Banana -21

8.6K 765 64
                                    

Setelah memastikan pintu florist terkunci rapat, aku angsung menyetop taksi. Dan menyebutkan alamat salon langgananku sejak SMA dulu.

Bukan tanpa sebab aku mau-maunya ke salon. Ingat dengan niatku yang bakal mengobrak-abrik acara lamaran monyet sialan itu, kan?

Menurutku, kekerasan bukan jalan terbaik untuk balas dendam. Tetapi ada satu cara, yaitu secara halus dan tak kasat mata.

Aku berani jamin kali ini Nimo bakalan menyesal karena berani-beraninya menyia-nyiakan seorang Banana. Belum tau aja pria songong itu, siapa Banana sebenarnya.

Aku melirik jam di ponsel, masih jam setengah enam. Masih banyak waktu untuk menyempurnakan rencana.

Tapi kok aku jadi deg-degan ya?

Tring!

Layar ponselku menyala. Satu Line masuk dari kak Ecy.

Lecy_A
Lo pulang jam berapa?

Ngapain pake nanya? Biasanya juga sebodo amat denganku. Pasti ada maunya ini mak lampir satu.

Banana Zalea
Mau tau aja apa mau tau banget?

Lecy_A
Gue cuma nanya bego!

Banana Zalea
Oh

Salah satu cara ampuh jika kalian mau mengakhiri chat dengan seseorang, contohnya kayak diatas. Dan terbukti, mak lampir satu itu nggak ngebalas chatku lagi.

"Sudah sampe, Non" ujar sopir taksi yang kutumpangi.

Aku mengangguk dan mengeluarkan selembar uang ratusan ribu. "Makasih ya, Pak"

Setelahnya aku turun dari taksi. Berjalan memasuki salon dan langsung disambut dengan Rosa—pemilik salon dengan ramah.

Jenis kelaminnya setengah cewek dan setengahnya lagi cowok. Tetapi, jangan menilai seseorang dari luarnya doang, dalamnya juga kudu dinilai. Asli apa kagak, eh?

"Eleuh. Eleuh. Tumben mampir kesini?" katanya sambil menarik kursi untukku.

"Lo Rosa, kan?" tanyaku sembari duduk dikursi tersebut.

"Iyalah. Lo kate gue Rosi?"

Aku tertawa kecil. "Bikin gue secantik mungkin"

"Itu mah gampil" katanya sambil menjentikkan jari. "Rambutnya mau di gimanain?"

"Potong pendek seleher aja. Gue pengen yang beda"

Rosa mengangguk. "Ngomong-ngomong, dalam rangka apa ini?"

"Mau tau aja lo"

"Eleuh. Eleuh. Mm, eike tau pasti ada hubungannya sama chef terkenal itu"

Aku meliriknya dari kaca dan mendengus geli. "Tau aja lo"

"Serahkan sama eike. Eike jamin, doi bakal klepek-klepek deh"

"Gue percaya sama lo"

"Eike juga jamin. Si model yang namanya Mimin itu bakal lewat"

Aku terkikik geli. Jangan heran kalau Rosa tau tentangku dan dua kutu kupret itu. Secara, Rosa ini dulu teman SMP-ku yang berbelok jalur menjadi campuran!

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang