci kecil." ujar Calvin sambil melihat Carin yang menghilang di balik pintu lalu Calvin segera kembali ke mobilnya.

***

Carin memasuki rumahnya, ia menyalakan lampu depan dan mengunci pintu. Rumahnya tak besar hanya ada ruang tamu dengan tv, dapur yang kecil, satu kamar mandi, dan dua kamar tidur. Itu sangat cukup untuk hidupnya yang sekarang sebatangkara.

Carin melemparkan tasnya ke atas kasur. Hari ini cukup melelahkan baginya. Mengapa ia harus di pertemukan dengan orang macam Calvin Equino? Kalau saja bukan karena pekerjaan rasanya tidak mau ia mengenal orang seperti Calvin. Memang ia akui Calvin sangat tampan tapi pria itu juga sangat arogant dan pemaksa.

Carin menghela napas berat. Sunyi, Itu yang Carin rasakan. sudah 6 tahun ia hidup sebatangkara. Jika ibu dan ayahnya ada disini pasti ada yang menyambutnya saat ia sampai dirumah. Ibunya akan menanyakan bagaimana pekerjaannya, tapi apa? Hanya kesunyian yang menyambutnya.

Carin melihat foto saat ia berusia 5 tahun bersama ayahnya sedang memancing saat liburan musim panas. Ia tersenyum lalu menyeka air matanya. Ayahnya tidak pernah mengajarinya menjadi wanita lemah. Ia tidak mau membuat ibu dan ayahnya sedih disana.

Carin menghena napas untuk mengkontrol emosinya. Ia langsung beranjak dari kasur dan pergi untuk membersihkan dirinya.

Setalah membersihkan diri, Carin keluar dari kamar mandi dengan menggunakan piyama. Sebelum tidur biasanya ia mengecheck ponselnya terlebih dahulu. Ia mengambil ponselnya yang berada di dalam tas kerjanya tadi. Saat ia ingin menutup tasnya, ia melihat boneka beruang kecil yang tadi di berikan oleh Calvin. Ia mengeluarkan boneka tersebut.Entah kenapa ia senyum-senyum sendiri mengingat bagaimana Calvin bermain ufo catcher untuk membantunya mendapatkan boneka ini.

Sweet... Astaga! Apa yang aku pikirkan?! Otak ku mulai tidak beres, bagaimana bisa aku menyebut calvin manis? Melihat semua perlakuan memaksanya. Lebih baim aku tidur. Ku taruh boneka beruang kecil itu di samping ku. Aku mulai mencari posisi nyaman untuk tidur lalu ku matikan lampu tidur ku.

Saat aku memejamkan mata tiba-tiba senyum calvin hadir di bayanganku. Aku langsung membuka mataku, aku sudah gila pikir ku. Aku mencoba menenangkan diriku, namun yang ada aku malah mengingat saat-saat aku bersama calvin tadi, di tambah lagi saat calvin menolong ku dari pemabuk sialan itu. Calvin begitu..... Stop! stop! Ini tidak bisa di biarkan. Aku mengacak rambut ku frustasi.

Aku dengar berhitung dapat membuat kita terlelap, aku akan mencobanya. Aku akan berhitung dari satu sampai seratus, siapa tahu mitos itu benar. 1,2,3,4,5,6,7,8,9..... Belum samapai hitungan sepuluh mata ku sudah berat. Akhirnya aku larut dalam mimpi ku.

Terimakasih bagi yang udah baca cerita ini;) maaf jika banyak kesalahan hehe...
Jangan lupa add to ur library/reading list hehe
Vote dan commentnya kalian sangat berarti loh, biar aku semangat lanjutin cerita ini;) sekali lagi thank you!



Mon AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang