Aku sebelumnya tak pernah menyangka akan menjadi seperti ini. Aku menatap wanita yang tidur di depanku masih pulas. Matahari sudah menyinari kamar tapi aku masih belum mau beranjak dari kasurku.
Aku mencium tangannya yang semalaman menggenggam tanganku. Sekali lagi aku menatapnya berharap ini bukanlah mimpi.
Kulihat matanya bergerak dan terbuka. Ia melihatku sedang asik menatapnya. Wajahnya memerah dan salah tingkah. Hihihi aku suka sikapnya.
"Ada apa?" Tanyanya sok cuek.
"Tidak. Hanya mengagumi cantiknya dirimu"
"Min. Ini masih pagi. Jangan buat ku malu."
Hihi tapi aku suka melihatmu seperti itu.
"Hah? Hal ini membuatmu malu? Sepele juga ya hal yang bisa membuatmu malu."
"Sudahlah. Ini masih pagi aku malas berdebat!"
"Haha tak kusangka seorang permaisuri Renhui malu dengan hal ini. Di sini hanya kita berdua Rin, apa yang membuatmu malu?"
Semenjak ia hilang ingatan aku bisa menggodanya seperti ini. Yaa seperti mimpi bagiku.
Dia membalikkan badannya kesal. "Udah pagi lebih baik kamu siap-siap buat pertemuan dewan!"
"Baiklah aku akan pergi kalo kamu menciumku."
Aku tak mungkin meninggalkan kesempatan ini. Tiap hari harus ada ciuman. Kamu pikir berapa lama aku menunggu ini 8 tahun! Bukan waktu yang singkat, kan?
"Hah?" Balik kepalanya cepat. Hihi sepertinya ia semakin malu.
"Ya kalo gak mau aku akan tetap disini. Aku tak peduli dengan pertemuan dewan. Aku tak peduli urusan negara...."
"Hei... itu kewajibanmu!"
"Semua salahmu tak mau memberiku nutrisi!"
"Hei!!"
Aku memejamkan mataku sambil merajuk. "Pokoknya semua salahmu jika dewan sampai datang kesini..."
Bibirnya sudah menempel di bibirku. Tapi sekarang hendak menjauh? Hei ini bahkan 1 detik saja belum. Pada detik kedua segera aku mendorong mundur dirinya sehingga dia tertidur dibantalnya. Dia tersentak dan mencoba melepaskanku tapi tak aku lepaskan. Aku memasukkan lidahku dan sepertinya dia sudah pasrah. Hihi. Sekitar 1 menit akhirnya aku melepaskannya dan berdiri dari kasur.
"Ciuman itu harus seperti itu! Bukannya hanya menyentuhkan bibir" senyum mengembang di bibirku. Terserah orang mau bilang aku mesum atau apa! Eh dia istriku yang kulakukan hal yang wajar. Yah walau selama ini tak pernah kudapatkan.
"Ingat ciuman seperti itu. Kalo aku minta lagi lakukan yang seperti itu ya?!" Tawaku semakim riang melihat wajahnya memerah. Aku mendekatinya lagi dan mencium dahinya. "Selamat pagi ya".
Yah hariku menjadi lebih berwarna walau jika aku teringat kejadian yang terjadi pada Sherin. Wajah lebam dan babak belur. Brengsek, siapa yang berani melakukannya! Itu benar-benar membuatku marah bahkan dalam kematian pun tak akan kubiarkan tenang. Yah walau sebenarnya karena pelaku itulah yang membuat Sherin jadi seperti ini dan awal dari mimpi kebahagiaanku itu. Jadi sedikit ku maafkan, tapi cuma sedikit. Jika amarahku sebanyak 100.000 maka maafku sebanyak 5 jadi masih ada 99.995 lagi yang harus aku luapkan padanya.
--------------
Aku duduk di samping kasur Sherin sambil menyruput minuman gingseng. Aku suka minuman gingseng tapi lebih suka dengan minuman gingseng buatan Sherin. Entah apa yang ditambahkannya rasanya jadi terasa lebih enak. Tidak seperti minuman ini hambar. Tapi aku tak keberatan tak meminum minuman gingseng buatan Sherin lagi jika ditukar dengan Sherin yang sekarang. Yah karena untuk membuat minuman gingseng yang seperti itu Sherin harus mendapatkan kembali ingatannya. Jadi aku lebih menyerah untuk meminum minuman gingseng buatan Sherin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moonlight
FantasyAku memiliki suami seorang raja yang tampan. Ia tampak menyukaiku dan aku hidup bahagia. Tapi aku tak memiliki ingatan tentangnya. Walau aku coba mengingat tentangnya Ia melarangku melakukannya. Benarkah aku mencintainya? Siapakah aku di masa lalu?