Banana -18

7.5K 826 63
                                    

Sepuluh tahun kemudian...

"SIA! IRIS!"

Suara cempreng milik kak Ecy terdengar menggelegar di seluruh penjuru rumah. Aku heran, kakakku yang satu itu nggak pernah berubah dari dulu.

"MINUM SUSUNYA! ANAK BUNDA HARUS NURUT"

Sia—gadis kecil berambut ikal sepinggang itu menggeleng. "Nggak mau. Tante Nana bilang, susu itu dari sapi. Sapi kan jorok, Bun. Nggak pernah mandi"

Ups.

Kak Ecy seketika melemparkan tatapan membunuh kearahku yang tengah asik menikmati sarapan. Aku cuma nyengir lebar dan melirik kedua bocah cilik itu bergantian.

Iris—gadis kecil yang lebih pendiam dari Sia—kakaknya menatapku dengan polos. "Iya kan, Nte?"

Aku cengengesan sambil berpikir keras. "Mm, iya. Tapi sapi juga sering mandi kok"

"Tante Nana boong" celetuk Sia.

Aduh. Mati!

"Sudah. Sudah. Cepat minum susunya atau minggu depan kita nggak ketemu Rasi dan Bintang"

Mendengar ancaman dari sang bunda, kedua bocah itu langsung menyambar gelas yang berisi susu putih dan meminumnya hingga tandas.

FYI. Rasi dan Bintang itu, hasil buah cinta dari kak Melo dan Arya. Arya itu—pria yang menolong kak Melo ketika pingsan di stasiun kereta waktu melarikan diri dari pernikahannya dengan Rey.

Perjalanan cinta itu unik ya?

"Nah gitu dong. Itu baru anak Bunda namanya"

Aku melirik Adriell—pria yang sekarang berstatus sebagai suami kak Ecy. Pria yang berhasil mengeluarkan kak Ecy dari gelapnya kegalauan setelah ditinggal Hansa menikah.

Banyak cerita yang sudah terlewati. Perubahan demi perubahan terjadi dari tahun ke tahun. Tetapi, cuma satu yang nggak pernah berganti dan berubah dari dulu hingga sekarang, perasaan ini.

Ini sudah sepuluh tahun terlewati setelah kejadian di bandara. Selama itu juga Nimo nggak pernah menghubungiku.

Aku tau semua tentangnya, termasuk kedekatannya dengan salah satu model terkenal belakangan ini. Hanya saja aku berpura-pura tidak tau dan mulai belajar untuk tidak berharap lagi.

Bahkan dari gosip yang beredar,mereka akan melangsungkan pernikahan di indonesia akhir bulan ini. Sebagai wanita dewasa, aku cuma bisa pasrah dan mengikhlaskan.

Walaupun berat tapi aku harus tegar, bukan? Aku lelah, lelah berusaha menepati janji yang entah sampai kapan.

"NANA! LO MAU KERJA APA NGELAMUN?" teriakan cempreng kak Ecy membuatku terlonjak kaget.

"Apaansi, Kak"

Kak Ecy menatapku sambil berkacak pinggang. "Jangan mentang-mentang florist itu punya lo, lo bisa sesukanya datang terlambat"

Aku berdecak sebal. "Sekali-kali kan nggak apa-apa sih, Kak"

"Dasar keras kepala. Pantes aja ditinggal Nimo"

Sialan!

"Kayak situ nggak ditinggal aja"

Kak Ecy menutup mulut rapat-rapat. Melihat itu aku menyeringai penuh kemenangan.

Banana dilawan!

"Tapi gue sekarang punya Adriell. Nah elo? Nimo nggak dapet. Angkasa juga nggak dapet"

Jleb.

Aku mengerucutkan bibir sebal. "Nggak usah diingat juga kali, Kak"

"Makanya sana buruan berangkat ke toko"

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang