"Prilly, kamu cantik sekali sayang...," puji Ibu yang memegangi kedua bahu Prilly. "Nggak ada duanya calon mantu Ibu ini,""Ibu bisa aja... ini juga kan karena makeup, Bu," jawab Prilly.
Ibu merapikan kembali gaun broken white dengan bahan lace dan aksen renda itu. Gaun putih panjang menutupi seluruh tubuh mungil Prilly. Tubuh Prilly yang mungil dibantu lebih tinggi oleh sepatu setinggi 12 cm yang berwarna silver dengan aksen batu swarovski. Ibu lalu menyematkan kudung dengan warna senada di atas rambut Prilly yang distyle dengan gaya mess-up hair up-do. Riasan gaya ala Great Gatsby tahun 20an menghiasi wajah Prilly. Gincu merah membuat Prilly tampil lebih menawan.
"Sempurna," puji Ibu lagi. Tak kuasa menahan tangis, Ibu buru-buru mengambil tisu dan menghapus air yang jatuh dari kedua sudut matanya.
"Bu...,"
"Nggak apa-apa, Prilly sayang. Ini tangis haru. Tangis kebahagiaan. Wajar kok.. kamu gak usah khawatirin Ibu. Ibu baik-baik saja..,"
Dua minggu setelah Al melamar Prilly, seluruh anggota keluarga Al dan Om Fedi beserta istri langsung terbang menuju Denmark. Mereka memutuskan mengadakan pernikahan yang sangat sederhana namun sakral. Ditambah lagi situasi yang mengharuskan mereka mengadakan pernikahan tanpa resepsi karena Al dan Prilly sedang berada di luar Indonesia.
Kim masuk ke dalam kamar. Sesaat dia bengong mengagumi kecantikan adiknya.
"Cantik banget adikku iniii... Masya Allah.... ada bidadari nyasar, hehe," puji Kim. "Eh tapi maaf aku ganggu Tante..aku mau tanya apa Prilly sudah siap?" tanya Kim.
Prilly mengangguk. "Insya Allah siap, Kim. Walau deg-degan bukan main,"
Kim meremas tangan Prilly. "Tenang.. begitu sudah ijab kabul semua rasa deg-degannya hilang.. tapi..,"
"Tapi apaan?"
Kim mendekat ke telinga Prilly dan berbisik, "Malam pertamanya deg-degan lagi," canda Kim.
"Kim, ah!"
"Prilly sudah siap dari tadi.. Ibu hanya bantu merapikan yang kurang-kurang saja. Nah.. calon pengantin wanita sudah siap. Bagaimana dengan calon pengantin pria dan keadaan di luar sana?" Tanya Ibu.
"Sudah siap juga. Kalau begitu akad akan kita mulai. Yuk Tante, nanti kita jemput Prilly setelah Al beres mengucapkan ijab kabul ," tutur Kim. Dia mengelus pipi adiknya itu.
"Bismillah,"
Kim dan Ibu kembali ke tempat akan dilangsungkan akad nikah. Warna putih dan bunga-bunga menghiasi apartemen milik kenalan Bapak di KBRI Denmark. Beruntung, orang yang baik hati itu bersedia meminjamkan tempat tinggalnya untuk disulap menjadi tempat menikahnya Al dan Prilly. Secara gratis pula.
Bapak dan Om Fedi nampak gagah dengan balutan batik sutra berwarna merah dan peci hitam. Seluruh tamu undangan yang didominasi teman-teman kontingen bulutangkis sudah duduk manis bersiap mendengarkan ijab kabul yang akan segera dilontarkan dari bibir Al.
Penghulu yang akan menikahkan Al dan Prilly pun sudah duduk di tempat yang disediakan. Dari dalam sebuah kamar, Al keluar dengan sangat gagahnya. Memakai jas pengantin dipadu padankan dengan vest warna broken white dan peci dengan warna senada dan aksen payet, Al sangat membius para tamu. Dia terlalu ganteng untuk dilihat. Terutama oleh para wanita pastinya. Ditemani oleh Andoy dan Iqbaal, Al berjalan menuju meja ijab kabul dan menempati posisi duduk persis di depan Om Fedi. Om Fedi tersenyum.
"Sudah siap?"
"Insya Allah. Siap." Jawab Al tegas.
Sudah semalam suntuk Al menghafal teks ijab kabul. Dia juga sudah meneguk telor bebek mentah yang disiapkan Ibu yang konon bisa menambah stamina. Dan betul juga sih. Pikir Al. Dia tidak merasakan kantuk. Dia bahkan sangat bersemangat. Semangat itu didukung oleh sekelibat bayangan tentang malam pertama nanti dengan Prilly.
YOU ARE READING
Snow In Copenhagen
FanfictionTernyata.. Mengharapkan salju turun di Copenhagen Tidaklah selama seperti aku menunggumu