Konklusi

4.1K 421 24
                                    

Cinta itu buta.

Banyak orang yang mengatakan demikian. Ghazi selalu beranggapan hal itu tidak logis, tapi tak pernah menentang kalimat itu blak-blakan, karena belum pernah merasakan benar-benar menyukai seseorang. Opini nya terus bertahan. Hanya saja, sekarang ia mulai goyah.

Rizky tengah mengupil sembari memerhatikan guru menjelaskan materi. Ghazi bisa lihat dengan jelas melewati jendelanya, betapa bernafsunya cowok itu mengeluarkan harta karun yang mengganggu lubang pernapasan nya. Tisu di atas meja sudah siaga untuk menampung kotoran itu saat keluar. Jempol Rizky akhirnya bebas, dengan sovenir di ujungnya.

Menjijikan memang. Tapi yang membuatnya takut, ia masih merasa Rizky yang menggali upil masih manis. Ghazi merinding dengan kondisinya sendiri.

"Mungkin gue udah buta total."

Hal yang terjadi sedetik kemudian membuat Ghazi makin frustasi. Kedua ujung bibir Rizky tertarik menjadi senyum sumringah, antara lega dan senang. Di sisi lain, peristiwa tidak bermakna yang sering Ghazi lihat sebelumnya terasa beda sekarang. Senyum itu seakan melambat demi membiarkan Ghazi merekam tiap otot yang bergerak dan lekukan yang terbentuk. Sampai pada cara si seniman terkejut saat melihat Ghazi tengah mengamatinya dengan intens, lalu bibir itu mengerucut dan tangan Rizky menarik gorden supaya tertutup rapat.

Ghazi tertangkap basah.

"Malu-maluin sih lo, bego." Ghazi mengumpat pada diri sendiri. Belum pernah ia merasa malu yang sebesar ini, tapi iris kehitaman itu belum lepas juga dari jendela kelas IPS.

Gorden itu terbuka lagi. Rizky menunjuk-nunjuk handphone di genggamannya. Di seberang lapangan, Ghazi sudah merogoh alat elektronik itu dari laci mejanya. Ia mengerling sekilas, melihat Rizky masih menunjuk telpon genggamnya dengan aplikasi LINE yang tengah terbuka.

Ghazi penasaran kenapa tak ada spidol atau barang apapun melayang dari depan ke arah kepala Rizky. Terkadang siswa ilmu sosial membuatnya takjub dengan keberuntungan mereka sehingga tak digubris guru.

Rizky [Iki]
Gue lagi ngupil! Ngapain lo liatin? Ghazi bego nggak menghargai privasi orang! 8. 35

Petenis itu menahan tawa yang memaksa lepas. Akhirnya keluar sebagai dengusan lemah. Untungnya, tidak cukup besar untuk mengusik murid lain.

Ghazi A
Apanya yang privasi? Pemandangan menjijikan lo lg ngupil bisa diliat satu kelas. 8. 36

Rizky [Iki]
Tapi kayaknya lo menikmati banget pemandangan menjijikan ini? 8. 36

*Sticker beruang putih nahan ketawa* 8. 36

Sialan bocah tengil satu ini.

Rizky [Iki]
Lo suka banget ngeliatin gue ya? ~ (harhar) Gue emang imut sih, kapan-kapan tiap satu detik bayar goceng ya beb! 8. 37

Ghazi A
Ya, lo emg imut. 8. 37

Manik Ghazi membesar, kaget dengan pesannya sendiri. Petenis itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Rasanya malu juga asal kirim kalimat yang terdengar seperti gombal pasaran. Lain kali ia tak akan coba-coba mengirim pesan spontan lagi.

Rizky [Iki]
Baru nyadar lo? wahaha 8. 42

Ghazi mengetik tanpa pikir panjang, tapi tidak mengirim sebelum mengecek ulang; "Udah lama sih, tapi gue baru bener-bener yakin setelah liat lo ngupil."

Yang benar saja, ia payah sekali.

Ghazi A
Udah ah, perhatikn guru sana. 8. 44

ANTONIM [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang