Seorang Al Ghazali sedang galau. Iya galau berat, ibarat dibandingkan dengan baja, sepertinya lebih berat galau dia daripada baja. Bagaimana tidak coba? Hari ini dia dikecewakan oleh Tatjana, wanita pujaan hatinya, yang menjanjikan penjelasan, tapi malah memberikan penantian selama sejam lebih sampai-sampai seluruh tamu sudah pulang. Belum lagi, berita tentang dia sudah punya pacar, dan kalau dihitung-hitung lagi, pacarannya sudah lama, jauh sebelum Al dan Tatjana berkenalan. Terus yang kemarin mereka lalui itu apa?
Bagaimana bisa seorang Tatjana yang Al kenal sebagai wanita tanpa cela ini ternyata mahir menyimpan rahasia dari dia. Bahwa dia ternyata bukanlah seorang jomblo. Ibarat video klip lagu dangdut ini pasti sudah ada adegan petir-petir membahana di langit lalu turun hujan dan terdengar isakan tangis memulai nyanyian lirik lagu. Mau marah. Iya mau banget marah. Tapi kan Tatjana juga tidak pernah secara langsung mengatakan dia jomblo. Tapi dia juga tidak pernah mengatakan bahwa dia punya pacar. Untuk alasan itulah, maka Al berani mendekatinya.
Tapi malam hari dia bertekad mencari tahu sendiri kebenarannya. Seperti apa yang tadi siang Kenny katakan bahwa dia sebaiknya langsung datang ke rumah Tatjana, bicara dengan Tante Vera, sebelum nanti dia bertanya pada Tatjana sendiri.
Tekad tersebut membawa dia berada tepat di depan rumah Tatjana saat ini. Namun masih di dalam mobil, belum berani turun. Aneh, dia masih berharap bahwa berita itu salah dan hanya isu. Dia juga masih menolak untuk marah berlebihan pada Tatjana. Pasti dia punya alasan di balik ini semua. Tapi apa? Kenapa? Namun, di satu sisi dia juga mempersiapkan dirinya menghadapi kekecewaan.
Untuk mengumpulkan keberanian dia mencoba mengingat perkataan Ibu yang pernah bilang : "kalau kita siap jatuh cinta, kita juga harus siap sakit hati,"
"Bro, lo jadi kagak? Kok gak turun-turun sih? Banyak nyamuk nih," suara Andika menyadarkan Al yang sedang mengumpulkan nyali.
"Jadii..., sebentar. Tapi gue kok mules ya?"
"Ah ngehek lo, buruan!"
"Okee oke gue turun sekarang!" Al turun dari mobil.
"Semoga lancar, Bro!Gw selalu mendukung lo!"
Sudah setengah melangkah, Al berbalik arah.
"Kenapa lo balik lagi?"
"Mulih mulih, besok lagi aja deh,"
"Taiiii udah nyampe sini begooo..kalau kayak gini sih emang udah bener banget si Tatjana milih tuh laki, kali dia lebih jantan dari lo,"
"Beeuuhh panas nih gue lo banding-bandingin,"
"Makanya elo sana balik arah, face it like a man, dude!"
"Oke!"
Dengan percaya diri, Al kembali berjalan ke depan pintu rumah Tatjana. Tok tok tok. Al mengetuk pintu dengan mantap."Assalamualaikum!"
"Waalaikumsalam! Iyaa sebentaarr!"Terdengar teriakan dari dalam rumah. Suara Tante Vera, mama Tatjana.
Tak lama terlihat dari jendela Tante Vera mengintip melihat siapa yang datang. Al memberikan senyum.
Pintu pun dibuka. "Lho, Al? Tapi.. Tatjana lagi gak ada.., apa sudah janjian tapi Tata lupa ya?"
"Gak kok, Tante... Al gak ada janjian sama Tata, memang mau datang aja ke rumah, mau ketemu sama Tante malah..," ujar Al sambil mencium tangan Tante Vera.
"Mau ketemu Tante? Ada apa ya? Masuk dulu yuk, kamu mau minum apa?"
"Gak usah repot repot Taan..,"
YOU ARE READING
Snow In Copenhagen
FanfictionTernyata.. Mengharapkan salju turun di Copenhagen Tidaklah selama seperti aku menunggumu