Banana -7

7.3K 724 18
                                    

"BANANA ZALEA BANGUUUUUN!!"

Terdengar suara cempreng milik kak Ecy dari luar kamar. Aku menggeliat malas ditempat tidur dan sejenak mengerjap-ngerjapkan mata. Berusaha menyesuaikan cahaya matahari yang mengintip dari celah jendela kamar.

"BANANA! LO KEBO BANGET SIH DEK!!"

IH. Apaan sih kak Ecy? Merusak suasana pagi orang aja!

"BANANA! BURUAN IH! DIBAWAH ADA ANGKASA!"

Seketika aku terduduk dengan mata melotot lebar begitu mendengar nama yang barusan disebut kak Ecy. Ngapain ya pagi-pagi begini Angkasa datang kerumah? Biasanya juga aku yang datang kerumahnya duluan?

"BANANA! YA ALLAH, DEK. INI UDAH JAM TUJUH TAUUU" lagi-lagi kak Ecy berteriak heboh.

Terkadang aku suka heran, kok bisa-bisanya Hansa demen sama kak Ecy yang satu itu. Hansa kan cakep, mukanya teduh-teduh gimanaa gitu.

Sementara kak Ecy, cakep sih cakep tapi galaknya selangit. Kalau ngomong suka toa dan asal ceplos nggak pake hati.

Eh tunggu deh. Apa yang dibilang kak Ecy tadi? Jam tujuh?

Dengan gerakan slow motion aku menoleh kearah jam dinding. Dan sial... beneran jam tujuh. Bahkan sekarang udah lewat dari lima menit.

"MATIIIIII. GUE TELAAAAAAAT" kali ini gantian aku yang berteriak heboh dan grabak-grubuk nggak jelas.

Buru-buru aku masuk kamar mandi. Memulai ritual mandi tanpa mengasah kemampuan bernyanyi yang biasa aku lakoni setiap dikamar mandi.

Maka dari itu cuma butuh lima menit aku membersihkan diri. Sekarang aku tinggal pakaian dan dandan ala kadarnya. Yang terpenting napas wangi dan mata nggak ada beleknya.

Gara- gara dengari curhatan kak Melo sampai jam dua pagi, aku jadi telat bangun. Awalnya aku yang galau, malah berakhir dengan mendengarkan kegalauan kak Melo.

Haish!

"Ma, Nana sarapan di jalan aja" kataku sembari meraih dua lembar roti dan sekotak susu cokelat.

"Hati-hati dijalan," ujar mama.

Aku bisa merasakan suasana di meja makan sedang tak kondusif. Dari ekor mataku bisa melihat wajah murung kak Melo. Kasihan kakakku...

"Jadi gimana nak Rey? Kapan acara pernikahannya bisa dilaksanakan?"

Langkahku yang hendak keluar dapur terhenti. Aku kembali menoleh dan seketika tersadar ada satu orang asing sedang duduk disebelah kak Melo.

Seorang pria yang menurutku luar biasa tampan. Tapi wajahnya nggak berekspresi sama sekali. Datar dan kaku!

Apa itu yang namanya Rey yang diceritakan kak Melo semalem ya?

"Adek? Kok belum berangkat?" pertanyaan mama membuat semua yang ada di meja makan menoleh kearahku.

Mampus!

Aku nyengir lebar dan segera angkat kaki dari sana. Sebelumnya aku mengepalkan satu tangan keatas, memberikan semangat pada kak Melo.

"Fighting," ucapku tanpa suara.

Kak Melo mengangguk dan tersenyum tipis.Apa aku perlu mengacaukan acara pernikahan mereka nanti?

"Hai," sapa seseorang begitu aku keluar dari rumah.

Aku berjengit kaget dan mengusap-ngusap dada. "Astaga,"

Dihadapanku Angkasa meringis penuh sesal. "Kaget ya?"

Aku menggeleng cepat. "Nggak kok. Cuma terkejut"

Angkasa terkekeh pelan dan mengacak poniku dengan lembut. Aih, ini cowok, gimana bisa aku berhenti buat jatuh cinta kalau kelakuannya lembut begini.

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang