Snow in Copenhagen

1.5K 146 33
                                    

Hari sudah larut malam. Bahkan melebihi itu. Waktu menunjukkan pukul dua malam. Suasana sunyi senyap menggambarkan bahwa seluruh penghuni komplek sedang tertidur lelap. Namun tidak dengan si atlet yang merangkap fotografer dengan paras tampan itu. Al Ghazali. Dia masih terjaga. Sedang duduk di atas genteng. Entah kenapa malam ini dia tidak bisa tidur. Banyak pikiran yang berkecamuk di dalam kepalanya. Dia menikmati langit yang gelap, hanya ada beberapa bintang yang terlihat, ia menatapnya sambil menghisap rokok. Hal yang sudah lama dia tinggalkan.

Harusnya gue merasa bahagia atas pencapaian yang gue raih di minggu ini. Tapi nggak tahu kenapa, gue malah merasa sebaliknya. Hampa. Kosong. Ada yang kurang. Dan itu memberikan efek yang sangat besar. Kegembiraan ini rasanya kurang kalau nggak merayakannya dengan orang yang gue sayang. Iya. Gue mau merayakannya bersama Prilly. Gue mau dia ikut bahagia atas prestasi gue. Ironisnya, dia kelihatannya sama sekali tidak peduli. Apa cuma segitu aja perasaan dia ke gue? Katanya dia bertahun-tahun menyayangi gue.. tapi kelihatannya nggak kayak gitu. Hhh... mungkin gue ini cuma remah-remah kue aja buat dia, bisa dia sapu kapan aja.

Al menghela napas panjang.

"Sebentar lagi gue akan meninggalkan Indonesia selama dua tahun. Kehilangan semua suasana ini sementara. Termasuk cinta gue... Gue harap gue hanya kehilangan elo sementara juga, Pril. Hhhh...., Ya Allah... saya musti gimana ya? Apa memang cuma sampai sini aja cerita saya dan Prilly?" ucap Al berbicara sendiri. Yang tak lama sadar dan berharap tidak ada suara gaib yang menjawab omongannya barusan.

Di tempat lain, ternyata bukan hanya seorang Al yang masih melek, tetangga yang dia sayangi pun begitu. Prilly masih terjaga. Bedanya dia duduk bersandar di atas kasurnya. Lampu kamar sudah dimatikan namun cahaya masih terpancar dari TV yang sedang diutak-atik Channelnya oleh Prilly, sambil mengunyah coklat. Dia pun sama, banyak pikiran. Tadi malam, akhirnya Prilly memberi tahu kabar bahagia atas kelulusan beasiswanya pada Kim. Dia akan berangkat ke Swedia sekitar 2 minggu lagi.

Hal yang sama. Harusnya dia bahagia, tapi dia pun merasa hampa. Dia juga merasa gugup sekali karena akan meninggalkan Indonesia selama 2 tahun untuk mengisi ilmu di dalam otaknya. Awalnya semua nampak sangat mulus dalam menjalani tes demi tes beasiswa ini, tapi semakin ke sini, dia semakin rapuh dan akhirnya memutuskan untuk pindah destinasi. Beruntung, Miss Angie yang sudah cukup mengenal Prilly, melancarkan niatnya untuk pindah.

Dia juga tahu, bahwa Al akan berangkat ke Denmark lusa nanti. Mereka akan terpisah jarak selama dua tahun, jika Prilly tidak segera menuntaskan masalah di antara mereka.

"Errh,, gue tahu, gue ngeseliiiiiiinnnn, errrh! Lo ini kenapa sih Prill?? Ya Allah.. apa yang harus Prilly lakukan?"

Dia kemudian mematikan televisinya dan mencoba untuk tidur dengan menyalakan lagu-lagu slow dari MP3 yang dia pasang di kamarnya. Lagu dari Sara Bailles yang berjudul Gravity berkumandang pertama menemani usaha Prilly untuk tidur. Sambil memejamkan matanya, dia mendengar seksama setiap lirik yang ada.

"Gravity"

Something always brings me back to you.
It never takes too long.
No matter what I say or do
I'll still feel you here 'til the moment I'm gone.

You hold me without touch.
You keep me without chains.
I never wanted anything so much
Than to drown in your love and not feel your rain.

[CHORUS:]
Set me free,
Leave me be.
I don't wanna fall another moment into your gravity
Here I am and I stand so tall, just the way I'm supposed to be.
But you're on to me and all over me.

Oh, you loved me 'cause I'm fragile
When I thought that I was strong.
But you touch me for a little while
And all my fragile strength is gone.

Snow In CopenhagenWhere stories live. Discover now