8. Ingatan(3)

99 4 0
                                    

Pagi itu saat ia membuka matanya senyumnya sudah mengembang di wajahnya.

"Iya Lin. Perasaanmu benar. Kamu dari dulu telah mencintainya."

Kata-kata itu terus menggema di kepalanya. Iya Sherin pun merasa begitu. Ia mencintai Min. Tapi... tapi kenapa Min tak mengijinkan Sherin mengembalikan ingatannya? Kenapa ada apa? Yah sudahlah sekarang dia sudah menemukan orang yang mau menceritakan masa lalunya. Baik Min ataupun Ren tak mau menceritakan masa lalunya. Sebenarnya apa yang terjadi di masa lalunya?

--------

Min duduk lesu di ruang kerjanya. Ren menatap Min kasihan. Min menyadari tatapan Ren.

"Apa? Kamu mau bilang apa?" Gerutunya.

Ren menggeleng. "Yang Mulia kemarin habis minum alkohol?"

"Apa? Kenapa! Tadi katanya gak mau bilang apa-apa!" Jawabnya sewot.

Ren menghela nafas, "Padahal sampai kemarin Yang Mulia masih tersenyum bahagia."

Min berdiri dan mengrebrak meja, "adikmu tuh" tunjuknya ke Ren, "kasih tahu adikmu agar tidak mencoba mencari tahu ingatannya!"

"Kenapa Yang Mulia? Kenapa dia tak boleh?"

"Kau tau kan kalo dia..."

"Kenapa Yang Mulia tidak bisa percaya dengannya? Anda mencintainya kan? Kenapa anda tidak mempercainya?"

"Dia bisa bersikap seperti ini karena dia tidak ingat masa lalunya Ren! Jika dia ingat maka.. maka..." suaranya melemah, "dia tak akan melihatku seperti sekarang" ia menatap Ren tajam, "karena itu aku... tak akan membiarkan Sherin memperoleh kembali ingatannya!"

Ren hanya menghela nafas panjang. Ia sudah tak tahu lagi bagaimana membujuk Min lagi.

"Maaf mengganggu Yang Mulia. Seorang pelayan rendahan ingin menghadap Yang Mulia." Kata seorang kasim.

"Hah? Kenapa? Ada urusan apa?" Jawabnya ketus.

"Dia salah seorang mata-mata Yang Mulia" jelasnya pelan.

"Ah! Bilang dari tadi dong! Ya udah suruh dia masuk!"

Sedangkan di luar kerja Min terlihat Seyong dengan para pelayannya berdiri tak jauh dari situ dan menatap dengan aneh. Seorang pelayan rendahan masuk menghadap raja?

Ia memanggil salah seorang pelayannya untuk datang mendekat dan membisikan suatu hal, "cari tahu apa yang terjadi di sana! Kenapa seorang pelayan rendahan bertemu raja!" Perintahnya.

"Baik nyonya." Jawabnya.

------------------------

Seharian ini Min tak datang ke kamar Sherin. Hari sudah mulai malam.

Sherin sudah menduganya. Mungkin memang apa yang dia katakan kemarin sudah keterlaluan. Tapi sikapnya itu kemarin juga keterlaluan kok!

Malam ini ia ingin bertemu Yi Peng lagi. Satu-satunya orang yang mau membantunya mengembalikan ingatannya. Ia kembali membuka jendelanya yang rusak dan beranjak pergi.

Ia berlari menghindari penjaga dalam istana. Dan akhirnya sampai pada gazebo tempat ia bertemu Yi Peng. Sherin melihat ada seseorang yang sudah duduk di gazebo itu.

Sherin tersenyum. Yi Peng cepat sekali menyelesaikan pekerjaannya. Biasanya Yi Peng bilang ia selesai jam 9 malam dan ini masih jam setengah 9.

"Yi Peng!" Serunya sambil berlari mendekati gazebo. "Gak biasanya kamu..." bola mata Shiren membesar. "Min?!"

Orang yang duduk di situ bukan Yi Peng melainkan Min! Walau sudah 2 hari ia tak melihat Min (eh 1 hari setengah deng kan bertengkarnya siang hari), Shiren sudah rindu dengan Min tapi ia tak berharap bertemu di situ.

"Min? Kenapa di sini?" Tanyanya pelan.

"Kenapa?" Ia tersenyum. Kali ini bukan senyum menawan seperti biasa tapi senyum menakutkan. "Aku yang harusnya tanya! Aku sudah memerintahkan agar kamu tidak keluar dari kamar kan? Ah.. aku tahu pasti pelayanmu diam-diam mengeluarkanmu. Wah wah seperti kekuasaanku sebagai raja sudah tidak diakui di sini" Min berdiri dan mengahadap ke arah jalan kamar Sherin. Senyumnya hilang dan kini masih terlihat menakutkan, "aku masih bisa menghukum mereka."

Sherin segera memegang tangan Min, "tidak Min! Tidak! Bukan salah mereka! Bahkan mereka tak tahu aku keluar kamar!"

Min menatap Sherin tajam, "Lalu salah siapa? Yi Peng yang membuat janji denganmu?"

Mata Sherin membesar. "Tidak! Tidak! Yi Peng tidak salah! Aku yang..." Sherin melihat mata Min menuju ke arah pintu keluar. Sherin segera melihat ke arah pandang Min dan melihat Yi Peng keluar dari istana diikuti dengan beberapa prajurit menuntunnya. "Apa? Apa yang kamu lakukan pada Yi Peng?!" Jeritnya histeris.

"Aku memecatnya" jawabnya singkat bahkan tak memandang Sherin.

Sherin mengingat cerita Yi Peng yang sangat menyukai pekerjaan itu demi keluarganya. Bagaimana miskinnya keluarga Yi Peng yang terlihat sangat menyedihkan bahkan dari hanya cerita Yi Peng.

"Tidak!! Kenapa kau lakukan ini Min? Pekerjaan ini penting bagi Yi Peng. Pekerjaan ini..."

Min menatap Sherin lekat, "Ya.. ini balasan jika kamu ingin mengembalikan ingatanmu!"

"Kenapa? Kenapa dengan ingatanku Min? Kenapa Min?"

"Kamu cukup bahagia hidup seperti ini kan? Aku juga bahagia dengan dirimu yanh seperti ini. Lebih baik buang jauh-jauh ingatanmu. Karena jika ingatanmu kembali kebahagian ini tak bisa... tak bisa..." suaranya semakin pelan, "tak bisa kuraih lagi"

"Kenapa Min? Kenapa kamu tak bisa percaya denganku?" Teriaknya.

Bola mata Min membesar. Ia mengingat perkataan Ren.

"Kenapa Yang Mulia tidak bisa percaya dengannya? Anda mencintainya kan? Kenapa anda tidak mempercainya?"

"Tidak aku tidak bisa percaya padamu Sherin!"

Mata Sherin membesar tak percaya.

"Aku tak bisa percaya denganmu karena kamu selama ini tak pernah mencintaiku!" Jawabnya dengan suara keras.

Sherin kaget mendengar pernyataan itu.

"Ya.. kau ingin semua kenyataannya? Kau ingin tahu? Kamu sebenarnya tak ingin menikah denganku! Bahkan selama kita menikah pun tak pernah sekalipun kamu tersenyum padaku. Kamu juga tak sudi melihat wajahku!" Serunya. "Karena itu, aku sangat bahagia ketika kamu mau kusentuh, kucium bahkan melakukan hubungan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya!" Air mata di mata kanannya menetes. "Karena itulah aku tak mau kau mendapatkan kembali ingatanmu!" Lanjutnya lemah.

Tubuh Sherin melemas menyebabkan ia merosot dan terduduk.

Min segera pergi meninggalkan Sherin dan pada saat itu juga hujan turun dengan lebatnya.

Tak lama para pelayan Sherin datang membawakan payung dan mengantar Sherin ke kamarnya. Sherin terdiam di kamarnya tak menyangka kenyataan ini. Dan air mata pun mulai mengalir.

Pada saat itu Min berdiri ditengah hujan di depan kamar Sewon. Sewon tak sengaja melihatnya dari jendela dan saat menyadari Min di depan kamarnya segera ia keluar.

Sewon mengambil payung dan keluar memayungi Min, "Yang Mulia! Kenapa Yang Mulia basah kuyup begini? Ayo masuk" Sewon menarik tangan Min tapi Min menarik tangan Sewon dan mencium bibir Sewon.

Sewon menjatuhkan payungnya karena ciuman yang dilakukan Min. Untuk beberapa menit mereka ada di situ.

The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang