xxii

3.7K 687 166
                                    

Dentuman musik pun langsung terdengar ketika mereka mendekati area panggung. Luna tidak menyangka kalau festival musik ini akan seramai dan seberisik ini.
Jujur saja, Luna sedikit takut jika harus berada diantara kerumunan orang banyak seperti ini. Jantungnya berdetak lebih cepat, telapak tangannya basah, dan dia mulai merasa tidak nyaman.

"Lo gapapa?" Tanya Luke yang menyadari perubahan raut wajah Luna.

"Gapapa kok." Jawab Luna bohong. "Calum mana?"

Luke mengangkat bahunya, "Gak tau. Paling lagi sama Audrey."

Mereka berjalan mendekati area panggung. Luna yang mulai masuk diantara kerumunan orang-orang pun dengan reflek langsung menggenggam tangan Luke dan membuat Luke menoleh.

"Gue takut ilang." Ucap Luna jujur. Luke tidak berkata apa apa melainkan menarik Luna untuk berjalan didepannya.

"Gue jagain dari belakang biar gak ilang." Bisik Luke ditelinga Luna sambil menggelayutkan salah satu tangannya dibahu Luna.

Ya Tuhan, lemes

Luke dan Luna pun mulai bernyanyi mengikuti musik yang dimainkan. Luna juga sudah mulai melupakan ketakutannya dengan tempat ramai karena Luke berada dibelakangnya.

Sampai akhirnya lagu favorite Luna terdengar dan Luna pun mulai hilang kendali. Layaknya orang orang yang mendengar lagu favorite nya dimainkan, Luna pun fokus dengan musik dan lirik yang ia dengar. Ia mulai lupa dengan keadaan sekitar. Sampai ia tidak menyadari bahwa Luke sudah tidak ada lagi dibelakangnya.

***

Luke berlari menuju tenda secepat yang ia bisa. Pikirannya hanya tertuju ke satu hal. Ia memikirkan bagimana caranya agar ia bisa dengan cepat pergi dari sini dan datang ke sana secepat yang ia bisa.

Luke langsung masuk ke dalam tenda dan mulai merapihkan barang-barangnya. Samar-sama ia mendengar suara Calum dan Audrey mendekat. Luke pun langsung keluar dari tenda dan menghampiri Calum.

"Gue butuh kunci mobil lo sekarang. Penting." Ucap Luke buru-buru dengan nafas tersenggal-senggal.

Audrey dan Calum menghentikan percakapan mereka dan menatap Luke bingung.

"Buat apa?" Tanya Calum heran. "Acara selesai besok kali."

"Gue harus pergi sekarang. Penting."

"Kenapa sekarang? Dan gimana gue, Audrey, Luna? Kita masih mau seneng-seneng kali." Protes Calum. Emosinya mulai menguap. Ia tidak mengerti mengapa Luke tiba-tiba berubah menjadi egois seperti ini.

"Gue gak peduli. Gue harus pergi dari sini sekarang. Gue ada urusan lain yang lebih penting dari ini." Tegas Luke. "Gini aja deh sekarang, lo mau ngasih gue kunci mobil lo atau ngga? Kalo ngga, gue bisa nyari taxi sekarang buat balik."

"Sepenting apa sih urusan lo?" Tanya Calum. Calum rasanya ingin menonjok wajah Luke sekarang juga akibat sifatnya ini. Namun Audrey masih menggenggam tangan Calum. Sayang kalo dilepas.

Rahang Luke mengeras, "Urusan gue bukan urusan lo. Lo gak harus tau sepenting apa urusan gue. Kalo gue bilang penting ya penting." Ucap Luke dengan gigi terkatup rapat.

"Gak. Gue gak mau ngasih kunci mobil gue. Karena gue gak tau sepenting apa urusan lo. Bisa aja bagi gue ga penting. Jadi gue ga bakal pinjemin." Ucap Calum. Sebenarnya hal ini ia ucapkan agar Luke bisa jujur tentang urusannya sampai-sampai Luke mau meninggalkan mereka bertiga.

"Fine. Gue bisa cari taxi." Ucap Luke dan kembali berjalan menuju tenda membereskan barang-barangnya. Hingga akhirnya langkahnya dihentikan oleh Calum yang membuka mulutnya.

"Luna mana?" Tanya Calum dan membuat Luke diam ditempat.

Luke tidak menjawab. Calum mulai merasa panik. "Luke, gue tanya. Luna dimana?!"

Luke masih tidak menjawab. Akhirnya dengan berat hati, Calum melepaskan genggaman tangan Audrey dan berjalan menghampiri Luke.

"Lucas, gue tanya lo sekali lagi. Luna dimana?" Tanya Calum yang sekarang sudah berhadapan dengan Luke.

"Pertama, nama gue bukan Lucas. Kedua, Luna ada di area panggung." Jawab Luke.

"Luna? Sendiri? Di area panggung?" Kini Audrey yang mengintrogasi Luke.

"Lo tau kalo Luna tuh takut keramaian dan orang-orang baru?" Tanya Audrey ke Luke.

"Tunggu, Luna takut keramaian?" Tanya Calum bingung.

"Iya. Dia bakal panik banget kalo dia sendirian di tengah-tengah keramaian sama orang yang gak ia kenal." Jawab Audrey.

"Dan lo tau?" Tanya Calum ke Luke. Luke mengangguk pelan.

Calum menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Dia tidak habis pikir dengan Luke yang meninggalkan Luna sendiri di tengah keramaian seperti itu.

"Bego," Ucap Calum, "BEGO!" Teriak Calum sambil mengacak-ngacak rambutnya.

"Lo ninggalin Luna sendiri padahal lo sendiri tau dia gak suka keramaian? Otak lo dimana sih?!" Bentak Calum.

"Gue lagi panik! Otak gue gak bisa mikir!" Bentak Luke balik.

"Ya, seengganya lo bawa Luna balik sama lo tolol!" Calum hampir saja melayangkan tinjuannya ke muka Luke, namun ia merasakan tangannya ditahan oleh Audrey.

"Udah Lum, tenang. Luna juga udah gede kok. Bisa balik sendiri." Ucap Audrey menenangkan Calum.

Calum merasa bahwa ia seharusnya tidak disini sekarang. Ia melepaskan genggaman Audrey secara kasar, hampir saja membuat Audrey loncat dari tempatnya.

"Lo,gak boleh pergi, sebelum Luna ketemu." Ucap Calum tegas ke Luke lalu segera berlari menuju area panggung menghiraukan Audrey yang memanggil namanya.

++

Hiiii!!! akhir akhir ini gue lg gabisa fokus apa-apa dan tbtb mood nulis gue ilang uGh :-(

jd maaf ya kalo chapter ini rada abal trs bahasanya aneh/gaenak di baca:-(

btw lucu ya simbol nya ada idung
:-( :-( :-(

22 Oktober 2015

BeeTalk :: c.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang