Renhui adalah sebuah negara di daerah timur yang memiliki tanah yang luas. Penghormatan pada dewa dan naga masih dilakukan oleh negara ini. Pemerintahan dipimpin oleh perdana mentri dan negara masih dipimpin oleh raja. Raja dianggap sebagai keturunan dewa sehingga perdana mentri pun takut dengan raja. Kekuatan mutlak masih dimiliki oleh raja.
Setelah kematian dari Raja Tong, putra mahkota Min diangkat menjadi raja pada usia 17 tahun dan dengan itu pula ia dinikahkan dengan Sherin seorang putri dari bangsawan keluarga Wei yang bertahun-tahun menjadi panglima besar negara Renhui. Sherin pun menjadi istri pertama raja dan juga diangkat menjadi permaisuri.
Negara ini menganut bahwa raja diperbolehkan memiliki istri lebih dari 1. Setelah 8 tahun pemerintahannya, ia sudah memiliki 32 selir yang diperoleh dari pernikahan hubungan politik. Selama ini Raja Min tak pernah menikah dengan keputusannya sendiri.
Raja Min membuka kamar permaisuri Sherin dan tak melihat ada seseorang di dalamnya.
"Dimana permaisuri Sherin?" Tanyanya pada dayang dan pelayan yang melayani permaisuri Sherin di depan kamar permaisuri.
Semua dayang dan pelayan menunduk diam.
"Apakah kalian tak mendengar pertanyaanku?" Nadanya mulai meninggi.
"Maaf Yang Mulia... kami tidak tahu" jawab seorang pelayan dengan takut-takut.
"Tidak tahu? APA YANG KALIAN LAKUKAN SELAMA INI SAMPAI KALIAN TIDAK TAHU DIMANA KEBERADAAN PERMAISURI?" Katanya sambil menendang pelayan yang menjawab itu. "TUGAS KALIAN ITU MENGIKUTI KEMANA PERMAISURI PERGI! KENAPA BISA SAMPAI KEHILANGAN PERMAISURI SEPERTI INI?" katanya dengan menendang pelayan itu lagi dan lagi.
"Yang Mulia cukup" seseorang menarik tangan Min dan Min segera menoleh kearah pengganggunya.
Min melihat pengganggunya dan berkata, "Mereka sudah tidak menjalankan tugasnya dan aku harus diam saja melihat itu? JELASKAN PADAKU REN!"
"Yang Mulia tak perlu emosi seperti ini. Saya yakin adik hamba sedang keluar sebentar dan akan kembali lagi. Saya yakin itu Yang Mulia"
Min merapikan bajunya yang sempat kusut karena terlalu emosi menendang pelayan itu. "Baiklah aku tak mau tahu dan selesaikan masalah ini. Jika masalah ini tak selesai juga maka kamu yang akan bertanggung jawab akan masalah ini. Satu lagi, jika kalian sudah menemukan Permaisuri segera suruh dia menghadap padaku."
"Baik Yang Mulia" tunduknya hormat.
Akhirnya raja dan rombongannya pergi. Pria yang dipanggil Ren itu segera membantu pelayan yang ditendang raja berdiri.
"Kamu baik-baik saja?"
"Terimakasih tuan Wei Ren. Saya benar-benar sangat berterimakasih"
"Iya bukan masalah. Tapi tak biasanya adikku keluar sendiri tanpa aturan begini." Katanya menoleh ke dalam kamar permaisuri. "Sejak kapan dia menghilang?"
"Saya tidak tahu tuan, terakhir kami lihat beliau masih ada di ruangannya saat kami mengantarkan saparan untuk beliau"
"Sarapan? Sekitar 6 jam yang lalu ya?!" Ren berfikir, "Apa yang dilakukan anak itu ya?"
------------------
Min memukul wajah Ren di ruang kerja Min.
"Apa maksudmu belum kembali?"
"Maafkan saya Yang Mulia tapi prajurit saya sudah saya kerahkan untuk mencari permaisuri di dalam istana dan sekitar istana."
"Ini sudah malam dan permaisuri belum ditemukan? Bagaimana jika..." mata Min sudah sangat menakutkan.
"Maaf Yang Mulia dan tuan Ren sudah mengganggu. Kami sudah menemukan permaisuri" kata seseorang dengan tegas dari luar pintu.
Segera Min berlari keluar dan diikuti dengan Ren. Prajurit itu segara menunjukkan jalan ke sebuah taman ilalang dengan tanah miring samping sungai yang berada di luar istana.
Diantara ilalang yang tinggi itu tergeletak seorang wanita dengan bajunya yang kotor dan robek. Wajahnya memar-memar babak belur begitu juga dengan seluruh tubuhnya. Kepalanya mengeluarkan darah.
Mata Min melotot menyaksikan bahwa wanita itu adalah permaisurinya.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN? CEPAT BERIKAN PERTOLONGAN PADA PERMAISURI" teriak Min marah.
Segera wanita itu dibawa dengan tandu menuju dalam istana.
"BREKSEK SIAPA YANG BERANI MELAKUKAN HAL INI AKAN AKU BUNUH. AKAN AKU BUAT DIA MENYESAL TELAH TERLAHIR KE DUNIA INI" air mata nya mengalir.
Ren memegang bahu Min dan mencoba menenangkan.
--------------
"Yang Mulia. Untuk masalah di desa Phong..."
"Sudah cukup Ren, aku gak mau mendengarkan masalah kerajaan sampai Sherin siuman" katanya lirih sambil memegang tangan permaisurinya di kamar permaisurinya itu.
"Yang Mulia, tenang saja adik hamba akan..."
"Aku tak kan percaya denganmu lagi Ren. Mau dia saudaramu atau orang terdekatmu pada kenyataannya kamu tak tahu apa-apa tentangnya. Kamu bahkan sejak kecil tinggal secara terpisah dan bertemu sesekali. Akulah perantara yang menyebabkan kamu bisa bertemu dengan adikmu tiap hari. Jadi lebih baik pergi dan tak usah ganggu aku."
Ren hanya terdiam dan berlalu. Benar seperti kata Min, Ren jarang bertemu dengan Sherin sebelum ia menikah dengan Min. Sebagai putra sulung keluarga Wei yang secara turun-temurun mengabdi sebagai panglima besar, Ren sejak kecil sudah belajar di sekolah kerajaan dan jauh dari orang tuanya. Ia hanya pulang ke rumah setahun sekali itu pun jika ada libur. Bahkan ia tak tahu kapan lahirnya Sherin. Sejauh yang ia ingat ia hanya pernah melihat Sherin saat sudah bisa mulai berjalan. Sherin awalnya takut dengannya tapi saat usianya cukup untuk mengenal orang lain, ia baru bisa menerima Ren sebagai kakaknya. Ya pernikahan Sherin di usia 15 tahun itu menjadi awal kedekatan ia dengan adiknya. Tapi benar apa kata Min sebenarnya ia tak tahu apa-apa tentang Sherin. Ia tak tahu apa yang dipikirkan adiknya.
---------------
"Yang Mulia yakin tidak mau memulihkan ingatan permaisuri?" Tanya Ren di kamar Min yang sedang memakai bajunya.
Min tersenyum dan mengangguk.
"Kenapa? Bukankah Yang Mulia ingin menangkap pelaku yang membuat permaisuri seperti ini?"
Min mendekati Ren dengan tatapan tajam, "Ya tentu saja aku mau. Tapi itu tugasmu untuk menemukannya tanpa melibatkan Sherin. Biarkan saja Sherin hilang ingatan seperti ini"
"Tapi..."
"Aku tak menerima alasanmu Ren! Hanya lakukan apa yang ku minta. Dewa sudah memberikan kesempatan untukku... untuk memeperbaiki kesalahanku. Mana mungkin aku sia-siakan"
Bola mata Ren membesar dan ia pun mengerti. "Baik Yang Mulia. Saya tak akan membuat anda kecewa."
"Ya.. aku sangat mengharapkanmu" kata Min tersenyum.
Setelah ia selesai merapikan bajunya, Min segera keluar.
"Yang Mulia mau kemana?"
"Tentu saja ke kamar Sherin"
"Yang Mulia!! Yang Mulia sudah berjanji akan mengurusi masalah kerajaan lagi jika permaisuri sudah siuman!"
Min terdiam dan wajahnya cemberut merajuk seperti anak kecil. "Oke oke nanti aku akan ke ruang kerja. Aku mau cek keadaan Sherin dulu!"
Ren tersenyum dan menunduk 90°, "Baik Yang Mulia!"
Ren menatap punggung Min yang bahkan terlihat ceria. Tanpa sadarpun ia tersenyum sekali lagi. Mungkin ini adalah hikmah dari bencana. Sepertinya istana akan menjadi lebih ceria pikir Ren.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moonlight
FantasyAku memiliki suami seorang raja yang tampan. Ia tampak menyukaiku dan aku hidup bahagia. Tapi aku tak memiliki ingatan tentangnya. Walau aku coba mengingat tentangnya Ia melarangku melakukannya. Benarkah aku mencintainya? Siapakah aku di masa lalu?