Her Part

1.3K 137 19
                                    

Tirai jendela dibuka dengan penuh semangat oleh Ibu. Memancarkan sinar matahari pagi yang langsung menyilaukan mata Al yang sedang terpejam. Spontan Al berbalik arah tidur dan menarik kembali selimutnya.

"Udah jam tujuh belum juga bangun. Mau tidur sampai jam berapa anak lanang Ibu?"

Al tidak menjawab.

"Ada Prilly di bawah,"

Mendengar itu, Al langsung loncat dari tempat tidur dan lari ke kamar mandi tanpa menanyakan apa-apa lagi pada Ibu yang sedang menahan tawa sambil geleng-geleng kepala.

Sambil menunggu Al bersiap-siap. Ibu kembali ke bawah dan ikut sarapan bersama seluruh anggota keluarga yang lain.

"Mana Al?" tanya Bapak seraya menyendok nasi goreng.

"Lagi mandi," jawab Ibu.

"Terus, gimana kalian di sana? Udah ketemu sama Prilly?" tanya Ayah pada Iqbaal.

"Udah, kakak Al juga udah minta kak Prilly jadi pacarnya, tapi belum dijawab tuh," ujar Iqbaal.

"Lho? Kok bisa? Kenapa?"

"Kak Prilly belum yakin sama Al. Begitulah kurang lebih. Sisanya tanya aja sama kakak Al langsung,"

"Kirain jauh jauh ke sana udah gandeng Kak Prilly. Sama aja ternyata," Sierra terkekeh.

"Nggak boleh gitu sama kakak kamu. Nanti kamu juga akan merasakan yang namanya jatuh cinta. Tapi jangan berlebihan ya. Biar aja cowok yang ngejar-ngejar kamu," tutur Ibu.

"Tapi kalo cowok terus yang ngejar nggak akan ada seninya, Bu," sanggah Iqbaal.

"Justru ada seninya, kamu jadi lebih kreatif," kali ini Bapak membela Ibu.

Dari bawah terdengar suara langkah kaki yang tergopoh-gopoh sepertinya siap-siap turun ke bawah.

"Ngapain sih si Al kayak orang buru-buru. Emang dia ada janji, Bu?"

"Bukan.. Pak." Ibu tersenyum jahil. "Nanti kalian lihat aja sendiri begitu dia turun pasti dia udah klimis, rapi dan wangiiii,"

"Ibu ngerjain si Al ya?"

Ibu mengangguk semangat.

Al menuruni tangga dengan penuh semangat.

"Selamat pagi!" Sapa dia pada keluarganya.

"Pagiii," Sierra menjawab.

Al celingukan kanan kiri, depan belakang. Sementara keluarganya tetap fokus menikmati sarapan.

"Hmm..,"

"Nyari apa? Atau siapa?" tanya Bapak.

Al langsung sadar bahwa dia lagi dikerjain begitu lihat raut muka Ibu yang sedang menahan tawa.

"Oke. Ibu menang," ujar Al dengan muka bete. Dia kemudian menarik bangku makan dan ikut sarapan.

Semua anggota keluarga senyum-senyum. "Eiitts Bapak, Iqbaal, Sierra. Gak usah ikutan ketawa," ujar Al galak.

"Hahahah. Maafiin Ibu ya Al. Habisnya kamu susah banget sih dibangunin. Kalau bilang ada Prilly di bawah pasti kamu langsung bangun, dan ternyata berhasil kan?"

"Oalaaa Ibu bilang ada Prilly tho di sini?" Bapak kali ini ikut tertawa.

"Nggak lucu deh. Al bener-bener lagi nggak mau dibecandain soal Prilly. Sakitnya tuh disini dan disini," Al menunjuk dada dan kepalanya.

"Padahal kakak kurang ganteng apa coba? Apalagi Kak Prilly kayaknya udah lama juga deh suka sama Kak Al. Dari dulu dia kan seringnya nanyain kabar kakak Al dibanding Ibu, Bapak atau Kak Iqbaal," ujar Sierra santai.

Snow In CopenhagenWhere stories live. Discover now