Epilog

126 4 2
                                    

"Yang Mulia kumohon jangan pergi-pergi seperti ini, jika Yang Mulia Raja tahu kami yang akan..."

"Tenang saja!" Seru Sherin yang perutnya sudah membuncit. Sepertinya kandungannya sudah mengijak 8 bulan. "Jika aku harus diam di kamar bisa-bisa membuat aku tambah bosan dan tak baik buat anak yang kukandung."

"Tapi Yang Mulia..."

"Sudah.. aku akan mengunjungi raja jadi tenang saja dia tak akan marah. Tapi aku mau membuatkan sesuatu dulu di dapur istana" celetuk Sherin.

Segera Sherin dan pelayannya berjalan menuju dapur istana. Sudah lama ia tidak datang ke dapur istana. Biasanya ia membuat minuman gingseng kesukaan Min dari kamarnya. Hari ini kebetulan stok gingseng di kamarnya habis sehingga ia harus ke dapur istana.

Terakhir kali ia datang ke dapur istana adalah waktu ia bertengkar dengan Min karena memecat Yi Peng. Oh ya bagaimana dengan nasib Yi Peng sekarang? Karena ulahnya Yi Peng harus dipecat dari pekerjaan yang ia sukai. Ah benar nanti ia harus berbicara pada Min agar membuat Yi Peng bekerja kembali di dapur istana.

"Kamu pikir Yang Mulia akan mau makan makanan yang seperti ini?" Teriak seseorang dari dalam dapur yang terdengar familiar bagi Sherin.

"Yi Peng!" Seru Sherin ketika ia berdiri sudah sangat dekat orang itu.

Segera orang itu menoleh dan tersenyum, "Lin... eh bukan Yang Mulia ada apa ke sini?"

"Aku.. ingin membuatkan minuman gingseng buat raja"

Sherin berjalan mendekati sebuah gudang penyimpanan gingseng dan keluar dengan membawa gingseng. Ia segera meraciknya di meja.

"Sini Yang Mulia biar saya saja!" Pinta Ye Ping.

"Ah tidak aku bisa sendiri" senyumnya. "Oh ya gimana kabarmu? Maaf aku..." Sherin teringat kejadian waktu Ye Ping dipaksa keluar istana oleh Min.

“Hmm.. saya baik baik saja kok. Tak lama setelah saya dikeluarkan dari istana, utusan raja datang dan merekomendasikan saya untuk bekerja lagi disini.”  Ye Ping menatap Sherin. “Jadi saya baik-baik saja kok Yang Mulia tak perlu khawatir”

“benarkah? Itu berita baik” senyumnya. Segera ia memasukan coklat putih pada minuman yang ia buat.

“Yang Mulia memasukan coklat pada minuman gingseng?” tanya Yi Peng tak mengerti.

“Ini adalah coklat dari pegunungan Merkil di daerah utara. Coklat ini memiliki keunggulan warnanya yang akan menjadi transparan jika dicairkan sehingga dapat memberikan cita rasa manis yang tidak seperti gula biasa.” Senyumnya menjelaskan “sebenarnya ini adalah resep rahasia keluargaku turun temurun”

“Oh jadi ini rahasia minuman misterius kesukaan raja?”

Sherin menatap Ye Ping tak mengerti.

“Dulu Yang Mulia Raja sering meminta minuman gingseng tapi sering ditolak karena tidak sesuai dengan keinginanya. Kami sering merasa bingung maksud dari yang Mulia.”

-------------

Sherin berjalan dengan dayangnya menuju ruangan Min. Tepat di depan ruangan Min ia melihat Zai mengenakan seragam berwarna emas keluar dari ruangan Min.

“Zai!” seru Sherin.

Zai Tersentak dan segera melihat sumber suara. “Ah.. Yang Mulia” sapanya dengan menunduk.

“Kamu sekarang menjadi prajurit raja ya?” serunya antusias dan mengelus kepala Zai.

“Iya, Yang Mulia. Setelah penangkapan itu Yang Mulia merengkrut saja menjadi bawahan langsung dari tuan Ren.” Jelasnya.

“wah bagus berarti kamu tak perlu menjadi pencopet jalanan lagi ya” senyumnya ramah.

Zai melihat Sherin tersenyum dan ia pun ikut tersenyum. Tiba-tiba ia merasakan hawa membunuh yang besar dan segera ia menoleh kearah hawa membunuh itu. Zai melihat Min sedang menatapnya tajam dari jendela ruangannya.

“Ah maaf Yang Mulia. Sepertinya saya ada urusan jadi saya harus pergi sekarang” ia menunduk dan segera berlalu.

Melihat Zai berlalu, Sherin tersenyum dan ia melanjutkan masuk ke ruangan Min.

Min berdiri di depan pintu dengan wajah cemberut.

“Ada apa Min?” Tanya Sherin tak mengerti.

“Apa yang kamu lakukan dengan Zai?”

“Hah? Aku?”

“Iya.. Bisa-bisanya kamu tersenyum dan memegang kepalanya?”
Sherin menatap Min bingung kemudian tersenyum melihat tingkahnya “jadi kamu cemburu dengan Zai?”

Min hanya membuang mukanya dan diingiri dengan suara tawa Sherin yang meledak.

Min yang kesal dengan tawa Sherin segera menarik Sherin dan mendorongnya ke pojokan. “Kamu tuh milikku!” serunya sambil mencium bibir Sherin.

Sherin tersenyum melihat tingkah Min, “Zai itu seperti adik bagiku. Aku bahkan tak pernah melihatnya sebagai seorang pria” Sherin melepaskan dari genggaman Min dan berjalan menuju meja kecil dekat pintu masuk. “Ini aku bawakan minuman gingseng” Ia membawa ke meja Min dan Min sudah duduk di mejanya.

“benarkah seperti itu?” tanyanya tak yakin.

Sherin mendekati wajah Min, “kamu gak percaya?”

Min tersenyum dan menyruput minuman gingsengnya.

The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang