Tangan Agnes bersimbah darah segar. Bukan darahnya, melainkan darah Julio. Sebuah peluru bersarang tepat didada Julio, karna ia tiba-tiba datang dan pasang badan saat peluru melesak keluar dari pistol yang diarahkan Barbie pada Agnes. Julio kini terkulai lemas di pangkuan Agnes yang terus menangisinya dengan tangan yang tak pernah lepas dari luka yang terus mengeluarkan darah.
"Juliooooo......kamu tahan ya sayang...kamu nggak akan kenapa-kenapa...." seluruh tenaga dibadan Agnes hilang melihat keadaan suaminya. Airmata seakan mengucur deras tak bisa dibendung lagi.
Julio ingin membalas ucapan Agnes namun bibirnya kaku. Rasa sakit didadanya begitu menyiksanya. Julio meraih tangan Agnes dan menciumnya pelan. Hanya itu yang bisa ia lakukan. Tangan Julio gemetar, ia mencoba mengangkatnya untuk menghapus airmata Agnes. Julio seperti ingin mengatakan 'jangan menangis sayang....'
"Jangan bergerak!!! Letakkan senjata anda!" suara tegas seorang polisi membuat Barbie takut. Pistol ditangannya langsung jatuh.
Beberapa orang polisi menghampiri Barbie. Satu diantaranya langsung menahan tangan Barbie. Andre berlari menghampiri Julio dan Agnes. Sementara Fero terdiam di pintu. Ia tak sanggup melihat keadaan Julio dan Agnes. Terlebih itu semua atas ulah kejam kakak kandungnya sendiri.
"Bang Julio!" seru Andre. "Kak bang Julio kenapa bisa gini?"
"Ndre, tolong kakak....tolong bawa Julio ke rumah sakit....kakak mohon selametin Juliooo....tolong, Ndre, tolong..." darah Julio semakin mengalir banyak membasahi tangan Agnes dan tangis Agnes semakin deras.
"Bang lo bertahan! Gue yakin lo kuat!" Andre memegang wajah Julio. Seperti ada sesuatu yang ingin Julio katakan, tapi sama, bibirnya tak mampu lagi berucap.
"Lepasin saya pak!!! Lepasinnnnn!!" Barbie meronta, tangannya telah diborgol oleh polisi dan akan digiring keluar. Ia meminta berhenti saat melihat Fero. "Jadi lo yang bawa mereka buat nangkep gue?! Lo gila, Fer! Gilaaaaa! Lo nggak tau gue nglakuin ini semua demi ayah!!"
"Tapi bukan gini caranya!" bentak Fero. Ia memendam rasa penyesalan yang teramat besar, ia merasa terlambat. Kedua tangannya sudah mengepal. Mungkin kalau kakaknya adalah laki-laki Fero tidak segan melayangkan tangannya. "Gue nggak nyangka lo tega kak! Lo yang gila!! Lo halalin cara kotor dan itu semua buat ayah! Gue nyesel...gue nyesel kita mempunyai aliran darah yang sama!"
"Lo nggak tau betapa cintanya gue sama ayah! Dan lo pikir gue juga dengan senang hati ngelakuin ini? Gue juga bingung, Fer!! Tapi gue nggak ada pilihan!"
"Gue mengutuk hari dimana kita ketemu sama kak Silla!" Fero menatap tajam pada Barbie. Orang didepannya ini bukan lagi kakaknya, tapi seorang iblis. "Bawa dia pergi pak! Beri hukuman yang pantas buat dia!"
"Pak jangan pak..lepasin!!! Lepasssss!!! Feroooo...gue benci lo!" Barbie tak bisa berhenti berteriak tapi semua tetap percuma. Polisi menyeret Barbie masuk ke mobilnya.
"Fero tolongggggg!!!" seru Andre. Fero secepatnya berlari.
"Kak Juliooo...bang, kita bawa kak Julio ke rumah sakit sekarang!" Fero berusaha membantu Julio berdiri sedangkan Andre menolong Agnes
"Awwww......Ndre, kakak nggak sanggup....." Agnes melihat air ketubannya semakin banyak mengalir
"Kak sabar ya tahan..." Andre menggendong Agnes dan Fero memapah Julio. Mereka harus menyelamatkan empat nyawa sekaligus.
Fero membawa Julio dengan mobilnya dan Andre menggunakan mobil Julio untuk membawa Agnes. Mereka mencari rumah sakit terdekat di daerah situ. Agnes merasa perutnya sakit, dan badannya lemas. Ia meminta agar Andre bisa dengan cepat sampai ke rumah sakit. Ia tidak mau sampai terjadi hal buruk pada bayi-bayinya.
YOU ARE READING
FOREVER ✔
Romance[Romance Story] Sequel dari kisah cinta Julio dan Agnes di cerita Promise