8 Tahun Kemudian ~~~
Aura mengendarai motornya sedikit mengebut. Ia terlambat bangun pagi yang memaksanya untuk terburu melakukan segala kegiatannya sebelum ke kantor, termasuk mengurus Siera -gadis kecil berusia lima tahun itu. Tapi tetap saja waktu yang dia punya tidak cukup. Akhirnya perjalanan ke kantor pun harus dipercepat dengan ngebut.
Setelah menyelesaikan kuliahnya di luar kota, Aura langsung bekerja di sana juga. Tidak kembali ke kota orang tuanya. Sudah cukup menikmati kehidupannya sekarang.
Creettt...
Sial! Aura salah memperkirakan. Celah itu terlalu sempit untuknya sehingga tidak sengaja motornya menggores mobil yang sedang berhenti di sebelah kirinya. Untungnya ia tidak terjatuh dan sampai melukai dirinya.
Aura langsung berhenti, membuka kaca helm-nya dan mengangguk sopan ke arah sopir mobil itu meski kacanya tidak terbuka sama sekali. Dan sialnya lagi, si sopir langsung membuka kaca mobilnya.
Bakalan panjang nih masalah, batin Aura.
Saat dia memperhatikan betul-betul siapa yang sedang dia hadapi, tubuhnya kaku. Tidak ada yang dapat dipikirkan oleh otak cerdasnya sekarang. Benar-benar buntu.
Steff. Pria yang sudah delapan tahun lamanya menghilang darinya tanpa ada kabar sama sekali. Pria yang sudah selama itu dia coba lupakan dari hati dan pikirannya tapi selalu gagal. Pria yang sepertinya telah merebut seluruh hatinya.
Akankah takdir akan mempersatukan mereka setelah pertemuan tidak sengaja kali ini?
"Steff," gumam Aura sangat pelan. Mungkin hanya dia yang mampu mendengar suara itu.
"Aura?" Steff juga seolah tersadar siapa yang ada di depannya sekarang. Perlahan dia membuka pintu mobilnya dan keluar. Berdiri sangat dekat dengan Aura, tanpa peduli kalau kegiatan mereka mengganggu lalu lintas pagi yang lumayan sibuk.
Aura cepat-cepat mengeluarkan kartu namanya. "Maafkan aku, Steff. Tapi aku sedang buru-buru. Hubungi aku nanti. Aku akan mengganti kerusakan mobilmu," putusnya sembari menyerahkan kartu namanya. Beban pekerjaannya di kantor seolah mengingatkannya untuk tidak berlama-lama lagi dan segera tiba di tempat dimana dia mencari uang untuk memenuhi kebutuhan.
Seolah telah dihipnotis, Steff menerima kartu nama itu tanpa banyak protes. Diamatinya Aura yang sudah menjauh darinya dengan motornya. Masih melaju kencang, mengejar waktu. Pandangannya kemudian tertuju pada kartu nama di tangannya.
Aura Mikhelia.
Manager Keuangan, PT. Jaya BersamaLagi, Steff memandangi ke arah dimana Aura tadi menghilang ditelan deretan kendaraan yang berlalu lalang. Ia menghembuskan nafas panjang.
"Kamu mendapatkannya, Ra," gumamnya pelan, kembali masuk ke mobilnya. Meniatkan dirinya untuk menghubungi Aura di saat jam istirahat nanti.
~~~
Aura akhirnya bisa bernafas lega. Setelah segala kendala yang terjadi sejak pagi tadi, akhirnya dia bisa tiba di kantor tepat waktu. Langsung pada pekerjaannya yang cukup menumpuk di akhir bulan. Memeriksa setiap laporan keuangan bulanan.
"Permisi, bu. Ini laporannya." Sekar -salah seorang bawahannya yang kini juga merangkap jadi sekretarisnya karena sekretaris sebelumnya sedang cuti- meletakkan sebuah map yang cukup tebal di meja kerja Aura.
"Terima kasih, Sekar." Aura membalas hanya melirik sejenak. Ia masih memeriksa hal lainnya di layar monitor di hadapannya.
Aura menghentikan sesaat pekerjaannya saat derit pintu yang menandakan Sekar akan keluar dari ruangannya. "Sekar," panggilnya lagi.