Banana -20

7.6K 819 51
                                    

Hujan deras diluar sana sangat mendukung untuk memanjakan pasukan didalam perut. Ditambah dengan rasa yang akhir-akhir ini ngetrend di kalangan ABG, membuatku nggak segan-segan melahap semua makanan diatas meja.

Ya. Aku galau.

Aku ulangi sekali lagi. AKU GALAU!

Pengennya sih aku nyanyi 'sakitnya tuh disini'. Tapi suer demi bulan oktober yang hujannya meluber-luber, aku nggak begitu suka dangdut.

Jadi, daripada aku nyanyi nggak dapat apa-apa. Mending aku makan, perut kenyang hati senang.

Setuju?

Dalam kamus hidupku, nggak ada yang namanya galau malas makan. Yang ada, No mandi Yes makan!

"Lo doyan apa lapar?" tanya kak Ecy yang duduk disebrangku.

"Dua-dua" jawabku cuek.

Aku tau saat ini tatapan kak Ecy bagaimana. Sebodo amat deh, yang penting kegalauanku terlampiaskan pada makanan didepanku ini.

"Lo nggak dikasi makan ya sama Ery di acara tadi?"

"Mungkin"

"Gue tau..."

Aku cuma melirik kak Ecy sekilas. Lalu kembali melahap makanan yang menggiurkan ini. Ikan asin goreng, sayur genjer tumis dan sambal terasi super pedas.

Makanan di hotel berbintang sepuluh mah lewat sama makanan nusantara begini. Seratus jempol buat kakakku yang galak nan baik hati ini.

"Pasti lo ketemu Nim--"

"Stop!" potongku.

Kak Ecy mengangkat satu alis.

"Jangan sebut nama monyet dihadapan gue"

"Cinta monyet lo maksudnya?"

Aku mendengus sebal. "Cinta gue udah mati sebelum Chibi Maruko Chan nggak tayang lagi di tv!"

"Gaje banget lo,"

Aku mengendikkan bahu cuek. "Kenyataan"

"Kenyataan kalo lo belum bisa move on, kan?"

Jleb.

Aku menelan makanan yang rasanya mendadak hambar. Menyambar gelas berisi jus guava dan meneguknya hingga tandas tak bersisa.

"Haah. Seger tenan"

"So?"

"So?" aku meniru omongan kak Ecy.

Sedetik kemudian satu gumpalan tisu mendarat di jidatku. Dan si pelaku menatapku jengkel sambil komat-kamit nggak jelas.

Terkadang aku suka heran sendiri. Apa sih yang dilihat Adriell dari kak Ecy. Cerewetnya mengalahi burung perkutut. Bikin kuping teleran, belum lagi judesnya yang—

Tuk.

Lagi-lagi gumpalan tisu mendarat di jidatku. Jidatku pasti lelah!

"Apaansii kaka Ecy" kataku sedikit centil.

Kak Ecy bergidik ngerih mendengar logat centilku. "Najis amit-amit. Sekarang cerita sama gue. Lo, kenapa?"

"Gue?"

"Ya iyalah. Masa setan"

"Hmmm..." aku mengetuk-ngetuk dagu dengan telunjuk. "... kasi tau nggak yaaa?"

"Nggak usah sok ABG deh. Ingat umur" cibirnya.

Aku terkikik geli. Suatu kesenangan tersendiri melihat kak Ecy penasaran dan meledak-ledak.

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang