1. Siapa Aku?

329 16 1
                                    

Saat aku buka mataku yang terlihat adalah langit-langit kamar yang tinggi. Beberapa ornamen rumit yang terlihat sangat indah dan mewah. Untuk beberapa menit aku terbius dengan indahnya ornamen langit-langit itu.

Setelah lama aku perhatikan, aku menyadari bahwa ini nyata. Keindahan itu tak kunjung hilang. Aku menolehkan kepalaku ke kiriku. Lagi-lagi aku melihat keindahan.

Seorang pria dengan wajah ovalnya dan rahangnya yang terbentuk secara tegas. Kulit putih halusnya sangat serasi dengan bibir merahnya. Aku berfikir apakah ini lukisan? Fisiknya terlihat sangat sempurna bagiku. Dia sangat tampan. Butuh beberapa menit pula sampai aku menyadari bahwa yang di depanku bukanlah tokoh 2D melainkan 3D. Lalu fikirku mulai melayang. Apakah yang di depanku ini adalah sebuah patung?

Di saat aku mendekatkan mukaku padanya untuk mencari tahu apakah dugaanku benar, kedua mata yang dihiasi dengan bulu mata panjang itu terbuka. Serontak aku kaget dan terjatuh tertidur di tempatku semula. Rasa nyeri yang teramat sangat menyerang seluruh tubuhku dan aku sedikit meringis kesakitan.

"Sherin!" Teriak pria itu panik melihatku kesakitan dan segera bangun dari tidurnya dan memposisikan tubuhku ke posisi yang nyaman.

Aku masih tak mengerti dan terdiam menatapnya. Ia menyentuh pipiku lembut dan tersenyum sangat manis entah mengapa itu membuatku malu dan aku memalingkan wajahku. Tapi sepertinya reaksiku membuat pria itu tak nyaman.

"Sherin. Apa kamu tak menyukai ini?" Tanyanya dengan nada putus asa.

Sherin? Apakah itu aku maksudnya? Tapi hanya ada aku di sini.

"Siapa? Siapa Sherin?" Tanyaku tak mengerti.

Kulihat bola matanya membesar dan terdiam. Segera ia pergi menjahuiku dan keluar dari kamar. Apa yang kukatakan salah? Kenapa dia bersikap begitu? Entah mengapa aku merasa sedih dia bersikap begitu.

Kembali aku berdiam dan menatap langit-langit. Aku merasa sesak dengan ketidaktahuan ini. Aku berusaha untuk mengingat tapi yang kudapatkan hanya sakitnya kepalaku yang teramat sangat.

Oh iya tubuhku juga terasa sakit. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa sekujur tubuhku bisa terasa sakit.

Brakk. Aku segera melihat ke sumber suara. Suara pintu yang terbuka dengan terburu-buru. Pria tadi dengan mengajak seorang pria lain yang terlihat tua berbaju serba putih indah rapi. Rambutnya panjang dan putih tapi diikat rapi setengah rambutnya keatas dan terdapat ornamen naga di pentolan ikatan rambutnya.

Pria tua itu segera mendekatiku dan menyentuh tanganku. "Yang mulia apakah anda mengenaliku?" Tanyanya ramah.

Yang mulia? Hatiku bertanya tapi yang bisa ku balas hanya menggeleng.

"Yang mulia apakah anda tak mengingat sesuatu sebelum anda membuka mata?"

Aku mengangguk.

"Apakah kepala anda terasa sakit jika mencoba mengingat?"

Aku mengangguk.

Pria itu meletakkan tanganku pelan ke kasur, "Baiklah saya mengerti. Terima kasih Yang mulia" segera ia berlalu dengan pria tampan tadi.

Aku sendirian lagi. Sepertinya aku tidak menyukai sendirian. Sepi dan kamar ini terasa luas dengan keberadaan aku sendiri ini.

Untuk beberapa lama aku terdiam tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku mencoba untuk membunuh kebosananku tapi apa daya yang kulakukan? Tubuhku sangat sakit untuk digerakkan. Bahkan untuk sekedar bangun dari kasur ini saja aku tak sanggup.

Aku mencoba sekali lagi untuk duduk bersandar di kepala kasur. Sebentar lagi akan berhasil tetapi tanganku yang menyangga badanku terasa lemas dan menjatuhkan tubuhku lagi kali ini terasa sangat sakit dan aku pun berteriak, "Aaahhh".

Saat aku terjatuh rupanya pria tanpan itu sudah masuk ke kamarku dan melihat aku terjatuh (yah walau jatuh di atas kasur juga tapi sungguh ini terasa sangat sakit). Dengan panik ia mendekatiku dan lagi-lagi ia berteriak memanggil Sherin.

"Sherin! Apa yang kamu lakukan? Kamu itu lagi sakit jadi cukup diam hingga tubuhmu membaik!" Komentarnya panik dan marah, "Mau sampai kapan kamu membuatku khawatir?" Lanjutnya sedih.

"Maaf" tanpa sadar aku mengatakan itu.

Bola matanya membersar dan tersentak. Ia terdiam kemudian lagi-lagi tersenyum manis yang bisa membuatku meleleh. "Kamu mau ngapain?" Tanya lebih ramah.

"Aku capek diam tertidur di sini. Aku mau duduk tapi..."

"Lain kali kalo kamu mau melakukan sesuatu bilang sama aku. Aku yang akan membantumu." Ia membantuku menaikkan badanku dan aku berhasil pada posisi duduk.

"Tadi tabib mengatakan benturan yang terjadi pada kepalamu sepertinya membuatmu hilang ingatan. Apakah kamu benar-benar tidak ingat kejadian sebelum kamu sadarkan diri?"

Aku menggeleng.

"Baiklah. Aku paham." Ia terdiam sejenak. "Aku adalah Min suamimu dan juga raja dari negara Renhui. Namamu adalah Sherin permaisuriku, wanita yang paling aku cintai. Aku sungguh terluka kamu ternyata benar-benar melupakan masa-masa bahagia kita sebelumnya. Tapi sekarang ayo kita membuat kenangan lebih indah" senyumnya sangat manis dan lagi-lagi aku malu dan memalingkan wajahku.

"Hei, apa kamu tak suka?"

"Ah tidak maaf" aku memegang mukaku yang panas sepertinya terlihat berwarna merah "aku hanya malu"

"Hah malu? Kenapa?"

"Senyumanmu. Membuatku malu" aku segera menutup mataku dengan tanganku.

Pria itu menarik tanganku yang menutup mataku dan wajahnya mendekati wajahku. Sekarang wajahnya ada di sekitar 3cm dari wajahku.

Ia tersenyum, "kenapa dengan senyumanku? Kenapa bisa membuatmu malu?"

Ah sial dia menggodaku. Curang! Aku hilang ingatan aku tak tahu apa yang terjadi padaku dulu! Jadi mana aku tahu kenapa aku malu.

Senyumnya semakin lebar saat melihatku hanya bisa membatu di depannya. Ia semakin mendekatkan wajahnya denganku dan yah bibir kami bersentuhan untuk beberapa detik lalu ia beranjak dari kasurku dan berdiri.

Senyumnya masih ada di wajahnya, "Haha, kamu benar-benar bisa membuatku bahagia hari ini padahal ini masih pagi" Ia meregangkan badannya kemudian melanjutkan kata-katanya. "Hari ini sepertinya akan menjadi yang indah"

Ia menunduk dan mendekatkan wajahnya denganku dan sekarang 3cm, lagi? Dengan panik aku menarik selimutku dan menutup bagian hidung ke bawahku.

Ia tertawa lebar melihat tingkahku. Sial aku dikerjai lagi.

"Aku mau mandi dulu ya. Nanti kita main-main lagi ya permaisuriku tercinta." Ia mendekati wajahku dengan cepat dan mencium dahiku.

Ia berlalu dan aku terasa lemas. Sial dia sudah berapa kali mengerjaiku sampai aku kesal sendiri. Dan sialnya lagi aku tak bisa membalas apa-apa darinya.

Aku menyentuh bibirku. Apakah aku yang dulu sering diperlakukan begini? Lalu apa yang biasa aku lakukan? Apakah hanya diam dipermalukan begini? Tapi entah mengapa aku... aku merasa bahagia. Tindakannya itu terlihat, ia mencintaiku. Aku bahagia. Apakah kebahagian seperti ini yang selama ini aku dapatkan?

The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang