Lima bulan setelah kematian Julio....
Hari-hari Agnes tak lagi sama. Tak ada lagi Agnes yang ceria dan murah senyum. Kini wajahnya selalu diliputi awan mendung. Sudah lima bulan suaminya meninggal, tapi duka itu masih sangat terasa. Agnes masih merekam jelas detik-detik Julio menyelamatkannya dari sasaran tembak Barbie, dimana Julio jatuh ke pangkuannya dan darah Julio mengalir, membanjiri tangannya. Agnes masih belum bisa memaafkan dirinya sendiri atas kepergian Julio. Ia merasa sangat bersalah, Julio meninggal karna menolong nyawanya dan juga kedua bayi didalam kandungannya. Mental Agnes mengalami guncangan hebat, ia menjadi rapuh..ringkih bagai kertas tipis yang kapan saja bisa sobek. Agnes menjadi lebih sering mengurung dirinya didalam kamar, membiarkan kesepian menjadi temannya, karna ia merasa didalam kamar itu masih ada Julio yang selalu menemaninya. Aroma tubuh Julio masih selalu melekat dan akan terus seperti itu. Tidak ada satupun barang Julio yang ia singkirkan, semua tetap sama.
Agnes bisa dibilang mengalami gangguan kejiwaan, dimana ia sering mengobrol dan tersenyum sendiri, disela kesepiannya mengenang sosok Julio. Hal ini membuat keluarga dan teman-temannya dilanda kekhawatiran. Agnes terlalu menyatu dengan Julio, dan ia sangat berat kalau harus dipisahkan dengan hal yang berhubungan dengan Julio. Pernah suatu saat Agnes meronta saat akan dibawa ke psikiater, karna ia tidak mau dianggap gila. Kondisi fisik Agnes juga mengalami penurunan, ia menjadi semakin kurus dan tidak pernah lagi merawat dirinya. Bahkan ia tidak bisa lancar memberi ASI eksklusif pada kedua bayi kembarnya, Tristan dan Nayla, yang sudah berusia lima bulan. Tristan dan Nayla lebih sering diasuh oleh Bunda Lena yang pasca Julio meninggal, beliau pindah ke rumah Agnes untuk menemaninya. Agnes bukannya tidak sayang dengan kedua bayinya karna bagaimanapun juga mereka adalah hal terindah yang Julio tinggalkan untuknya. Namun, dirinya juga tidak bisa mencurahkan kasih sayangnya secara utuh pada mereka, karna pikiran Agnes masih disesaki dengan memory nya akan Julio.
"Bi, Agnes mana ya?" tanya Bunda Lena pada Bibi yang sedang menyiapkan sarapan di dapur. Agnes tak ada lagi dikamarnya, dan dengan kondisinya yang seperti sekarang, Bunda Lena takut Agnes melakukan hal diluar akal sehatnya.
"Maaf nyonya, saya tidak tau..saya juga belum liat non Agnes daritadi pagi" Bunda Lena cemas, ia harus bisa menemukan Agnes. "Mungkin dikamar mandi, nyonya.."
"Nggak ada, Bi, udah saya cari tadi...dimana kamu, nak...agnes...."
"Atau mungkin non Agnes ada dikamar si kembar, nyonya.." ucap Bibi lagi dan membuat Bunda Lena tersadar, dia belum mengecek kamar cucunya.
Bunda Lena segera berlari ke kamar Tristan dan Nayla. Betapa shocknya beliau mendapati Agnes sedang tidur di bawah box bayi dengan beralaskan karpet sambil memeluk sebuah guling. Bunda Lena mendekati Agnes yang masih terlelap. Beliau menengok kedua cucunya yang juga masih tertidur.
"Agnes....sayang...." Bunda Lena dengan sangat hati-hati membangunkan Agnes. Agnes bergerak sedikit, dan saat melihat Bundanya, Agnes malah menutup wajahnya dengan guling.
"Agnes mau disini....sama Julio" ucap Agnes dari balik gulingnya. Bunda Lena dibuat menitikkan airmata tiap kali Agnes mengkhayal tentang Julio
"Sayang, Bunda nggak liat ada Julio disini...kamu bangun ya nak, kenapa kamu bisa tidur disini?" Bunda Lena membelai kepala Agnes, perlahan Agnes memunculkan wajahnya
"Semalam Julio ngajak Agnes tidur disini, Bun...tapi tadi pagi-pagi, Julio nya udah pergi....tapi nanti Julio bilang kok mau kesini lagi, jadi Agnes nggak mau pergi dari sini" jawab Agnes. Kejadian seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Bunda Lena, dimana ia melihat putri kesayangannya yang bersikap tidak normal.
"Agnes, tolong nak jangan seperti ini terus....Bunda tahu kamu sangat merindukan Julio, tapi Bunda mohon, jangan bikin Bunda selalu khawatir sama sikap kamu"
YOU ARE READING
FOREVER ✔
Romance[Romance Story] Sequel dari kisah cinta Julio dan Agnes di cerita Promise