Quality Time

1.5K 151 12
                                    

"Prill!" Panggil Al lagi, kali ini dengan suara agak keras dari balik helem. 'Ini cewek helemnya kekencengan apa gimana sih? Nggak nyaut-nyaut" ucap Al dalam hati.

"Haa!? Iyaa ! Wangi banget!" Jawab Prilly spontan.

"Wangi!? Apanya yang wangi??"

Prilly tersadar barusan dia menjawab ngawur. Errhh gara-gara wangi parfumnya Al yang membuyarkan pikiran nih!

"Eh ituu.. itu.. lo mandi parfum ya??? Wangi amat!! Ampe puyeng gue!" Prilly berusaha ngeles.

"Yee elo, gue tanya apa lo jawab apa!"

"Emang apaan?!"

"Ini motor boleh gak kalau gue yang bawa? Nanti elo gue jemput!"

Prilly berpikir. Aduuh.. mau sih tapi agak males juga kalau harus seharian. Tapi kasihan juga ini bocah gak ada kendaraan.

"Oke!"

"Thanks! Nanti gue beliin sukro sebungkus deh buat lo!"

"Iye deh ah terserah, udah jangan ngobrol mulu sih, sereet tenggorokan gue teriak-teriak mana kena angin pula!"

Al tertawa mendengar ucapan Prilly barusan. "Nggak akan berasa kalau sama gue mah!"

"Astagaaa gue nggak sangka lo bisa sepede inii! Udah ah nggak mau jawab lagi!"

"Lagian siapa yang nanya?!"

Ish! Benar kata Kim, ini anak ternyata ngeselin. Begitu sampai di tempat kerja Prilly, Al kembali mengingatkan rencana mereka nanti. Ralat. Rencana Al.

"Nanti gue jemput lo lagi. Klien gue dekat sini kok. Lo beres jam sebelas-an kan?"

Prilly mengangguk kecil, dia sibuk merapikan rambut panjangnya yang sebagian tadi terkena angin.

"Kalau boleh tau, agenda lo hari ini apa aja sih?" Tanya Prilly.

"Ada tiga. Siang menjelang sore nanti ada klien prewed di Kota Tua. Malamnya motret acara ajojing,"

"Haa? Sampai malam?? Ogah ah kalau ikut sampe acara ajojing ajeb ajeb gitu. Gak demen,"

"Ya kan tuntutan kerja,"

"Maksud guee mending lo nanti anterin gue balik ke rumah dulu, terus lo pake aja deh nih motor,"

"Yah jangan dong. Udah lah ikut aja temenin gue, daripada lo bengong di rumah,"

"Sorry ya gue sih nggak pernah nganggur di rumah, bah!"

"Ayolah Pril, please..?" pinta Al setengah merengek.

"Ini pasti lo lagi galau dan butuh teman ya?? Hayo ngaku!"

Al tersenyum penuh arti. "Nggak boleh menyimpulkan sesuatu seenaknya sendiri, Neng. Jadi gimana? Ikut kan?"

"Oke tapi dengan satu syarat!"

"Apa?"

"Semua kebutuhan dan keinginan gue selama menemani lo hari ini lo yang tanggung. Gue tidak mengeluarkan duit se-pe-ser pun. Deal?"

"Oke, as long as you come with me. It's a deal! Tapi ada syaratnya juga," Al setuju.

"Syarat apaan?"

"Lo nggak boleh pegangan sama besi lagi selama boncengan sama gue,"

Prilly mendengus.

"Ya udah gue masuk dulu. Jangan lupa lo ye jemput gue! Awas lo!" Prilly mengepalkan tangannya pada Al.

"Siap, grak!"

***

Siang ini, cuaca Jakarta begitu menyengat. Matahari menyapa begitu semangat persis di atas kepala. Udaranya membuat badan terasa gerah dan lepek. Tak urung bawaanya pun jadi haus melulu. Setidaknya itu yang dirasakan seorang Prilly yang sedang duduk manis menunggu Al. Sambil kipas-kipas ke arah lehernya, dia juga ikut memperhatikan proses Al memotret pasangan dimabuk asmara tersebut.

Snow In CopenhagenWhere stories live. Discover now