Banana -2

10.1K 863 62
                                    

"Mau sampe kapan meluk gue?"

Refleks aku membuka mata yang sedari tadi terpejam rapat dan segera melepas pelukanku dipinggangnya. Aku merasa lega, akhirnya sampai juga dipelataran parkir kampus.

Aku berpikir aku bakalan mati setelah tadi hampir menyongsong keharibaan Tuhan. Masa iya aku kudu mati duluan?

Aku kan masih unyu-unyu, lucu, imut, dan belum ketemu jodoh. Bisa-bisa aku jadi hantu perawan yang gentayangan. Ih, nggak lah yaw!

"Gue tau motor gue keren sampe-sampe lo nggak rela turun"

Pikiranku yang absurd buyar seketika begitu mendengar ucapan songong Nimo. Aku cubit saja lengannya dengan kekuatan super. Biar tau rasa!

"Heh monyet. Nggak usah kege-eran deh. Lagian tuh tadi, kalo gue mati gimana hah?"

Nimo meringis. "Mati ya tinggal kubur aja. Lo hidup ribet amat elaaah"

Mataku melotot lebar mendengar jawabannya. Ini anak dari orok sampe sekarang kalo ngomong emang suka nggak disaring dulu!

Dengan gemas aku menggigit tangannya. Aku sebel! Aku kesel! Aku marah!

"WOI SAKIT! BANANA LEPASIN!!" teriaknya.

Aku melepas tangannya dan buru-buru turun dari atas motornya. "Rasain lo,"

Nimo mengelus-elus tangannya yang barusan menjadi korban jurus lamaku. "Lo tuh ya, jadi cewek nggak ada lembut-lembutnya. Pantes aja Angkasa nggak mau sama lo!"

Tuh kan? Ini anak mulutnya minta dicabein!

"Eh monyet. Itu bukan urusan lo. Mungkin Angkasa belum terbuka aja hatinya. Dan gue percaya suatu hari Angkasa bakal jatuh cinta sama gue"

Nimo tersenyum miring. "Yakin?"

Aku mengangkat dagu tinggi-tingi. "YA—KIN"

Nimo tertawa mengejek. "Sampe rambut wewe gombel lurus pun Angkasa nggak bakal milih lo"

Kurang ajar!

Baru aja aku mau membalas ucapannya, tiba-tiba seorang cewek yang cantiknya pake banget datang menghampiri Nimo.

Siapa?

"Hai, sayang"

Sayang? SAYAANG? PACARNYA?

NIMO PUNYA PACAR? HAH?

"Hai," balas Nimo dengan senyum yang bisa bikin cewek manapun klepek-klepek kecuali aku.

"Kok lama banget sih datangnya?" kata cewek itu sambil bergelayut manja dilengan si monyet sialan.

Nimo melirikku dengan tatapan mengejek. Hih! Aku langsung membuang muka.

"Iya, tadi ada masalah dikit"

"Temani aku kantin yuk. Aku lapaaaaar,"

Cih. Menjijikan!

Dengan dagu diangkat tinggi-tinggi aku pergi dari hadapan sepasang kekasih alay itu. Lama-lama bisa ambeiyen aku kalo ngeliat kemesraan mereka!

Dan entah kenapa, melihat itu aku merasa nggak suka. Apa mungkin perasaan itu masih ada? Entah lah.

———


Mata kuliah terakhir udah lima belas menit berlalu. Tapi aku masih saja terdampar sendirian diantara banyaknya mahasiswa lainnya disini, dikantin kampus.

Ini gara-gara SMS dari sahabatku yang paling lemot—Strawbery alias Ery. Tapi sampai sekarang itu anak belum muncul-muncul juga batang hidungnya.

Hais. Kalo lima menit lagi itu anak nggak datang, gue tinggalin!

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang