"Hari ini gue mau ajak kencan Prilly," ujar Al pada Andoy sambil mengeringkan rambutnya. Dia baru saja selesai mandi beres latihan bulutangkis di tempat biasa, masih berada di ruang ganti dengan bertelanjang dada.
"Kemaren bukannya udah pergi bareng?"
"Itu sih tes IELTS doang kali. Otak gue mateng abis ikut tes, Prilly juga kecapekan, akhirnya kita cuma makan aja di pecel lele dekat komplek,"
"Nggak ciuman lagi?"
"Kagak laah, lu sih mikirnya aneh-aneh,"
"Lha, kan gue cuma ngomong, terakhir kali kan lu ciuman sama dia," Andoy terkekeh.
"Ya tapi kan hubungan kita bukan kayak gitu doang, Ndooy.."
"Haha, sorry sorry udah nggak usah bete gitu.. Terus, lo mau ajak dia kemana?"
"Enaknya kemana ya, Ndoy? Hari ini... Gue sekalian mau meminta dia jadi pacar gue.. Gimana cara ngomongnya ya tapi? Deg-degan asli."
"Lo nanya apa ngeledek?? Gue aja belum punya pacar, lo nanya ama gue, kampret."
Al terkekeh. "Bukan gitu, Ndoy. Mantan gue yang terakhir kan masih anak sekolah, nembak dia dulu gampang, pake kata-kata romantis, kasih bunga, coklat, jadi deh. Tapi kalau Prilly ini beda, cara kayak gitu bisa dianggap alay ama dia. Gue butuh sesuatu yang tidak romantis tapi terkesan romantis,"
Andoy nampak kebingungan. "Kenapa bahasa lo ribet amat sih?"
"Intinya nggak yang lebay gitu maksud gue,"
"Apa ya? Lo coba nyatainnya pas lagi bungee jumping mungkin?" jawab Andoy asal sambil memasang sepatu.
Al menoyor kepala Andoy. "Kira-kira dong kalau kasih ide,"
"Ya apaan dong? Lagian gue heran, kenapa kemaren nggak langsung tembak aja coba?"
"Nggak pas momennya,"
"Apa ya? Gue juga bingung, lo bawa aja ke restoran dengan suasana malam yang romantis. Coba aja ke Cloud di The Plaza Thamrin, gimana?" Andoy nampak puas dengan idenya.
"Pinter! Nanti sore gue jemput si Prilly, gue bawa ke sana,"
"Lo mendingan reserved dulu,"
"Brilian!"
"Ckckck, emang ye jatuh cinta itu bikin bloon,"
"Tapi kata emak gue, jatuh cinta itu harusnya bikin pinter,"
"Ya elo pengecualian!"
"Sialan,"
"Eh, lo bukannya besok ada jadwal wawancara?"
"Iya emang," jawab Al seraya berpakaian.
"Nah, lo jangan pulang kemalaman, lo berdua kan besok musti well prepared, baik kan gue ngingetin lo?"
"Ndoy, walau lo suka ngerepotin, tapi lo benar-benar sahabat gue paling kece!"
Andoy melengos.
---
Petang ini, Al terlihat semakin tampan dengan kemeja panjang warna putih yang lengannya dia gulung sampai siku. Dipadu dengan celana jeans warna hitam dan ikat pinggang bermerek dengan lambang H. Tak lupa dia menyemprotkan parfum di sekeliling badannya.
"Mau kemana kamu?" Tanya Bapak yang tumben-tumbenan mampir ke kamar Al. Biasanya Bapak jarang naik ke lantai atas. Kalau pun naik hamya sekedar bersantai di balkon. Karena di lantai atas bisa dibilang hanya milik Al dan Iqbaal, cuma ada 2 kamar tidur, 1 kamar mandi dan dak untuk menjemur pakaian.
YOU ARE READING
Snow In Copenhagen
FanfictionTernyata.. Mengharapkan salju turun di Copenhagen Tidaklah selama seperti aku menunggumu