Part 17 - Let Me Go......

2.6K 167 7
                                    

Agnes masuk ke rumah dengan deraian airmata, disusul Julio yang lalu membanting pintu keras. Bibi yang tadinya ingin menyambut kedua majikannya itu akhirnya harus undur diri karna suasana dirasa sangat panas. Agnes duduk di sofa ruang tamu masih belum bisa menghentikan tangisannya. Hatinya pilu mendengar tuduhan Julio atas dirinya tadi.

"Sekarang kamu jelasin sama aku, ada hubungan apa sebenarnya kamu sama Fero?" Julio berdiri di depan Agnes dengan tatapan garang. Bahkan tangis Agnes tak bisa membuat hatinya berdamai.

"Pertanyaan bodoh macam apa sih itu, Yo? Aku nggak mungkin ada hubungan apa-apa sama Fero kecuali temen kerja!" dalam isaknya Agnes mencoba membela diri

"Trus kenapa kamu nggak crita kalo kamu pindah tempat ke hotel? Kenapa hp kamu sama Fero dua-duanya nggak bisa dihubungin? Apa kamu sengaja nggak mau aku ganggu? Iya!" bentak Julio. Urat sarafnya menegang, emosinya sudah diambang batas.

"Hp aku ketinggalan di kantor, dan hp Fero lowbat. Puas kamu?!" Agnes yang tak tahan dengan desakan Julio memberanikan diri untuk bangkit dan menghadap wajah Julio yang merah karena amarah. 

"Alesan basi, Nes! Bilang aja kamu keenakan kan berduaan sama Fero sampe nggak bisa terima telfon aku!" 

"Kamu kesambet setan manasih, Yo! Bisa-bisanya kamu ngomong ngelantur kayak gini" dada Agnes sesak, batinnya tersayat.

"Harusnya memang dari awal aku nggak ngijinin kamu untuk kerja, kalo ujungnya jadi kayak gini!"

"Kamu tega, Yo....kamu tega nyakitin aku....kamu tega!" Agnes mendorong tubuh Julio

"Kamu pikir cuma kamu yang sakit?" tanya Julio, kedua tangannya meraih bahu Agnes dan mencengkeramnya "Aku juga sakit, Nes! Kamu nggak tau gimana sakitnya aku saat aku liat dengan mata kepala aku sendiri, kamu....istri aku, disentuh sama laki-laki lain! Dan lebih parahnya lagi, saat kamu kesakitan justru dia yang ada di samping kamu....bukan aku!"

"Tapi kamu nggak pantes nuduh aku sembarangan, Yo! Kamu nggak percaya lagi sama aku?" tangan Agnes menyentuh pipi Julio "Maafin aku kalo aku salah...maaf kalo aku bikin kamu kecewa...tapi aku nggak ada maksud buat nggak cerita sama kamu"

"Percuma, Nes" Julio menurunkan tangan Agnes. Nampaknya Agnes tak berhasil meluluhkan amarah dalam hati Julio. Julio masih terlihat berapi-api. Hal itu terlihat pada kedua tangannya yang mengepal "Kamu juga terlalu baik sama Fero makanya dia ngelunjak!"

"Aku terlalu baik apasih? Aku bersikap sewajarnya kan sama dia?"

"Kan aku nggak tau apa yang kamu lakuin selama di kantor kamu ketemu sama dia! Kamu lepas dari pengawasan aku, dan cowo brengsek kaya Fero dengan leluasa memanfaatkan keadaan itu buat deketin kamu! Kamu pikir, Nes, gimanapun Fero cowo normal! Sepolos-polosnya dia, dia juga punya napsu sama cewe! Bahkan cewe hamil kaya kamu aja mau diembat sama dia.." Agnes makin tak mengerti setan apa yang sedang mendiami Julio sampai dia bisa mengeluarkan kalimat yang diluar akal sehat seperti itu. Julio yang dihadapannya bukan Julio suaminya selama ini. 

"Kurang apasih aku buat kamu...sampe kamu bisa dengan gampangnya nuduh aku macem-macem" Julio membuang muka dan tak mau bertatap mata dengan Agnes. Ia tahu mata Agnes adalah senjata utama baginya untuk melunak, tapi untuk kali ini Julio tetap berpegang pada pikirannya.

"Aku nggak akan nuduh kamu kalo aku nggak liat sendiri! Kamu keluar dari hotel sama cowo lain, dengan alesan kerja tapi apa aku tau di dalem kamu ngapain aja...bisa aja kan Fero ngajak kamu check in! Bisa aja napsu Fero sama kamu udah memuncak makanya dia nggak tahan lagi!"

Agnes serasa disambar petir mendengar perkataan Julio barusan. Sepicik itukah Julio suaminya? Dimana logika yang biasanya ia pakai dalam menghadapi setiap masalah? Hati Agnes semakin terkoyak, bahkan suaminya sendiri sudah tak percaya padanya. Agnes merasa terintimidasi, ia ingin membalas tapi mulutnya kelu. Bukan karna takut, tapi karna sakit luar biasa yang sudah ditorehkan Julio padanya. Hanya derasnya airmata yang bisa mewakili perasaan Agnes saat ini. 

"Kenapa diem? Nggak bisa ngelak lagi kan?" tanya Julio, sedikit membentak "Jangan-jangan bener lagi kamu tadi habis ditiduri bajingan itu!" 

PLAAKKKK!!! Bukan dengan ucapan, tapi dengan sebuah tamparan Agnes membalas perlakuan Julio padanya. Julio yang tak mengira akan mendapat tamparan dari Agnes hanya bisa mengusap pipi kirinya yang memerah dan perih. Agnes mengutuki dirinya yang barusaja menampar suaminya sendiri. Agnes marah pada keadaan yang menyebabkan dia melakukan hal senekat itu. Tangannya memukul dada Julio untuk menghabiskan sisa amarah yang berkecamuk dalam batinnya.

"Aku nggak sanggup lagi ngadepin kamu...terlalu sakit.....sekarang terserah mau gimana aku dalam pikiran kamu, yang jelas aku tegesin sama kamu, aku nggak pernah selingkuh sama Fero! Dan aku yakin suatu saat kamu akan menyesali semua ucapan kamu tadi!"

"Kemaren kamu bisa berfikiran macem-macem kan sama aku dan Barbie? Padahal kamu nggak tau gimana kejadiannya? Dan sekarang, dengan bukti yang aku liat, akan sangat wajar kalo aku berfikiran buruk sama kamu! Itu hotel, Nes....hotel!" seru Julio memberi penekanan pada kata 'hotel'

"Susah ngomong sama kamu sekarang! Aku capek..." Agnes melangkah dan menaiki tangga ke kamarnya. Sementara Julio, dia mengambil apa yang ada disitu dan membantingnya, dua vas bunga menjadi sasaran amukan Julio. Bibi yang mengintip dari dapur hanya bisa mengelus dada.

Berapa waktu berselang, Agnes turun dari kamarnya dengan membawa sebuah koper. Julio yang sudah capek karena sudah berhasil memporak-porandakan ruangtamu rumahnya hanya bisa terduduk. Agnes yang melihat semua perbuatan Julio makin menangis karna Julio bisa setemperamental itu.

"Mau kemana kamu?" tanya Julio yang melihat Agnes menarik kopernya dan berjalan melewatinya

"Apa peduli kamu? Bukannya dimata kamu aku cuma seorang istri yang hina? Yang bisa ditiduri oleh laki-laki selain suaminya sendiri!" Agnes menjawab tanpa menoleh sedikitpun pada Julio. Ia tak mau Julio kembali melihat tangisannya.

"Ohh..jadi kamu mau pergi sama brondong kamu itu? Kamu udah bosen sama aku, iya!" Julio bukannya merasa bersalah malah semakin merasa tersulut. Agnes berbalik dan menatap Julio dengan sisa tenaga yang masih menempel diraganya.

"Bahkan kamu nggak menahanku? Dan malah kembali nuduh aku dengan semua pikiran kamu yang nggak masuk akal itu! Dimana hati kamu, Yo? Dimana semua rasa cinta kamu sama aku? Bahkan kamu nggak memandang anak-anak kamu sendiri! Mereka juga akan sangat sakit merasakan kesedihanku karna kamu"

"Jangan menggunakan anak-anakku sebagai tameng! Mereka nggak tau apa-apa.." seru Julio. Ia merasa kalut dan mengacak rambut serta wajahnya yang sudah kusut. "Oke, terserah! Kamu boleh pergi kemana aja kamu suka...aku nggak akan ngelarang kamu! Sampein salam aku buat brondong kesayangan kamu itu! Sampein, dia udah berhasil bikin seorang Julio Candra hancur!"

Julio meninggalkan Agnes yang semakin tersiksa. Agnes tak kuasa lagi. Matanya terasa sudah sangat sakit dan seperti kehabisan airmata. Malam ini adalah malam terburuknya sebagai seorang perempuan dan istri. Agnes mencengkeram bajunya di bagian perut, setidaknya ia masih punya dua malaikat kecil yang bersarang di dalam kandungannya. Mereka lah sumber kekuatan Agnes, demi mereka Agnes harus kuat.

"Maafin papa ya, sayang...papa pasti nggak sengaja ngomong kasar sama mama....papa kalian adalah laki-laki terbaik yang pernah mama temui di sepanjang hidup mama.....mama sangat mencintai papa, nak.....sangat......" Agnes tertunduk dan sekali lagi airmata tertumpah dari kedua mata indahnya yang kini terlihat bengkak.

"Non Agnes...." Bibi yang melihat Julio sudah naik ke kamarnya, memberanikan diri untuk menemui Agnes "Non Agnes mau kemana bawa koper malem-malem?"

"Aku mau pulang ke rumah ayah bunda dulu, Bi...bibi pasti udah denger semuanya kan?"

"Yang sabar ya, Non.....kalo Non Agnes pergi, Bibi mau ikut pergi aja ya" Bibi merangkul Agnes dan mengusap lengan Agnes. Wanita paruh baya itu tanpa sadar ikut menangis

"Jangan, Bi...Bibi harus tetap disini...Aku titip Julio yaa, tolong jaga dia..."

"Tapi, Non.....Bibi khawatir, ini udah malem...."

"Aku punya Tuhan yang akan selalu melindungi aku dan anak-anakku, Bi....Bibi tenang aja yaa...doain ini semua cepet selesai....aku pergi dulu" ucap Agnes lalu memeluk Bibi erat.

Agnes mengambil mobilnya di garasi dan keluar dari rumah. Bibi masih dengan tangisan melepas kepergian Agnes. Dari jendela kamarnya yang berada di lantai dua, Julio melihat mobil Agnes pergi. Kini gantian tangisnya yang pecah...satu sisi ia menganggap dirinya bodoh, dan di satu sisi ia tetap mencari pembenaran atas semua ucapannya tadi.

"Maafin aku, sayang............"

FOREVER ✔Where stories live. Discover now