17. Penyerangan Balik(1)

50 3 0
                                    

*****
"Yang Mulia! Lihat ini!" Kata seorang prajurit menunjukan sebuah surat yang ia rampas dari seorang pelayan.

Min memperhatikan dan membaca surat itu, "Hahahaha!" Tawanya setelah membaca surat itu, "aku tak menyangka semua bisa berjalan sesuai dengan keinginanku selancar ini. Awalnya aku ingin mengundang raja Yue, ternyata dia sudah menghampiriku sendiri. Sekarang dengan rendah hati mereka menunjukkan belang mereka!"

"Selanjutnya apa yang akan kita lakukan?"

"Ganti tempat pertemuannya dengan tempat lain kemudian kirimkan kembali! Kerahkan pasukan ke rumah tua perjanjian dalam surat ini dan juga tempat lain yang kita buat!"

"Panggil Zai dan suruh ia bersembunyi di rumah tua sambil mendengarkan suara Mei Lin kemudian suruh ia pergi ke tempat palsu dan menyamar sebagai Mei Lin! Hari ini kita akan menangkap basah mereka!"

Setelah Zai mendengar suara Mei Lin, ia segera di antar ke tempat janjian palsu yang di sana juga sudah penuh dengan orang dengan kerudung. Zai menggunakan jubah kerudungnya dan masuk ke dalam tempat janjian.

"Selamat malam!" Seru Zai yang menirukan suara Suwon. "Maaf menggangu anda selarut ini. Saya hanya ingin memastikan apakah semuanya sudah berjalan lancar?"

"Tentu saja nyonya, kami sudah menghubungi para penyerang dan mereka sudah siap"

"Benarkah? Lalu bagaimanakah rencananya agar saya bisa mengatasi dan tidak menyerang saya?"

Tanpa ragu mereka membeberkan rencananya dengan terperinci. Setelah mereka menjelaskan, Ren yang tersembunyi diantara membuka kerudungnya.

"Jadi kalian ingin menyerang istana?" Tanya Ren polos.

Mereka tersentak ketakutan, "tu.. tuan Ren?" Mereka saling bertatapan dan memberi isyarat untuk menyerang di saat bersamaan karena merasa hanya ada Ren sendirian. "Seraaangg!"

Ren menghindarinya, "eits.. jangan buru-buru"

Tepat saat itu prajurit yang bersembunyi di belakang pohon dan semak-semak keluar dan bersiaga untuk menyerang.

Seseorang dari mereka menoleh ke arah Zai, "nyonya!"

Zai melepas kerudungnya dan melambaikan tangan puas serontak membuat mereka semakin kaget. "Sial ini jebakan!"
********

"Ya.. mereka adalah kriminal yang melakukan siasat penyerangan istana!" Seru Min.

"Tidak!!!" Seru Yue histeris. "Tidak! Anakku tidak terlibat! Aku.. aku yang merencanakan semuanya! Anakku hanya..." air matanya mengalir, "Mei Lin ia sudah memperingatkanku... dia hanya ingin melindungiku!" Bongkarnya.

"Ayah!" Teriak Suwon.

"Tidak nak, ayah yang salah! Ayah yang harus menanggungnya. Bukan dirimu"

"Jadi anda mengakui semua ini perbuatan anda? Dan sewon sama sekali tidak terlibat?" Tanya Min dingin.

"Yaaa.. aku yang melakukannya! Tapi anda tak akan bisa menghukumku karena aku bukanlah dari negaramu!" Belanya, hanya ini yang terpikirkan.

Min menoleh ke arah pengawal, "lepaskan Sewon! Bawa segera ke kamarnya"

Pengawal membawa Sewon keluar ruang sidang menuju kamarnya.

Min menatap Yue tajam, "Yah kau benar aku tak akan bisa menghukummu karena kamu bukan dari negaraku. Tapi... aku bisa menyerang negaramu karena telah mengkhianati hubungan kita dan memutuskan diplomatik!" Ia menoleh ke arah Ren, "Ren, siapkan pasukan kita dan kita akan menyerang negara Kirin 3 hari lagi"

"Baik Yang Mulia!"

Yue lemas dan terduduk.

Min mendekati Yue yang tengah terduduk ditanah, "sebaiknya kau cepat pulang dan siapkan pasukanmu!"

"Raja Min, negaraku tak mungkin menang dari negaramu!"

"Kalo gitu persiapkan saja kematianmu karena perang akan berakhir jika raja dari salah satu negara mati atau tersepakati hubungan diplomatik. Dan aku... tak mau melakukan hubungan diplomatik lagi dengan negaramu!" Katanya kemudian berlalu.

---------------

Sewon berlari mendekati Min dan memegang tangan Min. "Yang Mulia.. saya mohon batalkan penyerangan ke negara Kirin. Saya...."

Min menyibakan tangannya dan berlalu tanpa melihat Sewon.

Sewon lemas dan terduduk ke tanah lalu menangis. "Yang Mulia..."

-----------------

Sewon duduk di kamarnya sambil meremas roknya. Sesekali air matanya tertitik keluar tanpa ia menutup matanya. Hari ini adalah hari penyerangan Renhui pada negara Kirin. Ia bahkan tak bisa melakukan apa-apa untuk membantu keluarganya.

Saat ia sudah dapat mengendalikan dirinya, seorang pelayan datang ke kamar Sewon.

"Nyonya, 3 jam lalu penyerangan terhadap negara Kirin dan sekarang... sekarang seluruh keluarga kerajaan sudah..." katanya ragu, "dibunuh"

"Aaaaaaa" erang Sewon, "tak mungkin! Itu tak mungkin!" Ia melempar benda di sekitarnya ke pelayan itu, "Jangan membohongiku! Tak mungkin" sepertinya ia mulai capek dan tangisannya semakin kencang.

----------------

Min duduk di ruang kerjanya dan memeriksa beberapa dokumen. Penyerangan istana tidak jadi tapi tugasnya tetap tidak hilang.

Seorang kasim masuk ke ruang kerjanya, "Yang Mulia.. seorang...."

"Yang Mulia!" Seru seorang pelayan yang langsung memaksa masuk, "nyonya Sewon menghilang!"

Min menatap pelayan itu acuh, "lalu? Aku tak peduli!"

"Yang Mulia! Kenapa anda begitu dingin. Nyonya Sewon.. nyonya Sewon begitu mencintai anda sampai..."

Braaakk. Min menggebrak mejanya. Wajahnya sudah tidak terlihat bersahabat lagi, "Diam! Jika kau masih berbicara maka aku tak segan-segan akan menghukummu!" Min menatap pengawalnya, "bawa dia pergi!"

"Yang Mulia!" Seru pelayan itu yang ditarik keluar oleh pengawal.

Besoknya, Sewon ditemukan mati gantung diri di sebuah pohon berdaun pink dan berbunga hijau dari negara kirin samping danau kecil di luar istana. Wajahnya terlihat sembab. Telah diidentifikasi bahwa Sewon meninggal sekitar 2 hari yang lalu.

Upacara pemakaman dengan dibakar dilakukan sesuai adat untuk anggota istana. Seluruh anggota istana menggunakan pakaian putih yang menandakan sedang berkabung.

Beberapa hari setelah upacara kematian Sewon, Sherin duduk diam di kamarnya sambil memperhatikan jimat yang ia dapat dari Sejun. Ia memutuskan untuk membukanya dan di dalam jimat itu terdapat sebuah kunci.

"Ini??" Gumamnya. Seperti mengikuti instingnya, ia berjalan menuju rak buku di ruangan itu. Ia mendorong buku yang berserakan dalam rak itu dan ia menemukan sebuah kotak berwarna merah seperti kotak dalam mimpinya dulu. Ia memasangkan kunci dalan jimat itu dan ternyata cocok.

The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang