Pertanyaan dan Pernyataan

4.6K 516 7
                                    

Banyak yang bilang 'Dunia itu penuh misteri, karna itu hidup tak mudah diprediksi' Ghazi tak pernah menyalahkan pernyataan itu. Tapi menjadi seorang Ghazi Agustamel yang punya hobi mengira-ngira hampir semua hal dalam hidup-tentu saja, tetap secara logis-membuat mayoritas hal tidak mengagetkan. Hanya, sejak bertemu makhluk abstrak di awal kehidupan SMA-nya banyak hal jadi lebih sulit diprediksi. Seperti saat ini.

Rizky duduk di depan teras rumah Ghazi dengan baju rumah dan tisu bekas yang penuh dengan ingus berserak disebelahnya. Baju rumah maksudnya; Boxer dan kaos kebesaran. Ia baru saja membicarakan bocah itu pagi ini di pelajaran olahraga, orangnya sudah nongol. Padahal ia pikir hari ini akan jadi awal September yang biasa saja.

Rizky terbangun saat melihat Ghazi. "Lama amat lo pulang Zi!" protesnya dengan bibir manyun yang membuatnya makin manis-

Ghazi menggeleng kepala cepat. Akhir-akhir ini ia memang aneh. Mungkin karna sudah lama tidak melihat muka anak itu. "Akhirnya lo diusir dari rumah ya," komentar Ghazi cepat.

Rizky berdecih. "Gue gemes pengen mukul lo, tapi nanti gue nggak dibolehin masuk rumah."

Ghazi memasukkan motornya ke halaman rumah dan menepuk pucuk kepala Rizky. "Tuh tahu, Dek Kiki pintar ya," tangan lainnya merogoh kantung untuk kunci rumah. Ibu dan suaminya sedang dinas ke luar kota, tidak akan pulang sampai lusa. Jadi rumah Ghazi bisa dikatakan kosong beberapa hari ini, Rizky datang berkunjung cukup melegakan. Ia memang suka sendiri, tapi tidak setiap saat. Sepi membuatnya ingat dengan kucing yang pernah dibawanya pulang dulu.

Rizky melepas sandalnya dan masuk, mendahului tuan rumah. "Ngomong-ngomong Zi, gue nggak diusir. Gue kabur dari rumah."

Tawa Ghazi pecah. Kadang Rizky tak pandai berguyon. Saat tawa reda dan menyadari Rizky tak bergabung dengannya, pemuda itu berubah pias dan memijat pelipisnya. "Lo udah makan?"

"Belum. Dari siang gue disini," Rizky membalas dengan suara tertutup bantal, cowok itu sudah terbujur diatas sofa.

Ghazi menarik Rizky agar berdiri. "Makan dulu nyet, lo tambah sakit nanti."

"Nggak mau, gue ngantuk!" Rizky meronta agar lepas dari pegangan, "Ghazi pergi aja huss huss!"

Ghazi ingin sekali menoyor kepala bocah itu dan menegaskan bahwa Rizky tak bisa mengusir tuan rumah. Tapi mengingat bocah itu sudah lama menunggu didepan dengan baju rumah, ia membiarkan. "Ya udah, terserah lo."

Ghazi meninggalkan Rizky untuk mengambil selimut dan menelpon Ibu dari bocah lasak itu. Ia tidak mau bangun pagi dan menemukan rumahnya sudah dikepung polisi karena diduga melakukan penculikan. Tangannya mencari kontak Tante Prima dan menekan tombol hijau pada layar.

"Ghazi, Kiki Hilang!"-nyaring sekali, Ghazi harus menjauhkan telpon dari telinganya-"Tante baru mau nelpon kamu. Lihat Kiki nggak?! Si adek tiba-tiba kabur waktu kami suruh jaga rumah!" Tante Prima melaju dengan panik.

"Rizky ada di rumah Ghazi kok, tante tenang aja,"-hembusan nafas lega terdengar-"Ghazi coba bujuk Rizky pulang. Tapi Ghazi nggak mau maksa, nanti kabur."

"Enggak apa Zi, kalau sama kamu tante nggak protes. Yang penting tahu Rizky dimana, makasih ya sayang."

Ghazi menutup telpon setelah bertukar salam dengan mama Rizky. Sepertinya alasan Rizky ngambek, karena bertengkar dengan Bang Thiya soal pilihan jurusan untuk universitas. Setidaknya Ghazi bisa asumsikan dari cerita Tante Prima. Tapi kalau sebatas pertengkaran kecil, rasanya tidak akan seheboh ini.

Ghazi menutup sebagian badan Rizky dengan selimut dan duduk diatas kursi kecil dekat sofa. Menekan tombol merah pada remote TV dan berdecak karna tidak menemukan siaran yang menarik.

ANTONIM [bxb]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang