part 42

39.2K 1.2K 101
                                    

"Loving me will not be easy, it will be war. You will hold the gun and i will hand your bullets. So breathe, and embrace the beauty of massacre that lies ahead" - ( R.M Drake)

-----------------------------------------------


Author's PoV

Salah seorang karyawan Cafe mendudukan Carin di kursi belakang mobil Kaila. "Ini tas teman anda nyonya" Karyawan itu memberikan tas yang tadi Carin bawa. "Terimakasih" Kaila masuk kedalam mobilnya dan duduk disamping Carin untuk menyangga badan Carin. Karyawan itu mengangguk lalu menutup pintu mobil dan pergi masuk kembali kedalam Cafe.

Kaila melihat Carin yang tak sadarkan diri bersandar di pundaknya, lalu tersenyum licik. "Dasar bodoh!" Ujar Kaila dengan peringai jahatnya. "Ayo jalan" perintah Kaila pada orang suruhannya yang menyetir mobilnya. "Baik nyonya" orang suruhan Kaila yang berbadan besar itu langsung membawa laju mobil. Kaila melirik tas Carin yang berada disampingnya. Ia membuka kaca mobilnya dan membuang tas itu begitu saja keluar jalan raya yang ramai lalu lalang kendaraan. Ia ingin menghilangkan seluruh jejak Carin agar Calvin tidak bisa melacaknya.

Saat Kaila diusir oleh Calvin, ia bersumpah pada dirinya sendiri bahwa ia akan balas dendam pada wanita yang telah membuat rencananya hancur, yaitu Carin.

*flashback on*

"Ini teh pesanan anda nyonya" seorang pelayan melayan menaruh secangkir teh dihadapan Kaila lalu pergi. Kaila menengok kearah sekitar untuk memastikan tidak ada yang memperhatikannya. Ia mengeluarkan satu botol kecil obat bius dari tasnya kemudia ia memasukan satu botol obat bius itu kedalam teh yang nanti akan ia berikan pada Carin. Seteguk saja Carin meminum teh itu, dipastikan Carin akan tidak sadarkan diri.

*flashback off*

***

"Apakah kau nyaman?" Tanya Viona sambil membenahkan bantal Jo. Jo baru saja di pindahkan dari ruang UGD ke ruang rawat inap. Calvin duduk di sofa yang berada di ruang rawat inap ayahnya sambil melihat ayahnya. "Nak, bagaimana dengan pekerjaan mu jika kau berada disini?" Tanya Jo pada Calvin. "Carin yang menanganinya" jawab Calvin. "Sudahlah, kau istirahat saja Jo" omel Viona. Jo pun menuruti perkataan Viona dan mulai memejamkan matanya.

"Nak kau pulang saja, biar aku yang menjaga Jo" ujar Viona sambil duduk disisi Jo. "Aku akan menemani kalian juga" Calvin menyandarkan tubuhnya lalu menggulung lengan kemejanya agar lebih santai. "Yasudah" Viona menarik selimut Jo sampai dadanya.

Calvin mengambil iPadnya lalu mengecek e-mailnya. Ia ingin melihat hasil rapat dengan Cimons Corpration yang dikirim Carin. Saat ia melihat e-mailnya, ia tidak melihat e-mail baru yang masuk. Ia mencoba merefresh lagi e-mailnya dan hasilnya pun nihil, tidak ada e-mail dari Carin.

Calvin mengeluarkan ponselnya dan menelfon Carin. Tut...tut... Calvin melihat layar ponselnya sambil menaikan alisnya. Panggilannya pada Carin tidak tersambung. Ia menelfon Carin sekali lagi dan hasilnya sama, panggilannya tidak tersambung. Calvin mulai merasa panik namun ia mencoba setenang mungkin. Ia beranjak dari sofanya lalu pergi keluar kamar ruang rawat ayahnya sambil menelfon Lerry. Calvin tidak mau mengganggu istirahat ayahnya.

"Selamat malam sir" sapa Lerry saat mengangkat panggilan Calvin. "Kau sedang dimana?" Tanya Calvin sambil memasukan satu tangannya ke saku celananya. "Saya sedang di penthouses anda, ada apa sir?" Tanya Lerry sedikit bingung. "Aku menelfon Carin tetapi panggilannya tidak tersambung, apa kau tahu dia dimana?" Calvin memegang dagunya. "Tidak sir, jika anda mau saya akan ke apartmentnya untuk memeriksa keadaannya" tawar Lerry. "Baiklah, kabari aku jika kau sudah bertemu Carin" Calvin kemudian masuk kembali ke kamar rawat ayahnya. Ia duduk kembali di sofa lalu menyandarkan bahunya. Perasaannya tak tenang sekarang. Ia mengusap rambutnya gusar sambil menghela napas panjang. Entah apalagi cobaan yang Tuhan berikan untuknya.

Mon AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang