Banana -1

18.8K 1.1K 30
                                    

Selamat pagi matahari.

Selamat pagi dunia.

Dan, selamat pagi jodoh yang berada disebrang rumah.

Angin pagi seketika menyapa wajahku ketika jendela kamar terbuka lebar. Aku tersenyum lebar saat mengingat hari ini adalah hari pertama aku menjadi mahasiswa. Dan poin yang paling penting adalah aku sekampus sama my prince, Angkasa terlope-lope.

Yeaaaayyyy!

Kriet.

Tiba-tiba pintu kamar balkon di depan rumahku terbuka dan menampilkan sosok yang bikin jantungku sejak dahulu kala kayak dibombardir israel. Dentam-dentum ngga jelas gitu.

Dia, Angkasa Bintang. Cowok populer nan keren sejagad kompleks perumahan ini.

"Pagi, Angkasa" aku menyapanya dengan senyum andalan yang bisa bikin cowok manapun klepek-klepek. Kayaknya sih?!

Angkasa menoleh dan tersenyum lembut. "Pagi, Nana"

Aaaa, so sweet.

Tuh kan, selain tampan dan baik hati, Angkasa itu ramah banget. Kan aku jadi pengen jadi istri dunia akhiratnya.

"Uhuk, uhuk"

Lamunan terindahku buyar seketika. Tanpa perlu melihatpun aku sudah tahu siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan si monyet sialan yang selalu mengganggu moment spesialku bersama Angkasa.

Dia itu –ah sudahlah nanti juga tahu sendiri.

"Pagi, Angkasa"

"Pagi, Ban"

Refleks aku menoleh kearahnya dan melotot sewot. "Ban, Ban. Lo pikir gue Ban?"

Si monyet sialan mengangkat satu alisnya. "Loh. Bukannya nama lo Banana ya?"

Tuh, kan.

Aku mendengus kesal dan menghadap kearahnya. "Eh monyet. Dengar ya, nama gue memang Banana. Tapi manggil gue nggak Ban juga kelees"

"Oh ya?" si monyet sialan pura-pura berpikir sambil mengusap-usap dagunya. "Jadi manggil apa dong?"

"Nana aja kali" ujarku sewot.

"Nana ya? Nana panjang atau Nana pendek atau...?" dia tersenyum miring kearahku. "Nana dalam?" sambungnya dengan muka polos.

Ngga ada akhlak!

Tanpa buang waktu aku melepas sendal jepit di kakiku dan melemparkannya kearah si monyet sialan. Tapi dengan sigap dia menghindar, alhasil sendal jepitku nyungsep di pot bunga milik mamanya yang super galak tapi baik banget.

"MAMA! BANANA NGERUSAK POT BUNGA MAMA LAGI!" teriak si monyet sialan yang bikin aku kalang kabut.

Mati gue!

Aku cepat-cepat kabur dan menutup pintu rapat-rapat sebelum tante Ferlin ceramah seperti mamah dedeh. Tak lama kemudian terdengar tawa membahana yang berasal dari mulut si monyet sialan.

Aku membuka pintu kembali dan melepas satu sendal jepitku yang tinggal sebelah. Lalu melemparkannya kearah si monyet sialan yang masih tertawa terbahak-bahak. Dan... hap, tepat mengenai muka songongnya.

"Rasain lo,"

Setelah mengatakan itu, aku balik badan sembari mengibaskan rambut ala iklan-iklan sampo di tv. Lalu menutup kembali pintu kamar rapat-rapat dan bersiap-siap berangkat ke kampus. Dan gara-gara Nimo sialan aku sampai lupa pamit sama My Prince. Ish!

.
.
.

Kaos putih. Sip!

Jins biru. Sip!

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang