Prologue

22.1K 1.3K 160
                                    

Ghazi Agustamel yang seorang siswa ilmu pasti dengan IQ yang hanya sedikit lebih tinggi dari teman-teman kelasnya, di lemparkan pertanyaan absurd sore itu.

"Zi, mau coba kencan ama gue?"

Mungkin kalimat diatas sudah tak asing lagi jika dilontarkan oleh seorang cowok pada cewek gebetannya. Tapi kepada cowok lain?

Ghazi tak bisa menahan kaget yang kentara di wajahnya.

".. Apa?"

Remaja itu berucap setelah jeda yang dipenuhi dengan mata yang terus terbuka dan tertutup.

Makhluk didepannya menghela napas dramatis. Seakan mengatakan; 'Begitu aja masa kaget?' Persetan dengan bocah satu ini. Ghazi bahkan tidak mengerti kenapa ia mau dekat-dekat alien macam ini.

Kalau diingat lagi, ia bahkan tidak mau berada disini. Seharusnya sekarang ia sudah bisa bercengkrama dengan guling dan kasur lembut kesayangan.

Keduanya sedang berada di perpustakaan sekolah, berkutat dengan soal demi menghadapi remedial ulangan matematika. Tentu saja, bukan Ghazi yang mendapat nilai dibawah KKM. Ia hanya seorang korban yang dipaksa membantu bocah dungu ini belajar.

Di tengah sesi tutor, manusia didepannya tiba-tiba memberikan pertanyaan gila.

Mereka sudah mau kelas tiga SMA, tapi siswa didepan Ghazi masih belum juga berkurang sedeng-nya.

"Dengerin makanya!"

Remaja bermanik moka itu mengembungkan pipi cemberut, "Gue sama lo kan baru bentar kenal aja udah deket."

Makan sumpah.

Rasanya Ghazi ingin menikam belati pada mulut manusia ini. Ia tidak suka dikatakan dekat dengan orang tidak waras.

Sayangnya ia bisa masuk penjara kalau melakukan itu, dan otaknya yang cemerlang tak mau berlama di belakang jeruji besi yang dingin dan bau.

"Mumpung kita jomblo."

"Single, " sela Ghazi ketus.

"Bah- Apa bedanya coba?"

Baru saja remaja jurusan ilmu pasti itu akan membalas, bocah jahanam memotong, "Eep! Nanti lo lama ngocehnya, ya udah, beda."

Ghazi melontarkan tatapan tajamnya - yang saking intens-nya, bisa membuat siapapun kencing ditempat - kecuali bocah berambut kecoklatan didepannya, Rizky membalasnya dengan cengiran kasual.

"Jadi siapa tau ada chemistry diantara kita, kan bisa jadian. Trus kita ga jomb- single lagi deh!"

Ghazi menoyor kepala manusia dungu itu.

"Ogah. Sekalipun gue gay, ga akan mau sama lo."

Darimana anak satu ini mendapatkan ide gila-nya? Ghazi tak mau tahu.

"Lagian, kok tiba-tiba banget, dol?"

Rizky yang sedang sibuk mengaduh, mengernyit, "Dol?"

"Dodol."

Anak itu kembali bermain dengan alisnya, menaikan satu dengan bingung, "Makanan?"

Kepala dungu Rizky kembali mendapat jitakkan dari Ghazi.

"Kalau tujuan lo ngajak kencan untuk ningkatkan chemistry, itu ga akan kejadian, " ceramah Ghazi.

"Itu sih, lo aja yang pesimis."

Kini giliran remaja bermanik nyaris hitam itu yang menghela napas, "Orang kencan tuh setidaknya harus ada satu kesamaan, kita sama sekali ga ada."

Rizky kembali manyun, Ghazi pikir itu kebiasaannya saat sebal barang sedikit.

ANTONIM [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang