Jika ada pertanyaan siapakah orang yang paling bahagia di dunia ini dengan tegas akan ku jawab AKU. Ya aku Min sekarang adalah orang yang paling bahagia.
Siang ini aku berjalan dengan langkah riang menuju kamar Sherin. Senyumku sudah ada bahkan dari aula utama.
Senyumku hilang saat aku melihat kamar Sherin dengan keadaan sepi. Hanya ada beberap pelayan yang tinggal di sana. Aku mendekati kamar itu.
"Dimana permaisuri?" Tanyaku pada seorang pelayan Sherin.
Dia tersentak lalu menunduk, "se.. se.. sedang jalan-jalan, Yang Mulia" jawabnya takut.
"Kemana?"
"Tadi ke taman Yang Mulia. Sekarang sedang ke kamar Nyonya Sewon Yang Mulia"
Aku segera berlari ke kamar Mei Lin. Sial Mei Lin mungkin saja menceritakan masa lalu Sherin. Aku sudah berusaha agar anggota kerajaan tak tahu dan tak ada yang akan membocorkan masa lalu Sherin. Dengan panik aku berlari tak peduli pelayanku tak bisa mengikuti langkahku atau tidak.
Saat aku datang, benar, pelayan Sherin ada di depan kamar Mei Lin. Segera ku buka kamarnya dan secepat mungkin aku ingin menjauhkan Sherin dari Mei Lin. Walau dengan paksa aku tak peduli. Aku akan menyeretnya keluar dari kamar Mei Lin.
"Aku bosan Min! Aku ingin keluar melihat sekitar. Mungkin dari situ juga ingatanku bisa kembali." isak Sherin tak puas dengen sikapku.
Ingatanmu kembali? Itu yang ingin aku hindari.
"TIDAK BOLEH!" aku tak ingin ingatanmu kembali.
Dia tambah marah dan kesal padaku semua yang tak berhubungan pun ia katakan. Bahkan tidak peduli aku punya berapa selir. Sudah aku sudah kesal.
Aku keluar dan memerintahkan pelayannya agar tak ada yang boleh masuk ke kamarnya atau pun dia yang keluar. Saat ini hanya ini yang bisa kulakukan untuk menahanmu tetap di sisiku Sherin.
--------------
Besoknya salah seorang pelayan rendahan yang juga seorang mata-mataku menceritakan bahwa ia melihat ia melihat Sherin bertemu dengan seseorang pekerja dapur istana kemarin malam.
Sherin bisa keluar kamar? Segera aku datang ke dapur istana.
Mata-mataku menunjuk ke seseorang pegawai wanita yang terlihat masih muda. Gadis itu mengepang dua rambutnya dan terlihat polos. Apa yang dilakukan Sherin dengannya?
"Siapa namamu?" Tanyaku dingin.
Ia menunduk dan tak berani menatapku langsung, "Yi Peng, Yang Mulia. Nama saya Yi Peng."
"Apa hubunganmu dengan permaisuri?"
"Hah?" Ia melongok, "maaf Yang Mulia saya tidak tahu"
"Jangan bohong!" Seru pelayan mata mataku, "kemarin kamu bertemu dengan permaisuri di gazebo?"
"Apa?" Tampaknya ia benar-benar tak tahu. "Saya kemarin hanya berbincang dengan teman saya yang seorang pelayan pembersih di aula utama. Namanya Lin."
"Hah? Jelaskan!"
"Beberapa tahun lalu saya berkenalan dengannya. Saya bertemu dengannya di gazebo itu. Ia selalu menatap rembulan di gazebo itu. Dia mengaku bernama Lin dan suaminya adalah seorang prajurit. Ia sering curhat padaku tentang suaminya."
"Apakah ia sering bertengkar dengan suaminya?"
"Iya kau benar... eh maaf anda benar Yang Mulia. Hampir setiap hari ia menangis dan..."
"Keluarkan dia dari sini!"
"Yang Mulia.. maafkan hamba... apa salah hamba?"
"Kalian tidak mendengarku? KELUARKAN DIA DARI SINI"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moonlight
FantasyAku memiliki suami seorang raja yang tampan. Ia tampak menyukaiku dan aku hidup bahagia. Tapi aku tak memiliki ingatan tentangnya. Walau aku coba mengingat tentangnya Ia melarangku melakukannya. Benarkah aku mencintainya? Siapakah aku di masa lalu?