maaf ya lama. ada problem sedikit. hehe
ya ampun si mprill punya wattpad yak ? hihi siapa tahu dia mampir kesini ntar. haha
yasudah happy reading..
**
Kevin menyusuri rumah sakit tempat dimana kekasihnya bekerja.
"Kevin." Panggil seseorang yang tak lain adalah Prilly. Kevin menoleh dengan senyuman hangatnya.
"Ali mana Kev ?" Tanya Prilly.
"Ada kok bentar lagi juga udah sampai dia. Mila mana ?" Tanya Kevin. Dia takut Prilly akan bertanya hal yang lebih jauh.
"Ada di ruangannya Kev. Ya udah gue nunggu di depan ya Kev." Pamit Prilly. Kevin mengangguk meskipun Prilly tak bisa melihatnya. Dia kembali berjalan ke ruangan Mila dan segera mengajaknya keluar.
"Loh Prilly mana sayang ?"
"Udah nunggu di depan. Barka sama Gritte udah berangkat ?" Mila mengangguk sebagai jawabannya.
"Kamu kenapa sih sayang ? ada masalah ?" Mila mengerutkan keningnya menyadari Kevin yang tak sejail biasanya. Kevin hanya menggeleng kaku.
"Langsung ke tempat fitting kan ? Keburu malem ntar. Ayo berangkat." Mila mengedikkan bahunya dan segera mengikuti langkah Kevin.
Prilly terus melirik jam di tangannya. Tidak ada tanda – tanda Ali akan datang menjemputnya. Hingga panggilan Mila mengalihkan kebosanannya.
"Prill, Ali udah dateng ?" Prilly menggeleng.
"Kemana sih tuh anak." Kevin menggumam dengan wajah menahan amarah.
"Kita nungguin Prilly aja ya Yang." Ucap Mila.
"Eh nggak usah Mil, gue nggak apa – apa kok kalian tinggal. Bentar lagi juga Ali dateng." Ucapnya dengan senyum terpaksa.
"Lo bareng kita aja Prill. Mungkin Ali masih sibuk." Usul Kevin. Dia segera menarik tangan Mila dan Prilly menuju mobil.
"Eh tapi Vin, nanti Ali kesini gimana ?" Prilly menggigit bibir bawahnya gelisah. Tiba – tiba saja deringan iPhonenya mengalihkan pemikiran mereka bertiga.
"..."
"Oh gitu ya. Oke aku bareng Kevin." Prilly menghela nafas kecewa kemudian masuk ke dalam mobil Kevin tanpa mengucapkan kata – kata. Mila menatap heran sedangkan Kevin berusaha tidak menumpahkan amarahnya sekarang juga.
"Ayo masuk sayang." Ajak Mila. Kevin menganggukkan kepalanya.
**
Ali terus memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pasalnya dia sudah ditinggal Kevin terlebih dulu.
"Gila tuh anak, nggak biasanya dia ninggal gue." Gumamnya sambil fokus menyetir. Tiba – tiba saja Onyxnya memicing tajam ke pinggir jalan. Dia menghentikan mobilnya tiba – tiba.
"Andien." Teriaknya keras.
"Kak Ali ?" Andien tersenyum manis pada Ali.
"Ngapain disitu Dien ?"
"Ah nunggu jemputan kak, mobilku mogok tadi." Ujarnya dengan wajah polos. Tak terbesit kecurigaan sama sekali di dalam hati Ali.
"Aku anter deh kalau gitu. Ayo naik." Ajak Ali sumringah. Andien mengangguk dengan senyuman manis.
"Makasih ya kak." Ucapnya setelah masuk ke dalam mobil.
"Aku mau telvon Prilly dulu ya." Ucap Ali. Andien tersenyum masam sembari mengangguk kaku.
Ali mengambil iPhonenya dan menghubungi nomer kekasihnya.
"Halo sayang aku agak telat ya sampai disitu. Aku masih ada urusan." Ucapnya. Entah kenapa hari ini dia merasa kelu untuk jujur pada Prilly.
"..."
"Ma.." Belum selesai dia berbicara, sambungan telephone sudah terputus. Ali menghembuskan nafas kasar. Pasti Prilly marah padanya.
"Kak kenapa ?" Suara lembut Andien mengembalikannya pada dunia nyata.
"Ah nggak. Alamatnya dimana Dien ?" Tanya Ali mengalihkan pembicaraan. Pikirannya tertuju pada Prilly.
Selama perjalanan Andien mengalihkan perhatian Ali dengan bercerita hal yang menarik. Ali begitu menikmati perjalanannya hingga tak sadar dia sudah sampai di rumah Andien.
"Mau mampir dulu kak ?"
"Nggak usah deh Dien. Aku masih ada urusan." Tolak Ali halus. Andien memasang wajah kecewanya.
"Sebentar aja kak, aku Cuma buatin minum doang kok." Bujuknya lagi. Ali nampak berfikir namun kemudian mengangguk. Hati Andien bersorak gembira.
"Ayo kak." Pekiknya girang. Ali terkekeh geli kemudian mengacak rambut Andien. Wanita di depannya ini membuat Ali sangat gemas dengan tingkah polosnya.
**
Kevin dan Barka sudah selesai fitting baju untuk acara pertunangan mereka. Kini keduanya tengah menunggu pasangan mereka keluar dari fitting room. Prilly sedari tadi hanya melihat ke arah jam di tangannya. Sudah dua jam Ali tak kunjung datang, hingga mereka semua memutuskan untuk melakukan fitting terlebih dulu.
"Prilly kita udah, tinggal lo." Ujar Mila. Prilly mengangguk lemah. Kevin beranjak dari duduknya. Dia segera menelvon Ali karena dengan seenaknya dia membuat Prilly menunggu.
"Sayang, mau kemana ?" Tanya Mila. Kevin mengisyaratkan dengan mengangkat iPhonenya. Mila pun mengangguk mengerti.
" Lo dimana ?" Kevin segera memberi pertanyaan tanpa basa – basi pada orang di seberang.
"..." Jawaban orang tersebut membuat Kevin mengepalkan tangannya.
"Kita 2 jam nungguin lo, dan lo enak – enakan di rumah Andien ? Lo gak mikir gimana Prilly sekarang." Ucap Kevin menggebu – gebu.
"..."
"Terserah lo." Kevin memutus percakapannya dan masuk ke dalam butik milik calon mertuanya.
"Gimana ?" Barka bertanya dengan sedikit pelan. Barka sudah mengetahui apa yang terjadi setelah Kevin menceritakannya.
"Gila tuh anak. Dia malah ada di rumah Andien. Gue gak abis pikir sama tuh orang." Kevin menggelengkan kepalanya.
"Gue harap dia masih inget gimana dia berjuang bareng Prilly dulu." Gumam Barka prihatin. Melihat Prilly keluar dari fitting room mereka segera mengubah ekspresi wajah tegang mereka.
"Ali belum datang ya ?" Tanya Prilly lesu. Mila dan Gritte menggeleng.
"Kalian pulang duluan aja deh. Gue nunggu Ali disini."
"Lo nggak apa – apa sendirian ?" Tanya Gritte cemas.
"Gue nggak apa – apa kok. Kalian pulang aja deh. Nanti kalau emang ada sesuatu gue pasti hubungi kalian." Ucap Prilly meyakinkan sahabat – sahabatnya.
Kevin menghela nafas kasar kemudian bangkit dari duduknya diikuti Barka.
"Kalau gitu kita pulang duluan ya Prill. Lo telvon gue kalau Ali gak dateng." Kevin mengusap puncak kepala Prilly lembut. Kevin sangat menyayangi Prilly layaknya seorang adik, dan Mila bisa melihat itu.
"Hati – hati ya Beib." Mila dan Gritte bergantian mengecup pipi chubby Prilly.
Prilly hanya mengangguk lemah dan duduk lemas di sofa. Hazelnya memandang punggung keempat sahabatnya yang sudah menjauh.
"Kamu kemana Li ?" Lirihnya pelan. Rasanya dia ingin menangis sejadi – jadinya. Tapi dia tidak bisa. Dia tidak ingin semuanya berakhir dengan sia -sia hanya karena kesalah pahaman yang belum terjadi. Dia masih percaya Ali-nya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamu Season 2
Fanfictionmereka memulai dengan kisah yang hampir sempurna. kebahagiaan , kesedihan sampai semua cobaan mereka hadapi. hingga kini mereka menemukan cobaan kembali saat pertama kalinya mereka mendapatkan kebahagian yang melengkapi kehidupan rumah tangga merek...