Tentangnya

4.3K 523 19
                                    

"There is an immeasurable distance between late and too late." ― Og Mandino.

...

Cinta pertama biasanya tidak terkabulkan. Rizky selalu sebal dengan pernyataan itu karena benar adanya, setidaknya itu terjadi pada Rizky. Tidak sampai patah hati, kisah nya berakhir sebelum ia mengatakan sayang, atau menyadari perasaanya. Mungkin karena itu sulit melupakan. Atau karena kepribadian cinta pertama-nya yang agak aneh.

Pertemuan Rizky dengan pemuda itu, cukup biasa. Kala itu Rizky diopname karena penyakit usus buntu yang dideritanya. Ia sudah menjalani operasi, tetapi harus rawat inap untuk beberapa hari.

"Kita bakal jadi teman sekamar sekarang! Gue Ilham Akbar Mussada, kalau lo mau panggil mas ganteng juga boleh."

perkenalan remaja kelewat narsis pada umumnya. Saat itu Rizky pikir Ilham biasa saja, tapi satu kamar dengan pemuda itu untuk beberapa hari cukup untuk mengeliminasi kata 'biasa' untuk menggambarkan Ilham. Yang pasti, beberapa kata saja tidak cukup menguraikan keanehan cowok itu. Dan Rizky belum selama itu mengenalnya.

Kalau disuruh pilih satu Rizky tidak bisa. Dalam waktu yang sangat sedikit, kenangannya dengan Ilham terlalu banyak untuk hanya memilih satu kata.

1. Penyakitan.
Seorang Ilham tidak jauh dari latar belakang serba putih kamar Rumah Sakit. Tempat Rizky pertama, sekaligus terakhir kali, melihat cowok itu. Anaknya memang penyakitan tapi senyum sumringah tak pernah luntur dari wajahnya.

Salah satu hal yang membuatnya begitu kagum dengan cowok itu.

2. Petualang.
Ilham terkurung dalam penjara putih yang Rizky panggil Rumah Sakit, tapi itu tidak menghentikan niatnya untuk menjelajah. Setidaknya seperti itu Ilham katakan pada Rizky.

"Semua tempat asik kalau dibawa asik Ki, lo aja yang nggak biasa di sini," Ilham menarik Rizky keluar kamar, "Gue bisa kasih lihat lo RS punya pesona sendiri."

Mengingat kalimat itu selalu membuat Rizky tertawa lemah. Ia memang tidak pernah menyukai rumah sakit, karena bau obat yang pekat dan susananya. Bertemu Ilham membuat opininya berubah, cowok itu sering membawa Rizky keliling rumah sakit dan entah sejak kapan, tempat bernuansa putih itu jadi lebih berwarna dan menyenangkan.

"Gue emang nggak masalah cuman menelisik tiap sudut Rumah Sakit. Tapi gue kangen suasana diluar lingkup yang kecil banget ini."

Rizky cemberut, tahu persis arah pembicaraan ini. "Lo minta gue buatin gambar pemandangan lagi."

"Dunia di mata tiap orang itu beda Ki, gue pengen lihat dunia dari mata lo!" Ilham mengguncang bahu yang lebih kecil.

"Nggak mau. Gue udah bilang, cuman mau gambar orang."

"Sadis lo."

Rizky menyesal tidak mencoba menggambarnya saat itu.

3. Buku.
Cowok itu suka membaca. Jelas sekali dari tumpukan buku astronomi, filosofi, koleksi novel, foto dan beberapa buku ilmu pasti lainnya. Mungkin karena itu Ilham dengan mudah membantu Rizky mengerjakan PR-nya saat dibawa ke kamar inap. Mungkin karena itu juga Ilham sering melontarkan pernyataan yang membuat Rizky mengedutkan dahi atau tertawa terbahak.

"Sekarang ini banyak penelitian luar angkasa yang dilakukan supaya kita bisa meninggalkan bumi kalau kiamat nanti. Tapi kalau itu beneran kejadian, gue rasa gue nggak mau ninggalin bumi," manik coklat Ilham menatap lekat langit malam di luar jendela, "Luar angkasa itu kayaknya sepi banget. Bintang aja yang nampaknya deketan, aslinya kayak dari Indonesia ke Kutub. Berarti tiap benda langit kebanyakan jones kan?"

Banyak juga perkataan Ilham yang tak Rizky balas, bukan karena tak mengerti tapi karena tak bisa menemukan kata yang pantas untuk membalasnya. "Seorang motivator dari Amerika pernah bilang kalau Dunia itu cerminan diri kita. Kalau kita benci diri sendiri, dunia jadi menyeramkan. Kalau kita suka diri sendiri, dunia terasa indah."

"Lo yang mana ham?" Rizky bertanya dengan ceplos.

Yang ditanya malah tertawa, membuat Rizky mengernyit. "Nggak tahu, mungkin gue ditengah-tengah. Tapi... "-kalimatnya menggantung-"Kalau perasaan kita pada diri sendiri itu dipaksakan atau cuman bohong. Apa yang bakal dilakuin dunia?"

Rizky bergeming saat itu.

4. Cengiran
Rizky pernah sekali melihat UGD membawa Ilham dengan cepat keluar kamar 153. Pemuda itu memberikan cengiran khasnya setelah itu.

"Ham. Gue boleh nanya sesuatu?"

Ilham menutup buku astronomi ditangannya untuk mendengarkan Rizky dengan saksama.

"Kenapa lo masih bisa ketawa lepas dan senyum kalau penyakit lo separah ini?"-pertanyaan itu datang dengan cepat, memantul pada sisi-sisi dinding putih dan membias, meninggalkan keheningan sejenak-"Sor-Sorry! Bukan maksud gue nggak seharusnya lo seneng tapi lo sama sekali nggak keliatan-"

Pemuda itu memotong dengan cepat. "Ki, lo pernah nonton Mickey Mouse?"

Rizky mengernyit bingung, tapi tetap mengangguk. Ilham mengangkat telunjuknya dan dagu tinggi. "To laugh yourself is to love yourself,"-ujarnya sok bijak-"Mickey bilang, tahu cara tertawa pada dirimu sendiri daripada menyalahkan kelemahan mu bisa membuat mu lebih senang. Karena Mickey Mouse panutan gue jadi gue ikutin kata dia, gitu deh."

Manik moka Rizky membesar. Ia tak bisa menyembunyikan senyum yang pecah di wajahnya. Yang kemudian berubah menjadi tawa renyah. Rizky orang yang pelupa, tapi ia yakin akan mengingat tiap-tiap perkataan cowok ini karna begitu unik dan bikin gemas.

Ilham Akbar Mussada memang aneh-
-disaat yang sama sungguh keren.

5. Seratuslimapuluhtiga (153)
Rizky tidak tahu apa itu sebuah kebetulan. Tapi angka itu terlalu banyak mengingatkan pada Ilham. Kamar itu, hari itu, jam itu.

"Seriusan?" suara Rizky nyaring di telpon.

Tawa renyah Ilham terdengar. "Iya, nanti siang adik gue jemput. Soalnya dia ada rapat OSIS dulu."

"Oh iya, Raka anggota OSIS kan? Nanti gue ikut jemput lo di RS ya!"

Berita itu datang pagi, Ilham akhirnya di perbolehkan keluar rumah sakit empat hari setelah operasi-nya. Sayang, Rizky baru bisa menjenguk setelah pulang sekolah Sabtu itu, ia masih terjebak macet menuju Rumah Sakit saat ponselnya berdering.

"Nggak usah ke RS."

Rizky mengerut, suara Raka terdengar parau. "Kenapa?"

"Ilham meningga-"

Rizky menutup telpon, tidak ingin membiarkan Raka menyelesaikan kalimatnya. Hari itu, tanggal 15 September jam setengah empat sore.

Berita tentang truk yang kehilangan kendali dan menghantam mobil yang tengah diparkirkan muncul di koran pagi esoknya.

Hari dimana Rizky bisa melihat Ilham diluar Rumah Sakit tidak pernah datang. Saat hatinya mencelos, Rizky sadar perasaanya pada Ilham.

Ia jatuh begitu dalam tanpa menyadarinya.

Bodoh.

...
Aku harap itu cukup nge-feels. Maaf lebih pendek dari biasanya huuu, bikinnya tengah malam. Tepatnya selesai jam 01. 10 Kyaaa udah lama nggak tidur pagi, bangganya. /mulai gaje/

Terimakasih sudah baca, sempatkan waktu buat Vote n comment ya.

Sampai ketemu <3

ANTONIM [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang