Al dan Ibu sudah berdiri di depan pintu rumah Tatjana, sedang bercakap-cakap dengan Mama Tatjana, Tante Vera, sambil menunggu anak cantiknya itu keluar. Sedangkan yang lain sengaja menunggu di mobil, Ibu yang melarang turun. Kata Ibu, ini hanya ajakan kencan, bukan melamar. Tak lama, Tatjana keluar dengan tampilan luar biasa manis. Dia memakai dress berwarna hitam tanpa lengan. Rambutnya dicepol. Dengan lipstik merah dia nyaris tampak sempurna. Al tersenyum kagum melihatnya. Wanita yang dia taksir tersebut terlihat sangat cantik malam ini. Tanpa bermaksud janjian, mereka berdua pun memakai baju yang serasi, sama-sama berwarna hitam dan formal. Al dengan setelan jasnya dan Tatjana dengan dress hitamnya.
"Hai," sapa Tatjana yang berdiri anggun depan pintu.
"Hai," jawab Al. Tatjana mencium tangan dan kedua pipi Ibu. Al masih belum melepaskan pandangannya pada Tatjana.
Ibu memperhatikan mereka berdua dan tak tersadar ikut berbinar. "Gimana? Sudah siap?" tanya Ibu. Tatjana mengangguk. "Mama Vera, kalau gitu kami izin berangkat dulu ya. Kami janji, Tata akan kami jaga dengan sangat baik," ujarnya.
"Iya, saya percaya kok, Bu. Hati-hati di jalan ya, semoga sukses, salam buat semua ya,"
"Maaf lho kami tidak turun semua, takut mengganggu terlalu ramai,"
Mama Vera tertawa kecil. "It's okay, Bu. Saya mengerti," jawab Mama Vera yang sebenarnya juga merasa lega karena mereka tidak semuanya ikut masuk ke dalam rumah untuk menjemput Tatjana.
Mereka bertiga pun berjalan menuju mobil keluarga Al berwarna hitam yang diparkir di depan rumah Tatjana. Bapak membuka kaca dan berpamitan pada Mama Vera, begitu juga dengan adik-adik Al. Al membukakan pintu untuk Tatjana. "Ta," ucap Al.
"Ya?"
"You look gorgeous," puji Al sedikit malu.
"Thanks, kamu juga kok," jawab Tatjana.
"Halo Tatjana.., cantik sekali kamu," sapa Bapak begitu melihat Tatjana.
"Terima kasih, Om," Tata pun sudah duduk manis di dalam mobil.
"Om juga terima kasih sudah mau ikut. Om ajak kamu ke acara ini buat kesempatan buat kamu juga agar lebih banyak mengenal praktisi-praktisi di bidang desaign interior, nanti Tante yang akan mengenalkan kamu. Lumayan banget lho, Ta. Kan kata Al kamu sedang merambah ke dunia itu," ujar Bapak sambil melajukan mobil.
"Masih kecil-kecilan kok, Om."
"Justru itu, nanti kamu bisa kamu kembangkan lagi. Siapa tahu ada yang tertarik untuk kerja sama, ya kan?"
"Siap, Om. Sekali lagi, aku sangat berterima kasih sudah diajak dan diberi kesempatan seperti ini,"
Bapak mengangguk-angguk mendengarnya.
"Kak, mau lasagna nggak? Ngemil dulu sebelum makan malam disana," ujar Iqbaal, adik Al yang baru masuk kuliah.
"Nggak usah, Bal. Kakak makan disana aja nanti," Tatjana menolak halus.
"Tapi enak lho ini, buatan Kak Kim dan Kak Prilly,"
"Aselik enak!" timpal Sierra, si anak bungsu.
"Prilly?" tanya Tatjana keheranan, dia baru mendengar nama tersebut selama kenal dengan Al.
"Oh itu.. Prilly itu adiknya Kim," Al menjawab.
"Ooh..., namanya Prilly. Baru tahu. Selama ini kalau Kim cerita dia nggak pernah sebut nama. Yang aku tahu dari cerita Kim, adiknya jago masak ya?"
"Mereka berdua jago masak kok," jawab Al.
"Dan mereka berdua cantik," puji Iqbaal.
"Abaikan Iqbaal, dia dari dulu memang ngefans sama mereka," Al geleng-geleng kepala. Tatjana tertawa mendengarnya.
YOU ARE READING
Snow In Copenhagen
FanfictionTernyata.. Mengharapkan salju turun di Copenhagen Tidaklah selama seperti aku menunggumu