Sinar matahari menyinari masuk ke kamar Sherin serontak membuat Min tersadar. Ia menatap wanita di depannya masih tertidur. Ia tersenyum dan mencium tangan Sherin yang semalan ia pegang. Kemudian menatap Sherin lekat.
Sherin terbangun dan tersentak melihat Min menatapnya lekat.
"Ada apa?"
"Tidak. Hanya mengagumi cantiknya dirimu"
"Min. Ini masih pagi. Jangan buat ku malu."
"Hah? Hal ini membuatmu malu? Sepele juga ya hal yang bisa membuatmu malu." Ledeknya.
"Sudahlah. Ini masih pagi aku malas berdebat!"
"Haha tak kusangka seorang permaisuri Renhui malu dengan hal ini. Di sini hanya kita berdua Rin, apa yang membuatmu malu?"
Sherin membalikkan badannya kesal. "Udah pagi lebih baik kamu siap-siap buat pertemuan dewan!"
"Baiklah aku akan pergi kalo kamu menciumku."
"Hah?" Balik kepalanya cepat.
"Ya kalo gak mau aku akan tetap disini. Aku tak peduli dengan pertemuan dewan. Aku tak peduli urusan negara...."
"Hei... itu kewajibanmu!"
"Semua salahmu tak mau memberiku nutrisi!"
"Hei!!"
Min memejamkan matanya sambil merajuk. "Pokoknya semua salahmu jika dewan sampai datang kesini..."
Dengan malu bibir Sherin sudah menempel di bibir Min selama sedetik kemudian sherin menjauh. Min terhentak.
Pada detik selanjutnya, segera Min mendorong mundur Sherin sehingga Sherin tertidur dibantalnya. Sherin tersentak dan mencoba melepaskan Min tapi tak ia lepaskan. Sekitar 1 menit ia mencium Sherin, akhirnya Min melepaskannya dan berdiri dari kasur.
"Ciuman itu harus seperti itu! Bukannya hanya menyentuhkan bibir" senyum mengembang di bibirnya.
Sial umpatnya lagi. Kenapa Sherin selalu diperdaya Min? Tapi senyum manisnya memang membuatnya memaafkannya lagi dan lagi.
"Ingat ciuman seperti itu. Kalo aku minta lagi lakukan yang seperti itu ya?!" Tawanya semakim riang melihat wajah Sherin memerah. Ia mendekati Sherin lagi dan mencium dahi Sherin. "Selamat pagi ya" kemudian ia berlalu.
Wajah Sherin masih memerah. Jantungnya juga masih berdetak kencang. Astaga apa ini yang dia rasakan tiap hari dulu?
------------------
Sudah sekitar sebulan sejak sadarnya Sherin. Memar-memar di badannya dan rasa sakitnya sudah berkurang. Bahkan ia sudah bisa berdiri tapi dikarenakan otot kakinya yang jarang digunakan menyebabkan ia masih sulit untuk berjalan.
"Yang Mulia ku mohon jangan paksakan diri dan tetap di kasur." Seru salah seorang dayang yang memapah Sherin berdiri.
"Tidak aku harus mandi hari ini! Kau tahu sudah berapa hari aku tak mandi? Selama aku tak bisa berdiri aku belum mandi! Gimana mukaku di depan Min?" Serunya.
"Tapi Yang Mulia, jika Yang Mulia Raja tahu hamba yang akan kena masalah"
"Tenang saja aku yang akan membela kalian. Tak akan ada yang menghukum kalian"
"Tapi yang mulia..."
Braak pintu kamar Sherin terbuka dan benar Min berdiri di ambang pintu. Mata Min membesar dan menatap pelayan itu tajam.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" Tanyanya dengan nada ditekan menahan emosi.
"Maaf Yang Mulia kami..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moonlight
FantasyAku memiliki suami seorang raja yang tampan. Ia tampak menyukaiku dan aku hidup bahagia. Tapi aku tak memiliki ingatan tentangnya. Walau aku coba mengingat tentangnya Ia melarangku melakukannya. Benarkah aku mencintainya? Siapakah aku di masa lalu?