Sherin berdiri di depan cermin memilih pakaian apa yang bagus di badannya.
Tok tok. Sherin menoleh ke arah pintu. Tak biasanya Min mengetok pintu. Dan pintu itu pun terbuka.
"Min tak biasanya..." orang yang terlihat bukanlah Min tapi seorang yang lain. "Ah maaf... siapa ya?" Tanyanya.
"Ah benar. Anda pasti tak mengenali saya. Saya adalah Wei Ren, sekretaris pribadi dan tangan kanan Raja."
"Wei.. ah nama yang sama dengan..."
"Ya anda benar Yang Mulia. Saya kakak anda!"
Mata Sherin membesar. "Benarkah? Kalo gitu kenapa berbicara formal denganku!" Menarik Ren untuk duduk di ruang tamu kamarnya.
Ren tersenyum, "iya kamu tetap tak berubah ya?"
"Hah kenapa denganku?"
"Ya adikku yang manis yang selalu menentang sistem status dan merasa semua orang memiliki hak yang sama."
"Benarkah?"
"Iya kau adalah adikku yang paling hebat. Bahkan kamu adalah satu-satunya yang bisa memarahi Raja."
"Oh ya? Bagaimana aku bisa memarahinya? Selama ini hanya aku yang ditindas. Ia cuma mempermainkanku. Padahal aku malu tapi...." ia menjelaskan segalanya terperinci.
Ren tersenyum menatap adiknya sudah sehat. Ya dia juga termasuk orang yang shock melihat Sherin babak belur seperti itu. Berkali-kali ia ingin mencoba bertemu Sherin setelah siuman tapi raja tak memperbolehkan siapa pun masuk kamar Sherin kecuali dirinya. Hilang ingatan yang diderita Sherin pun harus dirahasiakan dan hanya tabib, Ren dan para dayang-pelayan Sherin yang mengetahuinya. Itupun jika sampai bocor maka nyawa gantinya.
"Kak apa kau mendengarku?" Rajuk Sherin melihat Ren yang terdiam.
"Tentu saja aku dengar. Aku hanya tak menyangka ternyata walau hilang ingatan kau tetap mengadu padaku!" Dengusnya.
"Kak bisa kau ceritakan masa laluku?"
Ren terdiam.
"Kak!"
"Ah maaf. Aku merasa menyesal tak bisa mengunjungimu selama ini. Jadi sepertinya aku belum bisa berfikir jauh. Hanya saja kau yang dulu tak jauh beda dengan kau yang sekarang"
"Oh tidak. Aku yang salah menanyakan bukan di saat yang tepat." Sherin terdiam sejenak. "Aku berencana mengembalikan ingatanku kak"
Ren tersentak, "Kenapa?"
"Aku pernah dengar dalam mimpi Min berkata ingin segera menangkap pelaku yang membuatku seperti ini. Bahkan sampai dibawa mimpi. Jika aku mendapatkan ingatanku mungkin saja aku tahu siapakah pelakunya? Mengapa menyerang aku?"
"Bukannya kepalamu akan sakit jika mencoba mengingat?"
"Mungkin iya tapi demi Min aku..."
"Sudahlah biarkan itu jadi tugasku untuk mencari pelakunya. Kamu cukup diam dan bersantai bersama Raja. Apa gunanya kamu jadi permaisuri jika tidak kamu gunakan di saat ini"
"Kak! Kakak kan tahu aku tak suka masalah status dibahas seperti ini!"
Ren hanya tersenyum.
------------------
Sherin membuka pintu kamarnya dan terlihat pada dayang-pelayannya sedang berdiri di depan kamarnya. Tampaknya kamarnya merupakan sebuah cottage tersendiri. Di sekitar kamarnya terdapat taman dengan jalan setapaknya.
"Yang Mulia mau kemana?" Tanya seorang dayang.
"Aku mau jalan-jalan. Terlalu bosan di dalam sini!" Seru Sherin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Moonlight
FantasyAku memiliki suami seorang raja yang tampan. Ia tampak menyukaiku dan aku hidup bahagia. Tapi aku tak memiliki ingatan tentangnya. Walau aku coba mengingat tentangnya Ia melarangku melakukannya. Benarkah aku mencintainya? Siapakah aku di masa lalu?