20. Final

85 4 0
                                    

Min menyentuh dan memijat pangkal hidungnya. Ia tampak kelelahan. Yah banyak yang terjadi di istana akhir-akhir ini. Walau segalanya sudah berakhir dan berjalan baik tapi tugasnya sebagai raja tetap tak berkurang.

Di tengah kelelahannya, ia melihat seseorang meletakkan sebuah cangkir ke meja kerja di depannya. Segera ia melihat orang yang meletakan gelas itu dan ternyata dia adalah Sherin.

Min tersenyum dan dibalas senyuman oleh Sherin.

"Kau pasti lelah. Istirahatnya dulu sebentar" nasehat Sherin.

Min tersenyum dan mengambil gelas yang diletakan Sherin dan menyruputnya. Minuman gingseng yang Sherin bawa selalu enak. Rasa manis yang menguat ini membuatnya tak henti-hentinya merindukan rasa itu. Rindu? Iya benar Min merindukannya karena Sherin hilang ingatan dan tak bisa membuatnya lagi tapi kenapa rasa itu ada di mulutnya? Segera Min menatap Sherin ketakutan.

"Ada apa Min?" Tanyanya.

"Rasa ini... apa jangan-jangan... kamu..."

"Ya.. kamu benar!"

Mata Min semakin membesar.

Sherin tersenyum.

*******

"Kau yakin mau taro di situ?" Tanya Min kecil pada Sherin yang sedang bermain catur di pekarangan rumah Sherin.

Sherin tampak terlihat berpikir keras. "Iya aku taro di sini!" Katanya yakin.

"Kalo kamu taro di situ rajamu akan dimakan oleh mentri"

"Ah.. kalo gitu aku taro sini aja" serunya meletakan rajanya pada petak lainnya.

"Kalo taro situ nanti kudaku akan..."

"Oke oke aku taro sini!" Ia meletakan di petak lain.

"Kalo di situ nanti bentengku akan..."

"Aaahhh... kalo gitu aku taro dimana?" Serunya kesal.

Min tersenyum, "gak dimana-mana. Skakmat" serunya.

"Ihhh kalo gitu harusnya kamu bilang dong dari awal!"

Min tertawa bahagia melihat tingkah Sherin. Ren datang dengan segera Sherin berlari sambil mengadu sikap Min yang mengerjai Sherin. Ren tersenyum melihat sikap adiknya itu dan mengelus kepalanya.

Seperti itulah keseharian mereka hingga gerombolan orang tiba-tiba datang ke rumah mereka.

"Selamat siang" sapa seorang bangsawan kepada ibu Sherin yang sedang duduk dipekarangan.

"Iya.. ada apa?"

"Perkenalkan saya adalah ayah dari Min. Terimakasih selama ini sudah menjaga Min. Hari ini saya ingin menjemput Min"

----------------

"Min.. kamu benar-benar harus pergi?" Tanya Sherin sedih.

"Iya.." jawabnya singkat.

"Tapi kita masih bisa bermain bersama lagi kan?"

"Entah, Rin. Tapi aku akan usahakan!"

"Min!" Seru ayah Min, "ayo.."

Min hendak mengikuti ayahnya tapi terhalang dengan tangan Sherin. "Min.. kau tak akan lupakan aku kan?" Air matanya mulai mengalir.

Segera Min melepas gelang emasnya yang berukiran 2 naga saling berhadapan. "Ini.. suatu hari nanti aku akan kembali"

------------------

"Sherin. Putra mahkota melamarmu!"

Sherin menatap ayahnya, "tidak mau! Ada orang yang kusukai! Aku tidak mau!"

"Tak bisa Sherin! Putra mahkota akan diangkat menjadi raja beberapa bulan lagi. Kita tak bisa menolaknya. Kau akan menjadi permaisuri, Sherin!"

"Tidak!!"

Sherin lari ke kamarnya dan mengeluarkan sebuah kotak hias berwarna merah dan ia mengeluarkan sebuah gelang berwarna emas. Ya gelang yang diberikan Min padanya.

"Kamu kapan kembali? Aku rindu.. aku hanya ingin menikah denganmu!"

Dengan terpaksa akhirnya ia harus menikah dengan putra mahkota. Sherin sangat kaget melihat bahwa putra mahkota yang akan menikah dengannya adalah Min?

5 tahun bukan waktu yang sebentar. Penampilan Min sudah berubah. Ia menjadi lebih selayaknya laki-laki yang kadang membuat Sherin malu dan tak sadar memalingkan wajahnya.

Sherin bahagia ia bisa menikah dengan orang yang ia sukai tapi.. orang itu tidak seperti yang ia kenal. Min yang sekarang lebih suka memerintah dan seenaknya sendiri yang sering membuat Sherin kesal dan bertengkar dengannya.

Sherin sering mengunjungi kolam ikan tak jauh dari kamarnya. Kolam ikan yang memantulkan cahaya bulan kesukaannya. Ia di sana untuk meluapkan emosinya ketika menghadapi Min. Kenapa Min bisa berupah seperti ini? Ini bukan seperti Min yang ia suka. Apakah pernikahan ini adalah suatu kesalahan?

-----------------

"Aku akan mengangkat putri Mei Lin sebagai selirku" kata Min acuh.

Sherin menatap Min kaget dan Min balas menatapnya yang tentu saja membuat Sherin malu dan memalingkan wajahnya. "Kenapa Yang Mulia melakukan itu?"

"Untuk mendekatkan hubungan Renhui dan Kirin" serunya dingin, "kau tak keberatan kan?"

Sherin bergeming. Sebagai seorang permaisuri tak seharusnya ia menahan raja menikah lagi. Tapi sebagai seorang wanita? Mana ada wanita yang mau.

"Itu.. itu terserah Yang Mulia"

"Baguslah kalo begitu!" Katanya dan berlalu.

Sherin hanya bisa menangis ketika Min sudah benar-benar berlalu.

Pernikahan Min dengan Mei Lin membuat hubungannya semakin jauh.

Suatu ketika Sherin keluar dari kamarnya lewat jendelanya yang sejak awal sudah rusak. Ia berjalan sambil menatap sinar bulan yang ternyata mengantarnya ke kamar Mei Lin. Tak sengaja ia melihat jendela kamar Mei Lin dan Ia melihat Min sedang melakukan hubungan dengan Mei Lin. Segera ia menutup mulutnya dan berlalu.

Air mata mengalir tak henti. Ia menemukan sebuah gazebo tak jauh dari dapur istana. Sinar bulan dari sitj terlihat indah. Ia menatap sinar bulan dan berharap semangatnya dapat kembali lagi.

Seseorang menyapanya. Segera Sherin melihat ke sumber suara dan ternyata orang itu adalah pegawai dapur istana bernama Yi Peng. Sherin mengaku ia adalah seorang pelayan bernama Lin. Mulai dari situlah Sherin sering menceritakan kisahnya dengan Min kepada Yi Peng.

*******

"Yah.. pria yang kusukai sejak kecil itu kamu Min" Sherin mengeluarkan gelang emas dengan ukiran naga, "benda ini adalah benda berharga bagiku. Aku selalu menyimpannya di kamarku dan selalu aku jaga. Aku ingat semua kejadian itu setelah aku melihat ini"

Mata Min masih membesar kaget. Ia masih tak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Jadi selama ini... kau mencintaiku... aku... seharusnya aku lebih berani menyatakan perasaanku"

Min berdiri dan mendekati Sherin, "tapi sikapmu yang malu-malu itu membuatku berpikir kamu membenciku! Jadi kamu juga harus tanggung jawab!"

"Hah? Tanggung jawab apa?"

Min mencium bibir Sherin dan berkata sambil tersenyum menggoda "Lahirkan semua anak-anakku!"

End.

The MoonlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang