12. Masa Kecil

122 4 0
                                    

"Nah ini rumahku, Min" seru Sherin kecil. "Aku hanya tinggal dengan ibuku jadi kamu bisa tinggal di sini untuk sementara"

Min duduk di pekarangan rumah Sherin dan Sherin segera berlari masuk.

"Ibuuu" teriaknya dalam koridor rumahnya.

"Ah nona akhirnya pulang juga" kata seorang pelayan yang melewatinya.

"Iyaa.. ibu dimana?"

"Nona besar ada di kamarnya"

Sherin berlari ke kamar ibunya.

"Ibuu aku bertemu dengan seseorang. Namanya Min. Dia sangat kasihan kerena ada masalah akhirnya ia untuk sementara diusir dari rumahnya. Bolehkan ia tinggal di sini?"

"Kemarilah nak!" Ucap ibunya. Sepertinya ibunya tak bisa melihat.

Sherin mendekat dan menyentuh pipi Sherin dengan kedua tangannya.

"Kenapa kau ingin menampungnya?"

"Dia masih muda bu.. mungkin usianya tak jauh beda dariku. Tapi tatapannya kosong. Aku... merasa kasihan"

"Lakukanlah nak yang menurut baik" senyum ibunya.

"Iyaa buu.. terimakasih" serunya sambil mencium pipi ibunya.

----------------

Min akhirnya tinggal di rumah Sherin. Setiap hari Min selalu diajak berjalan-jalan sekitar kota itu.

Ya kota itu terlihat seperti desa. Sepi dan banyak yang miskin. Keluarga Wei yang selalu memberikan bantuan pada warga sekitar. Semua ini terjadi setelah terjadi kekeringan 2 tahun lalu dan warga menjadi gagal panen. Tak ada pemerintah yang melakukan tindakan dan kota ini menjadi kota terbuang.

"Ini masalahnya Min!" Celetuk Sherin. "Biasanya sumur ini yang menyuplai air di kota kita. Entah apa yang terjadi pada sumur ini!"

Min hanya terdiam dan memperhatikan Sherin menjelaskan tentang kota itu. Poin-poin yang menyebabkan kota itu menjadi kota tertinggal.

Mereka berjalan-jalan dan suatu ketika medengar suatu teriakan.

"Kyaaa"

Sherin dan Min segera berlari ke sumber suara. Ternyata seorang bandit menjambak rambut seorang warga. Warga lain hanya melihat dari kejauhan.

"Mana ongkos keamanannya, hah?"

"Maaf saudara, saya... saya belum ada uang. Anak saya kemarin sakit jadi..."

"Aku tak peduli!" Katanya mengeluarkan pisau, "kau pikir aku hanya petugas sosial hah?"

"Ini juga salah satu penyebabnya Min. Para bandit menodong warga di perbatasan untuk membayar upah keamanan!" seru Sherin kesal.

"Hei siapa kamu? Aku tak pernah melihatmu di kepolisian atau di militeran! Kamu bukan pegawai pemerintahan tapi berani menarik pajak!" Teriak Sherin tiba-tiba.

Seluruh orang segera melihat ke arah Sherin. Segera bandit itu melepaskan warga yang dijambaknya dan tersenyum menakutkan mendekati Sherin.

"Wah wah ada seorang nona di sini! Bagaimana kalo nona yang..."

Min berdiri di depan Sherin. Beberapa orang dengan baju hitam yang memeperhatikan Min dari jauh sudah menyiapkan senjatanya tapi seorang yang seperti ketuanya membuka telapak tangannya sebagai isyarat 'tunggu'.

"Wah ada tuan juga di sini? Benar-benar beruntung sekali ada tuan dan nona di sini! Kalo dijual laku berapa ya ini!"

Warga lain hanya memperhatikan ketakutan tanpa ada yang membela.

The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang