"Yah seperti itulah kenapa kau menyukai bulan!" Seru Min. "Dan kaulah bulan purnamaku" senyumnya.
"Dia... dia benar-benar terlihat sempurna ya di matamu. Aku jadi tak yakin orang yang kau ceritakan itu aku."
Min memeluk Sherin, "yaa kau memang tampak menyilaukan bagiku" Min mendorong Sherin dan mengingat sesuatu. "Aku ingat Rin! Tempat yang kau sukai datang setelah sampai di istana ini. Ayo coba kita ke sana!"
Mereka berjalan dan berhenti di sebuah kolam ikan cantik yang memantulkan cahaya bulan.
"Ini di sini kamu sering mengunjungi tempat ini. Mungkin di sini ada kenangan masa lalumu"
Sherin mendekati kolam itu. Ia melihat beberapa ikan koi berenang dengan nyaman di situ.
"Kenapa aku menikah dengannya? Harusnya aku tidak menikahinya!"
Potongan ingatan teriakan Sherin di kolam itu sambil menangis membuat Sherin shock.
"Selamanya aku akan membencinya! Aku... aku.. benci!"
"Kenapa dia lakukan ini padaku! Kenapa?"
"Aku adalah angin malam harusnya bisa bergerak bebas dengan.. dengannya! Bukan seperti ini!"
"Tidakkk..."
Semua potongan ingatannya muncul. Tapi semuanya adalah kebencian. Ingatan itu membuat Sherin merasa pusing dan dia pun pingsan. Min panik dan segera membawanya kembali ke kamarnya.
Dari sisi barat kolam agak jauh dari situ Seping dan pelayannya berdiri di sana. Seping menatap lekat kejadian itu dan membatu. Sedangkan pada sisi tenggara terdapat Seyong yang melotot kaget melihat kejadian itu.
---------------
"Sherin. Putra mahkota melamarmu!"
Sherin menatap ayahnya, "tidak mau! Ada orang yang kusukai! Aku tidak mau!"
"Tak bisa Sherin! Putra mahkota akan diangkat menjadi raja beberapa bulan lagi. Kita tak bisa menolaknya. Kau akan menjadi permaisuri, Sherin!"
"Tidak!!"
Sherin lari ke kamarnya dan mengeluarkan sebuah kotak hias berwarna merah dan ia mengeluarkan sebuah gelang berwarna emas. Terdapat banyak ukiran indah dan terlihat jelas ukiran 2 naga yang saling berhadapan.
"Kamu kapan kembali? Aku rindu.. aku hanya ingin menikah denganmu!"
Sherin tersentak dan terbangun duduk di kasurnya. Rupanya fajar sudah menginsing. Ia melihat di sampingnya ada Min. Perasaannya pada Min tidak berkurang. Masih seperti hari kemarin. Tapi.. tapi siapa orang yang ingin dia nikahi dulu?
Min membuka matanya dan melihat Sherin duduk di kasur. Segera ia bangun dan memegang pipi Sherin.
"Apakah kamu sudah mendapatkan ingatanmu?" Tanyanya panik.
Sherin menggeleng lemah, "tapi.. aku hanya sedikit mengingat."
"Apa? Apa yang kau ingat?"
Sherin terdiam dan mengingat apa yang ia ingat. "Bukan hal penting" jawabnya.
---------------
Sherin duduk termenung di depan kamarnya. Benarkah ia menyukai orang lain? Benarkah ia membenci Min? Benarkah?
Seorang prajurit berjalan melintas di depan kamar Sherin. Prajurit itu terlihat familiar.
"Jadi kita akan melakukan perampokan lagi seperti kejadian 17 tahun lalu?" Kata seseorang dan ternyata adalah prajurit yang baru saja Sherin lihat.
"Iya... kali ini kita pastikan berhasil. 3 bulan lagi kita akan lakukan. Habisi semua wanita di istana ini. Kebetulan raja juga belum memiliki anak jadi akan lebih mudah. Dengan begitu kita bisa mengendalikan raja!"
"Kau yakin? Raja tidak akan berbuat apa-apa? Kau tahu raja yang sekarang adalah putra mahkota yang menghabisi 5 orang kita sendirian!"
"Tidak! Jika raja tak menurut juga walau kita sudah membunuh isi istana maka kita akan membunuhnya juga."
Sherin tak percaya dengan apa yang ia dengar. Ia berdiri tak jauh dari dapur istana dekat kamar mandi. Tepat di belakang dapur istana 2 orang itu berbicara.
"Sepertinya ini saatnya kita bertemu dengan 'ketua'. Ayo kita pergi ketua tak suka menunggu!"
Kedua pria itu segera pergi keluar istana menuju ke pinggir sungai miring yang ditumbuhi ilalang. Sherin mengikutinya dari belakang. Sherin bersembunyi di belakang pohon. Mereka bertemu dengan beberapa gerombolan dan seseorang yang wajahnya tak terlihat, tapi Sherin tersentak melihatnya!
Brukk. Seseorang memukul Sherin dari belakang dan ia menoleh melihat seorang wanita yang wajahnya juga tak jelas.
"Kau! Kau juga merupakan komplotan ini? Sialan! Padahal kau kan juga..." Teriak Sherin ke wanita ini.
Wanita itu hanya mendengus merendahkan ".... ..... ..... ....!" Teriak wanita itu ke gerombolan itu. Sepertinya wanita ini marah kepada bawahannya karena Sherin bisa ada di tempat itu.
"Maafkan kami, nyonya! Kami akan mengatasinya!"
"... .... ..." sepertinya wanita itu meminta bawahannya untuk menghabisi Sherin dan wanita itu segera berlalu.
Badan Sherin sudah lemah dengan pukulan dari belakang itu. Ia bahkan tak ada tenaga buat melarikan diri. Para gerombolan itu semakin mendekati Sherin. Sherin merasa sangat ketakutan tapi ia tak bisa melakukan apa- apa dan mereka mulai memukul Sherin.
"Aaaaahhhh!" Teriak Sherin histeris sambil menitikkan air mata.
"Apa? Ada apa Sherin?" Tanya Min panik yang ternyata sudah ada di sampingnya dan memegang tangan Sherin.
"Min! Katakan padaku kapan aku menghilang?" Katanya panik.
"Menghilang? Waktu kau diperlakukan tak pantas itu?"
"Iya Min. Kapan? Kapan itu?"
"Hmm sekitar 2 setengah bulan lalu kan?"
Bola mata Sherin membesar. "Min. Istana dalam bahaya. 3 bulan dari waktu itu Min. Waktu aku mencuri dengar pembicaraan seseorang dan aku ketahuan. Ya saat itu aku nyaris dibunuh mereka. Mereka ingin menyerang istana seperti halnya 17 tahun lalu Min!"
Min tercengang, "kau.. kau ingat siapa yang telah melakukan hal ini padamu?" Bola matanya membesar.
"Tidak aku tidak ingat siapa yang memimpinnya, yang ku ingat adalah kaki tangannya saja!"
"Katakan! Siapa dia? Walau kaki tangan atau pemimpinnya aku tak peduli aku akan..."
"Tidak Min! Jika kita hanya memegang ekornya, seperti halnya cicak ia akan segera melepaskan ekornya dan kita tak akan bisa menangkap cicak itu. Sedangkan cicak itu bisa menumbuhkan ekornya lagi dan melakukan penyerangan itu lagi. Kita harus menangkapnya dengan kepalanya!"
Min menghela nafas panjang. "Lalu apa yang harus kita lakukan?"
Sherin mulai dengan menceritakan potongan ingatannya yang muncul tiba-tiba karena melihat salah seorang prajurit lewat di depannya yang juga muncul di ingatannya. Untuk sekarang salah satu musuh mereka seorang prajurit yang bahkan bisa jalan-jalan dengan nyaman di istana yang menandakan bahwa dia adalah seorang prajurit elit.
Kemudian siapakan 'ketua' yang sampai membuat Sherin shock. Bukankah itu berarti bahwa orang itu adalah seseorang yang Sherin kenal kan? Dan wanita yang memukul Sherin dari belakang. Sherin sepertinya kenal wanita itu. Siapa? Kemudian para bawahannya memanggilnya 'Nyonya'?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moonlight
FantasyAku memiliki suami seorang raja yang tampan. Ia tampak menyukaiku dan aku hidup bahagia. Tapi aku tak memiliki ingatan tentangnya. Walau aku coba mengingat tentangnya Ia melarangku melakukannya. Benarkah aku mencintainya? Siapakah aku di masa lalu?