Kencan Pertama

6.6K 674 23
                                    

Mimik muka Ghazi menekuk dongkol macam baru mencium bau busuk menyengat dari gas yang biasa dikeluarkan manusia pada umumnya. Rizky dengan santainya tertidur di tengah film diputar, dan Ghazi terpaksa menahan beban di bahu kirinya.

"Otak kambing, bangun." Ghazi sedikit berteriak karna kesal, membuat orang lain di bioskop mengkerutkan dahi dalam gelap. Dan petenis itu harus memberikan mimik minta maaf yang enggan sekali ia berikan. Semua karena makhluk laknat di sampingnya. Ghazi menyentil dahi Rizky dengan geram. Reaksi yang ia dapat kebalikan dari yang ia inginkan, artist itu menggerutu sedikit tapi malah membenamkan wajah lebih dalam pada bahu Ghazi. Kalau Rizky mau tidur sih Ghazi setuju saja, masalahnya bocah itu menyandar di bahunya.

Ghazi mengutuk. Akhirnya membiarkan Rizky dengan mimpi di dunia khayal-nya.

Ia mengambil satu berondong jagung berlumur mentega dan memasukkannya kedalam mulut, tangannya berhenti saat butir popcorn kedua sudah sekitar tiga sentimeter didepan mulutnya.

Remaja itu melirik pada makhluk di sampingnya. Setelah berapa detik jadi patung, tangan itu bergerak. Tanpa berpikir lebih jauh, dua berondong jagung disumpal rapih pada lubang hidung Rizky. Ghazi akan melakukan beebagai cara untuk menyingkirkan benalu yang memberatkan bahunya. Dan tanpa rasa bersalah, manik nyaris hitam kembali pada film layar lebar yang terpampang didepannya.

"Nguuf!"

Rizky sudah menggeliat saja karna nampak terganggu. Itu hal yang ajar. Siapa yang tak akan terganggu jika lubang pernapasannya ditutup dengan popcorn?

"Nghuff!"

Rizky menghembus kencang dan dua berondong jagung berlendir terbang ke bangku depan.

Ghazi menahan tawa geli. Perutnya sakit karna melihat aksi Rizky dan wajah orang didepan yang menggerutu dongkol.

"LO APA-" sebelum Rizky bisa mengamuk kencang-kencang, penonton lain mengingatkan untuk diam.

Rizky menarik napas panjang dan mengulang, "Lo apain idung gue?" remaja itu menggerak-gerakkan hidungnya sambil berteriak dalam volume kecil.

Yang bertanggung jawab hanya dapat membungkuk dengan bahu yang bergoyang karna masih menahan tawa. Setelah berapa menit, Ghazi kembali duduk tegap dan menghela napas berat. Perutnya sungguh sakit, "Aduh... lo ketiduran di pundak gue dan gak mau awas. Gue bangunin gak mau juga."

"Jadi lo masukin sesuatu ke lubang idung gue? Kalo nanti gue harus masuk RS, lo tanggung jawab ya Zi!"

Ghazi memutar manik mata-nya, "Ada juga lo masuk RSJ."

Dalam hati Rizky mengiyakan, "Daripada lo, masuk penjara. Gue nggak bisa napas loh tadi." Sungguh, baru kali ini Rizky mendapat pengalaman near-death karna Krishnan seorang teman. Ia masih bisa merasakan cairan yang ia duga mentega pada bulu-bulu hidungnya.

"Berondong jagung nggak akan bikin orang mati, nyet."

Rizky mengelus hidungnya, ia tidak peduli jika petenis itu mengatakan ia bersikap dramatis. "Tapi idung gue sakit banget tahu."

"Gue traktir makanan."

Oke, mungkin candaan dengan popcorn itu bukan hal yang terlalu menyebalkan. "Sogokan diterima."

Petenis itu melemparkan seringai. Makanan gratis memang selalu berjalan baik. Beruntung Ghazi bawa uang lebih.

.

.

"Hiks.. Hiks.. hrufft!"

Ghazi menatap jijik Rizky dengan isakan dan hidungnya yang baru saja melepaskan muatan, hingus, pada tisu yang tersedia manis diatas meja makan mereka. "Malu gue jalan ama lo. Dasar jorok," remaja itu mendorong tempat tisu pada Rizky.

ANTONIM [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang