Banana -12

7.2K 824 28
                                    

Gue harap masih seperti itu sampe waktunya tiba...

Ucapan Nimo siang tadi terus terngiang-ngiang dipikiranku. Bahkan setelah itu tidak ada yang membuka obrolan saat kita sama-sama mencari ranting tadi.

Apa benar yang dibilang Chery, kalau Nimo suka denganku?

Kalau memang benar, gimana hubungannya sama Chery dan cewek-ceweknya yang lain. Kok jadi bete ya mengingat Nimo banyak ceweknya?

Ish. Itu cowok juga, sok kegantengan banget banyak-banyak cewek!

"Kenapa lo dari tadi komat-kamit mulu?"

"Eh," Aku tersentak dari lamunanku. "Gue? Komat-kamit? Salah liat kali lo"

Ery meneliti wajahku dengan serius. Sampe-sampe kedua alis tebalnya menyatu rapat.

"Beneran kok. Gue nggak salah liat,"

Aku menarik pipi Ery gemas. "Iyaa. Lo salah liat kalii"

"Iih, Nana. Sakit tau. Gue aduin ni sama bang Dino" ujarnya yang kemudian menghampiri tunangannya yang duduk disebrang kami.

Dasar Ery centil.

Saat ini, kami memang tengah duduk membentuk lingkaran dan ditengah-tengahnya menyala api unggun. Perasaanku, seharian ini aku sama sekali nggak berinteraksi sama Angkasa.

Pujaan hatiku itu terlalu sibuk berduaan dengan cewek cina yang ternyata bernama Foni. Dan sekarang mereka terlihat asik bercanda. Pasangan yang cocok. Hmm...

Sementara Nimo, cowok satu itu juga sibuk memainkan gitar. Dan tentunya, ditemani oleh Chery yang duduk disebelahnya.

Aki menghela napas pelan dan menatap langit yang terlihat cerah malam ini. Bintang dan bulan aja saling melengkapi menghiasi langit gelap. Sementara aku, sendirian ditengah-tengah orang yang berpasangan.

Aku jadi kangen kak Melo dan kak Ecy. Aku... kangen banget.

Tanpa sadar air mataku turun begitu aja. Tiba-tiba aku jadi ngerasa sedih gini. Aku benar-benar... sedih.

Tak mau ketahuan dengan yang lain, buru-buru aku mengusap air mata yang sesekali masih menetes.

Aki melirik mereka yang sibuk dengan pasangan masing-masing. Terutama Nimo, entah kenapa dadaku terasa sesak saat melihat caranya menatap Chery yang begitu lembut.

Pelan-pelan aku bangkit dari duduk lesehan ini. Masih sambil sesekali melirik mereka, aki berjalan menjauhi tenda. Saat ini aku butuh udara segar untuk melapangkan dadaku yang terasa sesak.

Tiba-tiba aku teringat perkataan kak Melo, kalau kita galau, ada baiknya ngedengar lagu galau juga. Mungkin kali ini aku bisa mengikuti saran sesat dari kakakku itu.

Aku menyumbat kupingki dengan earphone. Seketika suara Ailee yang lembut memenuhi kupingku.

Lagu-lagu galaunya korea emang best. Pantes saja kak Melo jatuh cinta sama K-pop.

Krik.

Krik.

Krik.

Eh?

Tiba-tiba saja bulu kudukku merinding. Dengan takut-takut aki melirik keadaan sekitar. Kegelapan dan kesunyian seketika menyergapku.

Krriet.

Astaga.

Suara apa itu?

Tap. Tap. Tap.

Jantungku semakin berpacu ketika mendengar langkah kaki orang yang semakin mendekat. Tanpa pikir panjang lagi, aku berlari sekencang-kencangnya.

Aku takut. Takut kalau itu orang jahat atau binatang buas. Mengingat ini adalah hutan yang agak jauh dari pemukiman warga.

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang