Kamu season 2 - 7

3.4K 390 36
                                    

- Setidaknya ada batu karang yang siap menahan ombak yang datang menerjang. Dan di antara hubungan kita masih ada kepercayaan yang siap mengalahkan kesalah pahaman. –

"Kevin, gue mau ngomong. Kevin ! brengsek lo." Ali mengumpat kesal karena Kevin tak memperdulikan teriakannya. Masih dengan sisa emosi dia masuk ke dalam ruang meeting. Dia mencoba meredam emosi dan memimpin rapat pagi itu. rapat berlangsung tenang meskipun ada dua orang yang sedang berperang pikiran saat ini.

"Rapat bisa diakhiri, terima kasih atas waktunya. Selamat pagi." Ali mengakhiri rapat dan membereskan berkas di depannya. Kevin beranjak lebih dulu dari ruang meeting, Ali yang melihat itu segera menyusul Kevin ke ruangannya.

Tanpa mengetuk pintu terlebih dulu dia masuk ke dalam.

"Lo kenapa sih Vin, kenapa lo terus menghindar dari gue. gue salah apa hah !?" Kevin terus menatap layar datar di depannya. Meskipun yang dia lihat hanya walpaper fotonya dan Mila.

"Kalau lo aja gak tau apa kesalahan lo, gimana caranya lo mau memperbaiki kesalahan lo."

"Shit, Kevin maksud lo apaan sih."

"Gue lagi sibuk, lo bisa keluar dari sini kan. Ruangan lo lebih nyaman daripada ruangan gue." Ali menghela nafas panjang. Apa yang dipikirkan sahabatnya dia tak tahu.

"Vin, tapi gue..." Belum selesai bicara, terdengar ketukan pintu yang mengganggu percakapan mereka.

"Masuk." Suara Kevin terdengar hingga pintu itu terbuka lebar. Wanita yang tak lain adalah sekretaris Ali masuk dengan sopan.

"Maaf Pak Ali, ada yang ingin bertemu anda." Ucapnya sopan.

"Siapa ?" Tanpa menoleh Ali bertanya pada sekretarisnya.

"Ibu Andien Pak, beliau bilang sudah membuat janji dengan bapak." Ali menoleh cepat dan segera keluar dari ruangan Kevin. Kevin yang melihat itu segera melempar pena yang sedang di pegangnya.

"Brengsek ! kalau sampe lo nyakitin Prilly, gua gak segan – segan jauhin lo dari dia."

--

Prilly masih mematung di depan lelaki yang tak lain adalah Papa Anya.

"Dokter cantik kenapa ngeliatin Papa terus. Papa ganteng ya dok ?" Prilly tersentak dari lamunannya.

"Ah, maaf. Saya keluar dulu."

"Terima kasih dokter." Suara itu membuat Prilly menghentikan langkahnya.

"Tolong nanti ke ruangan saya." Prilly tak berbalik, dia meninggalkan ruangan yang terasa sesak itu.

"Dokter itu cantik ya Pa, dia baik sama Anya loh Pa." Anya masih terus mengoceh tentang Prilly. Sedangkan Papanya bingung dengan sikap aneh Prilly saat pertama kali melihatnya.

"Papaa kok gak dengerin Anya sih."

"Ah kenapa sayang ? maaf Papa masih kecapekan sayang. Anya sudah makan ?" Anya hanya mengangguk karena dia sudah sibuk membuka kado dari sang Papa.

Prilly berjalan menuju ruangannya. Pikirannya masih tertuju pada pria yang dia yakini itu adalah Ricky.

"Ricky masih hidup, atau dia aahh dia siapa." Ketukan pintu terdengar. Prilly merapikan penampilannya yang tak beraturan itu. pikirannya kacau setelah melihat orang yang pernah ada di hidupnya.

"Permisi dok," Prilly menegakkan kepalanya dan mempersilahkan orang itu masuk.

"Silahkan duduk." Laki – laki itu tersenyum pada Prilly yang hanya dibalas dengan sopan olehnya.

"Terima kasih dok, bagaimana keadaan anak saya ? apa ada hal yang buruk ?" Prilly tersenyum ramah.

"Tidak ada hal yang buruk pada anak anda untuk saat ini Pak. Saya dan team saya akan berusaha yang terbaik untuk Anya. "

"Saya sangat berterima kasih kepada anda Dok, saya tidak tahu harus bagaimana lagi mengucapkan terima kasih."

"Tidak perlu seperti itu pak, sudah menjadi tugas saya."

"Kalau begitu saya permisi Dok," Saat lelaki itu sudah beranjak dari kursinya, Prilly menahan lengannya.

"Maaf, Pak ,,,,"

"Ricky saya Ricky Pratama." Mendengar nama itu rasanya waktu di sekitar Prilly berhenti saat itu juga.

"Ricky.. nggak mungkin ini nggak mungkin." Pegangan di kursinya semakin erat dan dia merasa warna hitam mulai merayapi pandangannya. Dan dia tak ingat apapun lagi saat itu. sayup – sayup dia mendengar namanya dipanggil berkali – kali sampai dia tak mendengar apapun lagi.

--

Ali masuk dengan tergesa – gesa ke ruangannya. Setelah sampai ke dalam senyumnya langsung berkembang.

"Sorry lama ya Dien." Andien segera berdiri dan menghampiri Ali.

"Nggak kok Kak, maaf ya ganggu Kak Ali. Aku kesini mau ngelamar kerja Kak. Kak Ali bilang aku suruh langsung temuin Kak Ali kan." Dia terkekeh pelan setelah mengucapkan itu.

"Siapa sih yang ganggu Dien, oh iya jadi gimana ? ini surat lamarannya ya." Ali mengambil berkas yang ada di atas meja dan mulai membacanya. Andien terpaku pada wajah tampan Ali, mereka tak menyadari kalau seseorang menatap dengan tajam dari luar pintu.

"Gimana kak ?"

"Em nanti gue kirim ke HRD ya, tunggu kabar lanjut aja. Gue pastiin lo masuk disini kok." Ali tersenyum ramah pada Andien.

"Syukur deh kak, makasih banyak ya kak. Kalau gitu aku permisi dulu."

"Iya Dien, sorry nih ya gue gak bisa nganter ke depan. Gue ada telfon nih." Andien mengangguk mengerti meskipun sedikit kecewa.

Andien berjalan santai dari ruangan Ali, sampai di depan kantor dirinya dikagetkan oleh sosok tegap di depan mobilnya. Tatapannya tajam dan dingin, sedikit gugup dia membungkukkan badannya.

"Kak Kevin ya, temennya Kak Ali kan." Sapanya ramah.

"Gue rasa lo udah tau gue dari dulu semenjak di kampus. Lo kan terobsesi sama Ali." Skak ! dia merasa terpojok.

"Ah iya kak, siapa yang gak kenal Kak Kevin sama Kak Ali." Ucapnya menghilangkan kegugupan.

"Ada urusan apa lo ke sini ?"

"Ini kak aku naruh lamaran disini. Siapa tahu aku bisa kerja disini kan.." Kevin tersenyum remeh.

"Lo dari keluarga berbisnis kan ? Papa lo punya perusahaan besar. Gue rasa lo bisa dengan mudah masuk ke situ. Kenapa harus ke sini ?" Andien merasa Kevin tak suka padanya.

"Aku Cuma gak mau dianggap masuk ke perusahaan papa karena kekeuasaan Papa, itu aja kok Kak."

"Cih, terus lo pikir lo masuk sini gak ada kekuasaan Ali gitu ? kalau lo emang murni mau kerja disini, seharusnya lamaran lo itu, lo titipin ke FO, gak perlu langsung ke Ali."

"Maaf ya kak, aku Cuma nurutin permintaan Kak Ali buat dateng kesini."

"Dia nyuruh lo kesini tapi bukan harus ketemu sama Ali. Gue minta lo jauhin Ali, cukup deket sama dia buat urusan kerja."

"Apa hak Kak Kevin nyuruh aku jauhin Kak Ali." Kevin maju mendekat pada Andien.

"Ali itu punya adek gue, dia udah hampir tunangan sama Prilly, dia udah gue anggep adek gue. kalau karena kedatangan lo hubungan mereka rusak, gue gak segan – segan buat hancurin hidup lo."

"Terserah Kak Kevin mau bilang apa. Aku Cuma mau pertahanin cinta aku sama Kak Ali."

"Pertahanin cinta lo sama orang yang bener, dia udah punya orang lain. Jangan buat kesabaran gua habis." Kevin meninggalkan Andien sendiri, dia takut kehilangan kendali jika harus berdekatan dengan wanita yang bertopeng itu.

"Shit." Andien masih terlihat emosi karena ucapan Kevin.

"Lo pikir lo siapa hah,? Gue bakal hancurin kalian semua.!" Bantingan keras pintu mobil terdengar saat dia masuk ke dalam mobilnya.

Kamu Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang