"Al! Smashnya yang kuat! Loyo amat! Kurang istirahat lo ya!?" Teriak Coach Jevin pada Al.
Sekarang ini mereka sedang latihan di tempat biasa dan Al sedang latihan bersama Andoy, Gibran dan Rangga. Al mengangkat kedua tangannya dengan posisi telapak tangan kanan di atas telunjuk kiri.
"Rehat, Coach!" Pinta Al. Dia memang merasa lelah betul hari ini. Coach Jevin tidak salah, dia memang kurang istirahat lantaran dia harus mempersiapkan diri mengikuti Tes IELTS minggu depan. Dua hari yang lalu dia dapat kabar bahagia bahwa dia lulus seleksi administrasi untuk beasiswa S2nya di Denmark. Dan sudah dua hari belakangan ini pula dia tidur malam, dia bela-belain latihan writing yang konon kata orang itu bagian tersulit dari tes IELTS. Dia rela melepas dua job motret kawasan museum di Jakarta yang ditawarkan temannya. Semua demi lulusnya IELTS ini. Tapi dia tidak bisa melepas latihan bulutangkisnya.
Al duduk dan merentangkan kedua kakinya di pinggir lapangan. Dengan peluh keringat, dia nampak semakin ganteng dan membuat para atlet wanita yang sedang latihan di situ tak kuasa untuk sekedar melirik, mencuri pandang atas indahnya makhluk ciptaan Allah tersebut. Dia meneguk minuman di botolnya sampai habis kemudian menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya. Dia lakukan berkali-kali hingga napasnya kembali teratur.
"Benar kurang istirahat?" Tanya Coach Jevin menghampiri.
"Eh Coach, hmm.. ya.. bisa dibilang begitu,"
"Butuh rehat dulu sampai tes nggak? Kamu nggak usah latihan dulu lah,"
"Nggak, Coach. Nggak usah, aku latihan kan juga sekalian olahraga cari keringat. Badan juga segar lagi,"
"Ya tapi tubuh itu ada batasnya. Yang baik kan imbang antara olahraga dan istirahat yang cukup. Sudah, seminggu ini kamu nggak usah ikut latihan. Saya yang kasih, nggak usah nolak. Percuma kamu letoy begitu saya nggak mau punya atlet nantinya malah jadi sakit," ujar Coach Jevin.
Al, walau merasa tidak enak hati. Akhirnya menyetujui kebaikan pelatihnya itu. "Thanks, Coach. Sorry jadi merepotkan,"
"No problem, ya sudah kamu pulang aja, istirahat yang cukup,"
Al memberikan jempolnya.
"Istirahat luu makanya," timpal Gibran yang diamini Rangga.
"Mending kita having fun aja yuk hari ini? Gimana?? Telepon si Kim, kali aja dia jadi sembuh kalau diajak jalan-jalan," ajak Andoy. Kim hari ini memang tidak ikut latihan gara-gara tidak enak badan.
"Ayo! Tapi masih siang broh, belum ada club buka, kalau malam nanti kelamaan gue udah pengen hacep sekarang," ujar Rangga.
"Yeuu, yang awal dulu aja lah, kita karaokean abis itu nongkrong di cafe. Lo kan butuh refreshing otak lo juga, Al," jawab Andoy.
"Boleh aja, siang ini gw bisa ikut. Tapi kalau nanti malam gue nggak janji. Oh ya, sama satu lagi. Gue nggak mau ke acara clubbing kalau DJnya namanya DJ Tristan Juliano, males."
"Kenapa? Dia bagus juga ah,"
Al menggeleng. "Ya udah ah, gue mau mandi dulu, gue tungguin lo pada beres latihan abis itu kita cabut karaoke. Oke?"
"Oke" ucap Gibran.
Setelah sejam setengah menunggu, akhirnya 3 teman Al tersebut menyusul rapi jali untuk berangkat hang out.
"Rong, elo yang nyetir ya! Nih!" Al melempar kunci mobil pada Rangga.
"Okey,"
Mereka pun berjalan menuju mobil yang sedang diparkir sambil mengobrol-ngobrol ringan, begitu sampai mobil, mereka pun menaruh barang bawaan mereka di bagasi dan Rangga sudah masuk lebih dulu untuk menyalakan mesin, disusul Andoy dan Gibran sedangkan Al masih merapikan barang-barangnya di bagasi. Tiba-tiba ada yang menarik tubuh Al dengan keras dan...
YOU ARE READING
Snow In Copenhagen
FanfictionTernyata.. Mengharapkan salju turun di Copenhagen Tidaklah selama seperti aku menunggumu