Banana -9

7K 790 7
                                    

Hari ini... aku libur ke kampus.

Bukan. Bukan karena aku malas. Semalas-malasnya aku kalau sudah menyangkut masa depan, aku tetap konsisten.

"Jangan nangis terus dong. Muka lo jadi tambah jelek, tau!" sungut kak Ecy.

Aku menoleh dan menghela napas. Ditepi tempat tidur, kak Melo dengan gaun pengantinnya tengah menangis tersedu-sedu.

"Masa lo nangis dihari pernikahan lo. Cengeng banget sih lo"

Yaa, hari ini adalah hari pernikahan kak Melo. Aku tau, kakakku yang satu itu terpaksa dengan pernikahan ini.

"Gue nggak mau nikah sama Rey, Cy" ucap kak Melo sesenggukan.

Sumpah, aku prihatin. Tapi aku nggak bisa berbuat apa-apa.

"Lo benar nggak mau nikah sama Rey?" tanya kak Ecy dengan mimik serius.

Kak Melo mendongak dengan wajah berlinang air mata. Kemudian ia mengangguk, "tolongin gue, Cy"

"Gue tanya sekali lagi. Lo yakin dengan keputusan lo itu?"

Lagi-lagi kak Melo mengangguk.

Kak Ecy menghela napas kasar. "Oke kalo itu mau lo"

"Maksud lo?"

Bukannya menjawab, kak Ecy beralih menghampiriku. Tatapannya serius. Perasaanku mulai tidak enak.

"Gue butuh bantuan lo, dek" katanya.

Aku mengernyit. "Apaan?"

Kak Ecy mendekat dan berbisik sesuatu yang bikin aku melongo.

"BAWA KAK MELO KABUR? HAH? YANG BENER AJA" teriakku kaget.

Satu toyoran mampir dikepalaku. Kak Ecy melotot lebar. "Ember banget lo"

Aku menggaruk-garuk kepala bingung. "Yeee, kan gue kaget, kak"

Kak Ecy memutar bola mata malas. "Cepat laksanakan!"

"Tapi kalo Papa sama Mama ngamuk gimana?"

"Kita hadapi sama-sama. Lo takut?" Kak Ecy tertawa mengejek, "dasar lemah" sambungnya.

Dasar lemah...

"Gue nggak mau punya pacar lemah kayak lo"

DEG!

"Gue nggak lemah! Oke, gue bantu!!"

Mendengar ucapanku, kak Melo tiba-tiba memeluk gue erat.

"Makasih ya, dek"

———

"Papa kecewa sama kalian"

Aku dan kak Ecy menunduk dalam-dalam begitu mendengar ucapan papa.

Papa menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap kami berdua dengan tajam. "Papa nggak nyangka kalian bisa melakukan hal tersebut"

"Tapi, Pa—"

"LECY AZLEA. DIAM!!" bentak papa.

Kak Ecy tersentak kaget dan kembali menunduk. Kali ini aku memberanikan diri mengangkat wajah untuk menatap papa.

"Ini bukan cuma salah kak Ecy kok. Nana juga salah, Pa" kataku.

Papa tak menjawab, sebagai gantinya papa memukul meja dengan keras. "Kalian semua memang anak Papa yang tak berguna!!"

JDAARRRRR!

Bagai disambar gledek mendengar kalimat papa barusan. Jantungku berdetak nggak karuan dan sudut mataku mulai memanas.

BananaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang